Antara Pierre Tendean, Pahlawan Revolusi, dan Bola Basket
INDOSPORT.COM - Dalam perjalanannya, Negara Kesatuan Republik Indonesia selalui menemui berbagai ujian. Salah satunya adalah insiden pemberontakan.
Di Indonesia sendiri sudah tercatat pernah terjadi sejumlah pemberontakan mulai dari DII/TII, Permesta, hingga yang teranyar Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Namun, dari sekian banyak kasus pemberontakan, tak ada yang lebih diingat selain dari G30S.
Akibat peristiwa tersebut, sebanyak enam orang perwira, yakni Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal Suprapto, Letnan Jenderal Haryono, Letnan Jenderal Siswondo Parman, Mayor Jenderal D.I. Pandjaitan, dan Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo tewas dan ditemukan dalam sebuah sumur kecil di kawasan Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur.
Di antara korban tersebut, terdapat satu korban yang tidak memiliki pangkat jenderal. Sosok tersebut adalah Kapten Pierre Tendean. Pada waktu itu, ia adalah ajudan Jenderal Besar TNI, A.H. Nasution.
Tendean dengan berani mengorbankan diri setelah menipu para penculik dengan mengatakan bahwa dia adalah A.H Nasution.
Terlepas dari kisah heroiknya tersebut, Tendean ternyata memiliki sisi lain yang tak diketahui banyak orang. Menariknya, kisah-kisah tersebut memiliki kaitan erat dengan dunia olahraga.
1. Dari Basket hingga Tenis
Berdasarkan penuturan salah satu dosen di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD), Letjend (Purn) Sayyidiman, Pierre Tendean diceritakan sebagai sosok yang gemar berolahraga.
Olahraga yang digemari oleh Kapten Tendean adalah basket. Ketika dirinya naik pangkat menjadi Sersan Mayor Taruna, pria kelahiran 1939 itu tergabung dengan tim basket ATEKAD.
Dengan postur tubuh tinggi yang ia warisi dari ibunya yang berdarah Prancis, Tendean menjelma menjadi salah satu andalan utama tim.
Sayyidiman berujar bahwa selama acara Pekan Olahraga Antar Akademi, tim basket ATEKAD yang diperkuat Tendean selalu keluar sebagai juara.
Ternyata bukan hanya basket olahraga yang digemari oleh Tendean. Pria yang gugur di usia 26 tahun itu juga gemar bermain tenis. Sayyidiman sendiri sering bermain tenis dengan Tendean.
Selepas peristiwa 30 September 1965, Tendean mendapat predikat sebagai pahlawan revolusi dan dinaikan pangkatnya menjadi Kapten anumerta.
Atas dasar tersebut, namanya juga diabadikan sebagai nama wilayah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yakni Siring Pierre Tendean.
Selain itu, banyak jalanan di Indonesia yang menggunakan namanya. Di daerah Siring Pierre Tendean, Banjarmasin, sendiri saat ini berdiri lapangan basket yang diberi nama Lapangan Siring Tendean.
Terus Ikuti Berita Sepak Bola dan Olahraga Lainnya Hanya di INDOSPORT.COM