x

Fithri Syamsu: Darah Daging untuk Futsal

Minggu, 22 Oktober 2017 06:03 WIB
Editor: Ardini Maharani Dwi Setyarini

Weekend kali ini kita kenalan yuk dengan yang segar dan bikin semangat. Terutama buat Anda pecinta olahraga Futsal. Dara cantik ini udah gak asing namanya. Fithri Syamsu memang cetar membahana. Kiprah di futsal baginya bukan sekedar. Meski akhirnya tak lagi terjun ke lapangan, namun kecintaannya pada olahraga ini gak usah ditanya.

INDOSPORT berkesempatan mewawancarai dara yang lahir pada 16 Januari 1989. Ditemui di sebuah lapangan futsal di Jakarta Selatan, Fithri bercerita banyak soal olahraga kegemarannya itu. Simak, yuk.

Awal kenalan dengan futsal?

Ceritanya dari kecil aku emang tomboy banget. Suka main bola sama anak laki-laki di kompleks perumahan. Main bola saat itu berkesan banget buat aku. lari dan ngejar bola, seru lah. Lalu ternyata di SMA dapat ekstra kulikuler futsal. Main kerajingan, ternyata futsal benar-benar menyenangkan. Asyik deh pokoknya. Dan sampai sekarang masih menekuni futsal.

Bedanya sepakbola dan futsal di mana Fithri?

Ada banyak banget perbedaannya. Di luar aturan teknis, ya. Buat aku futsal lebih menantang. Selama pertandingan gak berhenti, terus mengejar bola. Kalau di sepakbola mungkin pemainnya masih bisa jalan, diam sejenak di lapangan, di futsal gak bisa. Bola terus dikejar. 

Jadi lebih menantang mana?

Jelas futsal. Lapangan lebih kecil, gawangnya lebih kecil. Strategi benar-benar harus pas untuk menjebol gawang lawan. Passing-passingnya, teknik individu, semua harus bisa digabungkan. Itu sangat menantang sekali. 


1. Jatuh Bangun di Futsal Profesional

Fithri Syamsu

Yang paling sulit di futsal?

Yang paling sulit itu mengontrol emosi. Ada 4 orang dalam lapangan, di luar kiper, ini harus bisa menyatukan pikiran biar passing lancar. Yang sering latihan bareng aja suka gak nyambung, apalagi pemain cabut-cabutan gitu.

Kayak tarkam. Pemainnya cabutan dari mana-mana. Ada yang profesional ada juga yang baru. Biasanya sih kalau aku ngeliat dulu gaya bermain mereka. Baru aku ikutin alurnya. 

Pernah punya pengalaman juga dipasangin sama pemain dari mana gitu, gak kenal. Aku coba ikutin gaya mainnya. Ini strategi aku kalau bermain dan kita belum tahu secara personal tim kita. Alhamdulillah menang sih, hehehe.

Terjun ke profesional?

Awal terjun ke profesional saat 2009. Waktu itu aku berkenalan dengan Coach Syaibani (Ahmad Syaibani, mantan pemain timnas futsal pria). Lalu dia mengutarakan ingin membentuk tim futsal putri, jadilah aku diajak membangun JK Angels (Jaya Kencana Angels). Dari situ sudah mulai masuk liga profesional. 

Padahal sebelumnya gak ada bayangan diajak ikutan profesional. Sebagai seorang penyuka futsal, aku biasanya datang ke pertandingan dan berkenalan dengan beberapa atlet futsal, jadilah kesempatan itu datang. Akhirnya aku menjadi bagian JK Angels. Seneng banget. 

Sekarang udah banyak banget klub futsal profesional wanita. Seneng banget. Futsal udah mulai dikenal. Dulu zamanku di profesional, masih banyak yang nanya, futsal apaan sih, hehehe. Sekarang banyak orang sudah pada ngeh dengan olahraga ini. 

Siapa yang peran penting mengembangkan futsal, pemerintah gimana?

(Fithri cuma ketawa kecil disinggung peran pemerintah di perkembangan futsal) No comment deh. Tapi intinya bangga banget lihat futsal udah lebih berkembang. Kalau setiap ketemu lawan, tadinya itu-itu saja, tapi sekarang muncul wajah-wajah baru. Lebih meriah. Itu futsal putrinya. Futsal putranya juga udah oke banget.

Media, nah. Peran media besar banget buat membesarkan futsal. Apalagi sekarang ada media yang khusus untuk membedah futsal, skema pertandingan, jadwal, dan sebagainya. Beruntung banget ada media kayak gini.

Futsal Indonesia sendiri menuju ke arah yang lebih baik. Sekarang penggemar futsal tambah banyak, GOR juga makin ramai. Harus optimis futsal Indonesia bisa oke. 

Perkuat Timnas?

Pernah dipanggil untuk seleksi 2013 lalu. Sekali dua kali berlatih, ternyata bentrok dengan skripsi. Aku memilih melanjutkan skripsi.

Nyesel?

Banget, hehe. Karena kesempatan tersebut bukan kesempatan yang terjadi beberapa kali. Seumur hidup mungkin hanya sekali. Tapi ya sudahlah. Hidup harus memilih.

Tawaran main di luar negeri?

Belum pernah ada.

Tapi kalau ditawarin, mau?

Antara mau dan engga sih. Emang susah banget memilih antara profesional di futsal atau mencari karir yang lain. Aku lebih memilih berkarir di bidang lain, meski sebenarnya untuk publikasi futsal juga. Gak jauh-jauh dari kesukaan. Intinya tetap mendukung futsal meski gak menjadi pemain pro.


2. Atlet Tak Menjanjikan

Fithri Syamsu

Profesional sudah berhenti, dong?

Sudah. Sejak 2013. Aku memilih bekerja di bidang yang gak jauh jalurnya dari kesukaanku, yakni futsal. (Fithri Syamsu saat ini bekerja di media yang menitik beratkan pada pemberitaan mengenai futsal).

Main futsal, tanding, tetap. Laga persahabatan masih dijalani. Untuk lebih meramaikan futsal, sebagai olahraga dan fun.

Tim futsal luar negeri yang bagus?

Iran. Keren banget. Futsal putra-putrinya. Lalu Thailand, putra-putrinya keren juga. Spanyol, Rusia, dan Argentina. Lima terbaik.

Leader di Asia, Iran dan Thailand tuh. 

Indonesia?

Indonesia itu sekelas dengan China. Tapi intinya ada di coach/pelatih sih. Pelatih yang bagus akan membawa timnya jadi bagus. Pelatih otak dari permainan. Nah Indonesia pernah dipegang sama coach yang pernah melatih Thailand juga tim-tim besar Eropa. Semoga lebih baik kemampuan tim Indonesia dipegang pelatih yang berpengalaman.

Berminat jadi pelatih?

Sampai saat ini belum terlalu berminat. Jadi coach gak gampang. Perlu skill baik dan jam terbang di pro yang banyak. Aku sudah berhenti di pro meski sekarang masih tanding biasa. Kalau ada yang minta ajarkan soal passing atau menembak bola, mungkin masih bisa aku arahkan. Tapi pelatih lebih dari itu dan tidak gampang. Apa yang aku bisa pasti aku bantu. Nah, aku gak yakin bisa untuk jadi coach.

Harus dari usia berapa main futsal untuk bisa sepiawai Fithri?

Hehehe, asalkan ada niat benar-benar, ibu-ibu atau anak-anak, tidak ada kata terlambat untuk bermain futsal. Memang menendang bola perlu teknik, namun siapa pun yang mau belajar pasti bisa. 

Kalau dari kecil lebih oke lagi. Dia masih bisa diarahkan dan bisa mengembangkan kemampuannya.

Berapa lama untuk mencapai tahap profesional?

Setengah tahun juga bisa jika dia benar-benar disiplin, niat, berlatih setiap hari dan ditambah dengan latihan di 'luar latihan'. Bisa di tingkat profesional. Intinya itu saja.

Kenapa keluar dari pro?

Alasan lebih ke personal. Memilih bekerja dan mengembangkan presenter. Mengembangkan konten di medsos untuk media tempat aku bekerja. Acara off air dan sebagainya. Tapi semua intinya untuk futsal. Main (futsal) masih.

Apa karena jadi atlet di Indonesia belum 'menjanjikan' masa depan cerah?

Salah satunya itu. Tapi hidup kan memang harus memilih. Meskipun gak (main) di pro, aku tetap mendukung dan main futsal. 

Gak minat masuk ke pemerintahan untuk lebih menyuarakan futsal?

Gak minat, hehehe. Aku lebih memilih jadi warga biasa yang mempublikasikan futsal dengan cara sendiri.

Selama ini kan masih banyak masyarakat yang lebih mengagung-agungkan sepakbola ketimbang futsal. Memang beda, tapi aku mau kasih tau kalau di futsal skill-skillnya pun gak kalah oke. 

Terpikir untuk memanajeri sebuah tim?

Mau banget. Cuma pasti harus benar-benar memanage waktunya dengan baik. Menjadi manager sebuah tim gak segampang membalikkan telapak tangan. Perlu diperhatikan agar jadi tim yang oke


3. Ego Itu Perlu

Fithri Syamsu in action.

Mengikuti perkembangan sepakbola dan futsal?

Futsal udah jadi nyawa. Pasti. Kalau sepakbola hanya beberapa kali. Aku suka banget lihat perkembangan Timnas kita. Luar biasa. Semoga di futsal juga demikian.

Berarti lihat laga uji coba Indonesia vs Thailand?

Lihat dong. Timnas U-19 sangat oke. Timnas senior juga bagus. Mulai pada bangkit. 

Kebangkitan di futsal?

Itu yang bikin saya bangga. Jadi di tiap kota sudah ada tim futsalnya, terutama tim futsal wanita. Kalau dulu setiap bertanding kayaknya ngelawan orang yang sama. Sekarang ada wajah-wajah baru. Regenerasinya lumayan meningkat.

Tau gak sempat ada tanda pagar #EgyEgo?

Apa tuh?

Itu lho, Egy Maulana Vikri saat di laga Thailand seperti bermain sendiri. Bola gak dioper ke teman.

Oh, nah itu. Jadi menurut aku, egois itu perlu dan gak perlu juga dalam setiap pertandingan. Kita yang menjalani tanding di dalam lapangan. Bukan penonton. Penonton gak bermain langsung, cuma bisa komentar. Tapi yang terjadi di lapangan sangat berbeda. Terkadang pemain harus bisa memutuskan, apakah bola dioper atau tidak. Apakah harus nge-golin sendiri atau tidak. Yang penting yakin saja dengan keputusan dan juga yakin, jika bola yang dia bawa tersebut bisa mencetak gol. Jadi itu pilihan saja, sih. 

Harapannya untuk futsal Indonesia?

Semoga semakin maju, semakin mendapat banyak apresiasi, semakin banyak mencetak prestasi, dan bisa disejajarkan 'kastanya' dengan sepakbola.

FutsalFithri Syamsu

Berita Terkini