x

Larry Bird: Tukang Sampah yang Jadi Legenda NBA

Selasa, 5 Oktober 2021 17:06 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Larry Bird saat masih di Boston Celtics.

INDOSPORT.COM – Mengenang kisah Larry Bird, si tukang sampah yang berhasil menjadi legenda NBA dengan kesuksesan masifnya bersama Boston Celtics.

Pecinta olahraga basket, terutama NBA, tentu tak asing dengan nama Larry Bird. Ia tercatat menjadi legenda NBA karea prestasinya menjadi juara bersama Boston Celtics sebanyak 3 kali.

Pria yang dulunya berposisi sebagai Small Forward ini menjadi legenda NBA dengan melalui jalan terjal di mana dirinya terlahir dari keluarga miskin.

Baca Juga
Baca Juga

Larry lahir di French Lick, Indiana, sebuah kota miskin di negara bagian di Amerika Serikat. Ibunya sendiri, Georgia merupakan seorang pelayan yang menghidupinya dan lima saudaranya.

Sedangkan Ayah Larry Bird, Joe, adalah seorang pemabuk berat. Ayah dan ibunya bercerai saat Larry masih SMA di mana sang ayah pernah mengancam akan bunuh diri dan berbuah kenyataan saat sang ayah ditemukan meninggal dunia di usia Larry yang baru 18 tahun.

Menghadapi kerasnya kehidupan, Larry pun menjadikan basket sebagai pelariannya semasa SMA di mana bakatnya terendus oleh orang banyak.

Semasa SMA, Larry punya catatan apik yakni rata-rata 30,6 poin per gim dan 20 Rebound per gim. Hal ini membuatnya dilirik banyak kampus.

Baca Juga
Baca Juga

Hingga akhirnya, Larry menolak tawaran yang masuk untuk tinggal di negara bagian dan bermain dengan Bobby Knight di Universitas Indiana. Sayang kariernya di dunia basket kampus terbilang singkat, yakni hanya 24 hari.

Pada saat yang sama, Larry menjalani bahtera pernikahan setelah memutuskan nikah muda. Ia memiliki putri yang harus ia urus saat memutuskan bercerai.

Di tengah kekacauan hidupnya, Larry Bird pun memutuskan berhenti kuliah dan mulai bekerja sebagai tukang sampah. Siapa sangka, takdir membawanya ke NBA dan menancapkan namanya sebagai legenda.


1. Bertemu Bill Hodges dan Jadi Legenda NBA

Larry Bird saat masih di Boston Celtics.

Saat berprofesi sebagai tukang sampah, Larry Bird mengaku bahagia dan menganggap pekerjaan tersebut menyenangkan, tak seperti pandangan orang lain.

“Saya senang pekerjaan itu (tukang sampah). Itu ada di luar ruangan, Anda berada di sekitar teman Anda. Mengambil sikat dan membersikannya. Saya merasa saya benar-benar mencapai sesuatu,” tuturnya dikutip dari laman Fade Away World.

Bekerja sebagai tukang sampah membuat Larry pun menyerah akan kariernya di dunia basket. Hingga suatu saat, sosok bernama Bill Hodges datang dan menyelamatkan hidupnya dari jurang kemiskinan.

Bill Hodges menjadi pria berjasa dalam hidup Larry di mana pria yang merupakan pelatih basket Universitas Negeri Indiana mengajaknya bergabung tim basketnya.

Hingga akhirnya pada tahun 1975, Larry pun resmi menjadi mahasiswa Universita Negeri Indiana di mana ia langsung bermain untuk tim kampus bernaa Sycamores.

Selama 3 tahun di bangku kuliahan, Larry menorehkan catatan apik dengan rata-rata 30,3 poin, 13,3 Rebound dan 4,6 assist per gim yang membuatnya menjadi pebasket terbaik di tingkat perguruan tinggi pada 1979.

Pada 1978, Larry terpilih oleh Boston Celtics di mana ia berada di urutan draft keenam pada saat itu. Namun, karena ia belum lulus, ia belum menandatangani kontrak hingga 1979.

Pasca lulus dengan gelar sarjana sains di bidang pendidikan jasmani, Larry pun meneken kontrak berdurasi 5 tahun dengan bayaran 3,25 juta dolar yang membuatnya menjadi Rookie termahal saat itu.

Setelahnya, Larry pun menandai tinta emasnya di NBA. Bersama dengan Magic Johnson, Larry menjadi ikon NBA kala itu dengan menjuarai titel NBA 3 kali di tahun 1981, 1984 dan 1986 serta 3 kalin menjadi MVP NBA di tahun 1984, 1985, dan 1986 serta masuk 12 kali NBA-All Star.

Ia juga turut membawa Amerika Serikat meraih 3 medali emas di ajang Olimpiade dan masuk dalam daftar Hall of Fame baik di tingkat perguruan tinggi maupun NBA.

NBALarry BirdBoston CelticsNBA All-StarBasketBerita Basket

Berita Terkini