x

Ambisi Semu Suning Group yang Sengsarakan Inter Milan

Minggu, 8 Agustus 2021 17:08 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
Ambisi membabi buta yang dimiliki oleh Suning Group, sebuah perusahaan asal China, membuat klub Liga Italia, Inter Milan, dalam kesengsaraan.

INDOSPORT.COM - Ambisi membabi buta yang dimiliki oleh Suning Group, sebuah perusahaan asal China, membuat klub Liga Italia, Inter Milan,  dalam kesengsaraan besar.

Jurnalis kondang spesialis pembocor kabar transfer, Fabrizio Romano, mengkonfirmasi jika Inter Milan telah sepakat melepas Lukaku dengan mahar 115 juta Euro atau setara dengan 1,95 triliun Rupiah.

Dengan nilai transfernya tersebut maka Lukaku resmi menjadi penjualan termahal Inter dalam sejarah mereka. Bomber 28 tahun itu melewati catatan Zlatan Ibrahimovic yang dilego ke Barcelona lebih dari satu dekade lalu dengan mahar 69,5 juta Euro.

Sorotan pun mengarah tajam kepada Suning Group selaku pemilik sah Inter Milan. Fans nerazzurri dibuat keki setengah mati dengan keputusan klub yang akhirnya menjual Lukaku.

Baca Juga
Baca Juga

Padahal, setelah perginya Antonio Conte dan Achraf Hakimi, manajemen dan pelatih anyar menjamin bomber Belgia tersebut tidak akan pergi dari Giuseppe Meazza.

Selebrasi gol Romelu Lukaku di laga Genoa vs Inter milan.

Hal ini pun semakin menambah citra buruk Suning Group di Inter Milan. Siapa sangka, baru juga menjuarai Serie A 2020/21, Inter harus mengalami kesulitan finansial yang mengharuskan mereka menjual banyak bintangnya di musim panas ini.

Hal ini jelas bertentangan dengan janji Suning Group kala pertama kali mengakuisisi Inter Milan dari pengusaha Indonesia, Erick Thohir.

Dalam paruh awal dekade terakhir, China muncul sebagai negara dengan kekuatan ekonomi paling baik dan stabil di dunia. Pengusaha-pengusaha dari China, termasuk Suning Group, berbondong-bondong melirik bisnis sepak bola di Eropa.

Pada Juli 2016, Suning Group yang kala itu dipimpin oleh Zhang Hindong resmi mengakuisisi 68,55 persen saham Inter Milan senilai 270 juta euro.

Janji-janji pun ditebarkan oleh Suning. Dimulai dari pelunasan utang-utang La Beneamata yang jumlahnya sangat besar. Suning yang kadung berambisi menyanggupi itu semua.

Mereka pun bertekad untuk membuat Inter Milan kembali menjadi kesebelasan yang disegani. "Klub ini akan menjadi tempat para bintang bermukim dan bibit-bibit muda melesat" tutur Zhang dilansir dari ESPN.

Namun, janji itu rupanya terlalu muluk-muluk. Sebab, mengembalikan kejayaan sebuah klub sepak bola tidaklah mudah.

Alhasil, pekerjaan Suning Group di Inter Milan pun terasa terburu-buru dan penuh celah. Betul mereka mengucurkan dana besar untuk tim Inter Milan di awal kepemilikan mereka.

Namun tak satu musim pun mereka berhasil kembali ke puncak. Pemilihan pemain dan pelatih yang buruk menjadi penyebab utama.

Akhirnya, 'jalan pintas' pun didapatkan oleh presiden anyar klub sekaligus putra dari pemilik Suning, Steven Zhang. Dua musim lalu ia memboyong kembali Antonio Conte dan melakukan belanja besar-besaran.

Namun, langkah terlalu ambisius diambil oleh Zhang. Memiliki Antonio Conte dalam tim itu artinya mereka harus bisa menjamin kesehatan finansial yang luar biasa.

Dalam dua musim kepelatihan Antonio Conte, Inter Milan akhirnya sukses merebut gelar scudetto ke-19 atau yang pertama dalam lebih dari satu dekade.

Larut dalam euforia, Suning Group mulai panik lantaran mereka tahu bahwa pengeluaran yang dilakukan manajemen tidak berimbang dengan situasi perusahaan yang mereka miliki.

Pada April 2021, Inter tercatat masih memiliki utang yang belum bisa dilunasi sebesar 650 juta pound. Dalam sekejap, Inter langsung terjerembab dalam masalah krisis yang berbahaya. Klub di ambang kebangkrutan.

Pandemi COVID-19 telah memukul Suning Group lebih parah dari perusahaan-perusahaan lain. Dengan pengelolaan klub yang ringkih, mereka pun langsung berada di titik nadir.

Pelatih Antonio Conte memutuskan pergi dari klub. Setidaknya uang 80 juta euro harus Inter dapatkan untuk menyelamatkan diri dari kebangkrutan.

Achraf Hakimi menjadi pengorbanan besar pertama yang harus dilakukan Inter Milan. Tak cukup sampai di situ, godaan uang hampir Rp2 Triliun dari Chelsea membuat Inter Milan kembali menjual pilar mereka, Romelu Lukaku, yang menjadi top skorer tim musim lalu.

Kini janji Suning Group pun tinggal kosong belaka. Apa yang terjadi dengan Inter Milan tidak seperti janji mereka kepada fans yang ingin mengembalikan Inter Milan sebagai klub yang disegani dan menjadi hunian para bintang. Utang klub pun malah bertambah memprihatinkan yang diperoleh dari sisa pembayaran transfer serta gaji para pemain.

Baca Juga
Baca Juga

Betul bahwa I Nerazzurri berhasil menggondol gelar Serie A. Namun, kesuksesan semusim itu bak kesuksesan semu yang tak bisa menyamai kejayaan Inter Milan yang sesungguhnya di bawah Massimo Moratti. Nerazzurri pun tak lagi menjadi magnet utama para bintang dunia.


1. Inter Korban Kedua Suning?

Steven Zhang (kiri) dan ayahnya, pemilik Sunning Group, yang akan menjabat sebagai presiden Inter Milan yang baru

Inter Milan harus ekstra waspada terkait keberlangsungan klub. Sebab, Suning Group selaku pemilik pernah melakukan hal ekstrem kepada klub naungannya.

Ya, pada Februari 2021 lalu Suning Group membubarkan klubnya di Liga China, Jiangsu Suning. Pembubaran Jiangsu Suning hanya 108 hari setelah mereka menjuarai Liga Super China pada November tahun lalu.

Jiangsu Suning awalnya tidak bisa memenuhi tenggat waktu pendaftaran pemain untuk tampil di Liga Champions Asia. Mereka pun mundur dari ajang tersebut.

Akhirnya pada 28 Februari atau berjarak lima tahun usai diakusisis oleh Suning Group, Jiangsu secara resmi membubarkan diri. Pembubaran tak cuma di tim utama, tetapi juga di tim sepak bola wanita dan akademi.

Pandemi virus corona disebut sudah membuat keuangan Suning Group menjadi berantakan, sehingga memutuskan fokus di usaha utamanya, yakni bisnis ritel ketimbang non-ritel.

Tanda-tanda kebangkrutan sudah mulai terlihat pada November tahun lalu ketika gaji para pemain tidak dibayarkan. Pemain asing seperti Alex Teixeira, sampai enggan perpanjang kontrak.

Pelatih juara, Cosmin Olaroiu, juga diputus kontrak pada 11 Februari. Situasi ini sangat mirip dengan yang terjadi di Inter Milan. Raksasa Italia itu pun patut waspada.

Buruknya perencanaan manajemen membuat Suning Group patut disalahkan. Sebab, mereka tidak memiliki formula untuk mengatasi krisis seperti klub-klub Eropa lainnya.

Satu-satunya solusi adalah segera menjual jawara Liga Italia, Inter Milan, ke investor baru. Sampai saat ini baru BC Partners yang bersedia membayar sekitar 750-800 juta pound. Meski begitu, belum ada keterangan resmi dari klub mengenai kabar ini.

Inter MilanLiga ItaliaSuning Commerce GroupSteven ZhangAchraf HakimiBerita Liga Italia

Berita Terkini