x

(ANALISIS) 4 Tim Berpeluang Juara: Satria Muda Terdepan, Mengapa?

Rabu, 18 Januari 2017 16:27 WIB
Editor: Yohanes Ishak

Gong pagelaran IBL Indonesia 2017 akan segera dibunyikan pada tanggal 20 Januari 2017 atau lusa mendatang. Sejumlah 11 tim basket Indonesia tentunya telah memiliki persiapan masing-masing untuk melakoni kompetisi basket terbesar di Tanah Air tersebut.

Jika mundur sekitar 10 tahun ke belakang, memang hanya ada dua tim saja yang selalu mendominasi di kompetisi ini, yaitu Satria Muda dan Aspac. Dua tim asal Ibu Kota Indonesia ini memang seakan tak bisa dibendung oleh tim mana pun, menyusul kekuatan dan kualitas pemain mereka selalu lebih baik.

Tak heran, jika kedua tim ini dapat disamakan seperti El Clasico dalam dunia sepakbola, yaitu Barcelona dan Real Madrid. Barca dan Madrid memang selalu mendominasi kompetisi La Liga Spanyol, termasuk dalam mendapatkan gelar juara.

Sama halnya dengan Satria Muda dan Aspac, kedua tim ini juga memegang koleksi gelar terbanyak di Indonesia dengan rincian Satria Muda 8 kali dan Aspac 4 kali. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa tim mulai mengalami peningkatan, bahkan mampu mengalahkan mereka.

Salah satu bukti paling nyata adalah CLS Knights Surabaya, pada musim 2015/16 kemarin, mereka berhasil mematahkan dominasi Satria Muda dan Aspac dengan keluar sebagai juaranya di musim tersebut.

Selain itu, mereka juga sempat dipatahkan oleh Pelita Jaya Jakarta dalam pertandingan pra-musim di musim yang sama. Menariknya lagi, pada final IBL 2016 kemarin, CLS Knights Surabaya dan Pelita Jaya Jakarta yang justru tampil di partai puncak tersebut.

Dengan kata lain, meski Satria Muda dan Aspac masih tetap diunggulkan di setiap musimnya, namun mereka juga tetap harus waspada dengan kekuatan tim lainnya.

Berikut ini INDOSPORT mencoba menganalisis kekuatan serta peluang juara dari keempat tim tersebut:


1. W88 News Aspac Jakarta

Aspac Jakarta

Sebagai salah satu tim basket terbesar di Indonesia, Aspac kerap ditakuti oleh para lawannya. Sayang, dapat dikatakan dalam beberapa tahun terakhir, permainan tim asal Jakarta ini mulai kurang konsisten.

Contohnya adalah mereka kerap kehilangan fokus dan tidak konsisten saat memasuki menit-menit akhir laga, sehingga tim lawan pun dapat mengembalikan kedudukan yang menyebabkan mereka kalah.

Pada perempatfinal IBL 2014/15 misalnya (kala itu masih bernama NBL), mereka kalah dari tim kuda hitam, Stadium Jakarta dengan skor tipis 67-65.

Begitu pula di semifinal musim berikutnya, pada babak semifinal, mereka dihajar oleh Pelita Jaya Jakarta dalam laga best of three (pertandingan yang digelar tiga kali, tim yang menang dua kali berhak melaju ke babak selanjutnya).

Pada laga itu, Aspac kalah dua kali dengan skor 55-76 dan 58-60. Padahal, dalam laga tersebut, mereka dapat dikatakan cukup mendominasi jalannya pertandingan dengan baik.

Aspac terakhir juara di musim 2013/14 di mana kala itu kompetisi masih bernama NBL (National Basketball League) Indonesia. Dua musim tidak juara, pastinya Aspac tidak ingin kembali gagal untuk yang ketiga kalinya.

Pada musim 2016/17 kali ini, mereka pasti mengusung target tinggi untuk membawa trofi juara itu kembali. Ditinggal dua mantan kapten yang juga pemain seniornya, yaitu Xaverius Prawiro dan Mario Gerungan, serta satu pemain andalannya, Ebrahim Enguio 'Biboy' Lopez tentu akan membuat kekuatan mereka sedikit berkurang.

Beruntung, Aspac telah memiliki motor serangan yang mumpuni, yaitu Andakara Dhyaksa Prastawa, penembak jitu, Oki Wira Sanjaya, serta big man masa depan tim, Kristian Liem.

Ketiga pemain itu seakan menjadi sosok penting dalam tim, sementara keberadaan pemain paling senior Aspac, Fandi Andika Ramadhani diharapkan mampu menjadi mentor yang baik bagi para juniornya.

Hadirnya dua pemain asing yang sama-sama berposisi sebagai pemain center, yaitu Anthony Ray Hargrove Jr dan Pierre Henderson memang akan menjadi warna baru bagi mereka.

Namun, pastinya keduanya juga membutuhkan waktu alias beradaptasi dengan gaya bermain Aspac serta atmosfer kompetisi basket di Indonesia.

Jika melihat peluang juara mereka di musim ini, dapat dikatakan Aspac cukup berat. Hal itu tak lepas karena saat ini, Prastawa dkk sedang memasuki masa transisi.

Artinya, jika ingin menjadi juara, satu-satunya kunci adalah dengan tetap bermain fokus dan tidak kehilangan konsistensi seperti di dua musim sebelumnya.


2. Pelita Jaya Jakarta

Pelita Jaya Jakarta 2015/16

Musim 2017 akan menjadi musim yang berbeda bagi Pelita Jaya Jakarta di IBL Indonesia. Hal ini tak lepas dari hengkangnya salah satu pemain terbaik mereka, Kelly Purwanto ke Hangtuah Sumsel.

Meski demikian, kekuatan tim yang akrab dipanggil PJ ini tak langsung menurun drastis. Sebab, mereka masih diperkuat oleh dua pemain berpengalaman, seperti Faisal Julius Achmad, Ponsianus ‘Komink’ Nyoman Indrawan, dan Adhi Pratama Putra.

Selain itu hadirnya Respati Ragil Pamungkas dari Satya Wacana Salatiga juga diyakini dapat menambah kekuatan tim yang kini dilatih oleh Johanis Winar tersebut.

PJ memang mampu mematahkan dominasi Satria Muda dan Aspac. Permainan mereka juga lebih mengutamakan permainan yang cepat tanpa mengandalkan individu dari pemain yang dimiliki.

Kelebihan itulah yang membuat PJ mampu tampil baik dan berhasil lolos ke final IBL Indonesia sebanyak dua kali beruntun, yaitu di musim 2014/15 dan musim 2015/16.

Tentunya, PJ juga tak ingin menjadi runner up yang ketiga kalinya di musim 2016/17 ini. PJ memang memiliki peluang yang cukup besar untuk menjadi juara di akhir musim nanti, namun mereka juga perlu mengingat jika mereka harus melakukan pembenahan.

Salah satu kelemahan mereka justru berada dalam kelebihan mereka sendiri. Ya, permainan cepat dari PJ terkadang membuat mereka salah komunikasi, situasi inilah yang membuat tim lawan dapat mengambil momentum (serangan balik) untuk mengalahkan Komink dkk.

Pembenahan ini perlu dilakukan dan juga pastinya tidak membutuhkan waktu yang cepat. Kecuali, lagi-lagi konsisten dan memiliki mental yang kuat menjadi hal utama jika ingin tetap bersaing di kompetisi IBL musim 2017 ini.


3. CLS Knights Surabaya

CLS Knights Surabaya 2015/16.

Secara mengejutkan, CLS Knights Surabaya mampu menjadi tim pertama yang mematahkan dominasi Satria Muda dan Aspac di kancah basket Indonesia.

Pada musim 2015/16 lalu, duet Mario Wuysang dan Jamarr Andre Johnson benar-benar menjadi pembeda bagi tim yang identik dengan warna ungu tersebut.

Selain itu, keberadaan dari dua pemain berpengalaman lainnya, yakni Rachmad Febri Utomo dan M Isman Thoyib juga mampu memberikan daya kekuatan bagi CLS.

Jika disamakan dengan tim sepakbola Eropa, maka CLS Knights Surabaya dapat disamakan seperti Atletico Madrid, Chelsea, ataupun Tim Nasional Jerman, di mana mereka memiliki pertahanan yang sangat kuat, serta mampu melakukan serangan balik yang mematikan.

Gaya bermain inilah yang diusung oleh CLS. Pertahanan mereka dapat dikatakan sangat solid di musim lalu, mereka mampu menutup semua ruang gerak bagi tim-tim lawan, termasuk menjaga ketat pemain lawan yang lebih menonjol.

Memasuki musim 2017, CLS Knights terbilang memiliki peluang yang sangat besar jika dibandingkan dengan W88 News Aspac Jakarta dan Pelita Jaya Jakarta, hal itu dikarenakan CLS telah mengetahui gaya khas permainan mereka, serta mengembangkan sistem yang sudah ada.

Hanya saja tim besutan Wahyu Widayat Jati ini perlu mengingat, jika kini mereka telah menyandang status sebagai juara bertahan.

Siapa pun tim yang memegang status tersebut, pastinya akan menjadi incaran atau target utama bagi tim lawan untuk dapat dikalahkan. Tentunya wajar, karena jika mereka bisa berhasil mengalahkan sang juara bertahan, maka mereka akan mendapatkan kepercayaan diri yang lebih.


4. Satria Muda Pertamina Jakarta

Satria Muda Pertamina Jakarta

Harus diakui, saat ini Satria Muda Pertamina Jakarta menjadi tim yang patut diwaspadai oleh lawan. Selain karena mereka merupakan salah satu tim raksasa di Indonesia, mereka juga telah memiliki jam terbang yang lebih tinggi.

Tim yang akrab dipanggil SM ini juga memiliki gaya pelatihan yang jauh berbeda dengan tim-tim yang lainnya, termasuk dalam persediaan fasilitas latihan yang terbilang luar biasa.

Tidak hanya itu, SM juga terbilang sangat jarang mendatangkan pemain anyar dalam timnya. Mereka lebih dikenal mampu memoles atau mengembangkan pebasket-pebasket Indonesia yang mampu menjadi pilar tim yang baik.

Tak heran, mengapa mereka selalu memiliki nama pemain yang sama, semua itu dikarenakan SM ingin membangun komunikasi dan kerja sama yang kuat dalam susunan roster (skuat) mereka.

Musim 2015/16 kemarin, mereka memang harus menyerah di tangan CLS Knigths Surabaya, karena saat itu SM memang tak mampu menyamakan permainan CLS yang lebih tenang dibandingkan mereka.

Dengan tidak memiliki banyak perubahan dalam timnya, para roster SM pastinya telah mengenal gaya bermain rekannya satu sama lain, sehingga kerja sama pun dapat terjalin dengan sangat kuat.

Jika disamakan dengan gaya permainan sepakbola, maka SM memiliki gaya bermain Total Football, yaitu saat bermain defense (bertahan) maka, kelima pemain di lapangan akan berada di area pertahanan.

Begitu pula saat melakukan serangan balik, kelimanya juga akan berada di area pertahanan lawan. Situasi inilah yang membuat tim lawan kebingungan, mereka harus menjaga pemain yang mana. Karena pastinya, setiap pemain SM dapat memiliki peluang untuk mencetak angka jika semuanya menyerang.

Asal tidak meremehkan lawan dan bukan tidak mungkin, jika SM menjadi tim yang paling berpeluang besar untuk menjadi juara di IBL musim 2017 ini.

CLS Knights SurabayaIndonesian Basketball League (IBL)Satria Muda Pertamina JakartaIn Depth SportsPelita Jaya JakartaW88 News Aspac Jakarta

Berita Terkini