INDOSPORT.COM - Hasil pilu dialami Jakarta Pertamina Energi dalam lanjutan seri kedua Final Four di Malang. Peluang untuk bersaing di jalur juara sudah tertutup rapat, pasca kekalahan tiga set sekaligus kala menghadapi Surabaya Bhayangkara Samator, Sabtu malam.
Dengan mengantongi 3 angka sejauh ini, Jakarta Pertamina Energi praktis terkunci di dasar klasemen, sehingga tinggal menunggu antara Samator atau Palembang Bank Sumsel Babel sebagai lawan di Grand Final perebutan peringkat ketiga terbaik di Yogyakarta pekan depan.
Namun, bukan soal kekalahan dengan skor 23-25, 22-25 dan 17-25 itu yang membuat mereka kesal. Tim putra yang mewakili DKI Jakarta itu mengernyitkan dahi atas beragam keputusan kontroversial yang dilakukan oleh wasit.
"Kami begitu kecewa dengan kepemimpinan wasit. Ada banyak keputusannya, dua diantaranya seharusnya milik kami," ungkap Putut Marhaento dalam konferensi pers di GOR Ken Arok Kota Malang.
Pihaknya kemudian menyentil penugasan Raditia pada kompetisi bola voli profesional seperti Proliga. Meski sudah mengantongi lisensi profesional, namun pihaknya meragukan kapasitas wasit asal Jawa Barat itu karena baru menjalani debutnya di kancah Proliga.
"Wasit Radit ini memang baru menjalani tugasnya di Proliga. Ya bagaimana, keputusannya beberapa kali merugikan tim kami," cetus Pelatih Jakarta Pertamina Energi tersebut.
Pada game penentuan untuk bersaing sebagai penantang Jakarta BNI 46 itu, sempat terjadi dua kali kontroversi akibat keputusan wasit.
Kontroversi pertama terjadi di awal game, saat wasit dan asistennya salah paham atas pemberian poin. Sedangkan yang kedua, terjadi adu argumentasi akibat selebrasi kemenangan Samator dianggap sebagai provokasi dengan menghadap ke arah lawan.
Terus Ikuti Berita Olahraga Lainnya di INDOSPORT