Dibungkam Tyson Fury, Deontay Sempat Murka ke Wasit Pertandingan

Rabu, 26 Februari 2020 18:46 WIB
Editor: Lanjar Wiratri
© Al Bello/Getty Images
Wasit tinju asal Amerika Serikat, Kenny Bayless, yang memimpin pertarungan antara Deontay Wilder dengan Tyson Fury memberikan peringatan sebelum pertarungan dimulai kepada Wilder untuk menyerah melawan Tyson Fury. Copyright: © Al Bello/Getty Images
Wasit tinju asal Amerika Serikat, Kenny Bayless, yang memimpin pertarungan antara Deontay Wilder dengan Tyson Fury memberikan peringatan sebelum pertarungan dimulai kepada Wilder untuk menyerah melawan Tyson Fury.

INDOSPORT.COM – Wasit tinju asal Amerika Serikat, Kenny Bayless, yang memimpin pertarungan antara Deontay Wilder dengan Tyson Fury memberikan peringatan sebelum pertarungan dimulai kepada Wilder untuk menyerah melawan Tyson Fury.

Tapi hal tersebut tidak didengar oleh Wilder, ia tetap melanjutkan pertarungan tersebut hingga sampai akhirnya, asisten pelatih Deontay, Mark Breland yang melempar handuknya ke dalam ring ketika pertarungan memasuki ronde ketujuh. Hal tersebut langsung membuat Deontay mengaku kalah TKO atas Fury.

Wilder sangat marah kepada asisten pelatihnya tersebut. Ia merasa bahwa tindakan yang dilakukan Mark Breland telah membuat namanya jelek di kalangan petinju dunia.

Namun bagi Bayless apa yang dilakukan Mark Breland adalah tindakan yang benar. Menurut Bayless, Breland menyelamatkan Wilder dari pertarungan tersebut.

"Menurut saya, itu tindakan yang benar karena pada menit akhir sebelum pertarungan berakhir dan saya pergi ke Deontay saya berpikir hampir menghentikannya," kata Bayless kepada SiriusXM.

“Deontay adalah seorang petinju hebat, ketika saya melihat handuk keluar tanggapan pertama Deontay adalah, 'Kenapa kamu menghentikannya?' 'Lalu saya memberitahukan kepadanya bahwa timnya yang menghentikannya, tapi saya hampir saja menghentikannya”, ujar Bayless.

Bayless juga mengungkapkan bahwa darah yang keluar dari Wilder berasal dari luka lobusnya (luka di jaringan otak), bukan dari bagian gendang telinganya. Pada  saat itu dokter sudah naik ka atas ring untuk menangani Wilder.

Penulis: Tesa Yohana