x

3 Hal yang Bisa Dipelajari Klub Liga 1 dari Bangkrutnya Ceres-Negros

Senin, 6 Juli 2020 14:41 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
Krisis yang menimpa raksasa Asia Tenggara, Ceres-Negros, musim ini pun bisa menjadi pelajaran serius bagi klub-klub peserta Liga 1 2020.

INDOSPORT.COM - Krisis yang menimpa raksasa Asia Tenggara, Ceres-Negros, musim ini pun bisa menjadi pelajaran serius bagi klub-klub peserta Liga 1 2020. 

Kabar mengejutkan datang dari sepak bola Asia Tenggara ketika klub raksasa Filipina, Ceres-Negros, mengalami krisis keuangan alias bangkrut. 

Dilansir dari akun Twitter @Filipinofootball, Ceres-Negros bakal menarik diri dari Liga Filipina 2020 karena mengalami krisis keuangan akibat wabah virus corona.

Tak hanya itu, para pemain Ceres-Negros juga dipersilahkan untuk meninggalkan klub. Karena hal tersebut, klub yang menjuarai Liga Filipina tiga kali berturut-turut itu juga dipastikan mengundurkan diri dari Piala AFC 2020.

Baca Juga
Baca Juga

Padahal, Ceres-Negros selama ini dikenal sebagai klub terkuat di Asia Tenggara dengan mampu lolos zona Asia Tenggara di Piala AFC. Mereka juga jadi batu sandungan bagi klub-klub Indonesia seperti Persija Jakarta dan Bali United. 

Ceres-Negros juga memiliki skuat yang mumpuni. Krisis yang menimpa Ceres-Negros musim ini pun bisa menjadi pelajaran serius bagi klub-klub Liga 1. Berikut ulasan selengkapnya. 

1. Finansial Sehat Lebih Penting

Sepak bola saat ini adalah industri. Kesuksesan klub bukan saja diukur sebanyak apa trofi yang mereka dapat, tetapi juga kemampuan mereka dalam mengelola keuangan. 

Tak ada yang meragukan kehebatan Ceres-Negros. Mereka sanggup lolos babak gugur AFC Cup. Menjuarai Liga Filipina tiga kali beruntun dan menjadi tim Asia Tenggara dengan ranking terbaik di Asia. 

Namun siapa sangka, di balik kehebatan itu, ada kerapuhan pada pengelolaan finansial klub. Perusahaan pemilik Ceres-Negros diketahui mengalami masalah besar akibat pandemi COVID-19 yang berujung pada krisis di tubuh tim Ceres-Negros. 

Dengan nilai klub yang tinggi, mereka pun dibebani dengan pengeluaran gaji yang besar untuk para pemainnya. Setelah gaji macet, pemain satu persatu meninggalkan tim hingga akhirnya klub gulung tikar untuk musim ini. 

Untuk itu, sebagai klub profesional, tim-tim Liga 1 harus memiliki rencana keuangan yang sehat. Aspek ini harus sangat diperhatikan. 

Jangan asal beli pemain mahal di musim berjalan tapi tidak tahu bagaimana membiayai klub di musim depan. Sudah saatnya finansial yang sehat jadi standar bagi klub-klub profesional di Indonesia. 

2. Menjaga Atmosfer Sepak Bola Itu Penting

Salah satu hal yang tak dimiliki Liga Filipina dari Liga 1 adalah atmosfer sepak bola yang begitu menggelora. Hal ini jadi keuntungan mutlak bagi klub-klub sepak bola Indonesia di banding Filipina. 

Klub Liga 1 pun bersyukur PSSI mampu memberikan subsidi walau jumlahnya tak memenuhi ekspektasi sekalipun. Kecintaan akan sepak bola yang tinggi di negara Indonesia membuat PSSI dan pemerintah berpikir keras untuk mengatasi masalah krisis karena pandemi ini. 

Mulai dari regulasi, sampai subsidi, semua dilakukan agar klub-klub tetap bisa berkompetisi dan masyarakat pun senang. Semua itu tak lain karena begitu besarnya minat masyarakat Indonesia akan sepak bola. 

Baca Juga
Baca Juga

Maka dari itu, klub dan para suporter harus bisa sama-sama menjaga atmosfer positif tersebut.  Jadikan sepak bola sebagai hiburan yang baik dan menguntungkan, bukan diisi dengan konflik dan kerusuhan suporter yang tidak ada artinya.


1. 3. Pentingnya Akademi Klub

Laga antara Bali United vs Madura United pertandingan pada Liga 1 di Stadion I Wayan Dipta Gianya, Bali, Minggu (15/03/20).

Betul dengan membeli pemain mahal maka sebuah klub akan menjadi tim yang kuat. Namun, kesuksesan tidak bisa dibangun dengan cara seperti itu saja. 

Untuk menjadi tim yang kuat, sebuah klub juga harus memiliki akademi pemain yang profesional dan bagus. Krisis finansial yang menimpa Ceres-Negros menjadi bahan pelajaran. 

Selama ini kekuatan utama Ceres-Negros adalah keberadaan pemain-pemain naturalisasi dan juga bintang-bintang alumni Liga Spanyol. 

Hal ini menutup kesempatan bagi pemain-pemain lokal muda mereka untuk menunjukkan kemampuan. Mereka pun tak memiliki akademi sepak bola dengan pembinaan yang berjenjang sebagus di klub besar Indonesia. 

Akibatnya, ketika klub gagal menggaji, mereka tak memiliki cukup pemain untuk berkompetisi dan mengundurkan diri. Andai saja mereka percaya pada pemain bintang lokal (yang bergaji relatif lebih rendah) dan memiliki banyak pemain muda hasil binaan akademi, mereka mungkin bisa tetap memiliki tim lengkap walaupun tak sekuat yang mereka yang dahulu. 

PSSIPiala AFCLiga IndonesiaLiga 1TRIVIACeres-NegrosBerita Liga 1Liga 1 2020

Berita Terkini