3 Kisah Heroik Atlet Indonesia di Kancah Internasional
Indonesia selalu melahirkan atlet-atlet berprestasi dalam setiap ajang multi-event, baik itu Olimpiade, Asian Games, hingga SEA Games. Dan kali ini perhelatan SEA Games 2015 di Singapura langsung mengingatkan kita dengan para atlet yang pernah mengharumkan nama bangsa.
Tentunya untuk meraih kesuksesan harus dilakukan dengan penuh perjuangan. Tidak heran jika beberapa atlet harus tampil maksimal dan memiliki mental baja untuk menghadapi tekanan yang ada dalam perlombaan.
Berikut INDOSPORT akan menyajikan nama-nama atlet yang pernah dan berpeluang untuk kembali mengharumkan nama Indonesia dalam ajang SEA Games 2015 di Singapura.
1. Taufik Hidayat
Rasanya jika masyarakat Indonesia mendengar nama ini, hal pertama yang terbesit dalam pikiran adalah bulutangkis.
Ya, nama Taufik Hidayat memang sangat dekat dengan dunia bulutangkis. Hal itu karena atlet kelahiran Bandung tersebut telah meraih banyak prestasi dalam dunia bulutangkis.
Bahkan, meski sudah memutuskan untuk menggantung raket pada 2013 lalu, pria 33 tahun ini tetap tidak lepas dari bulutangkis. Setahun sebelumnya Taufik membuka pusat latihan bulutangkis yang bernama Taufik Hidayat Arena (THA).
Ayah dua orang anak ini telah menyimpan semua medali atau piala dalam berbagai kejuaraan. Tidak heran jika namanya tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga di dunia.
Berhasil mendapatkan berbagai gelar yang telah diikutinya di berbagai negara, tentunya membuat mantan pebulutangkis yang terkenal dengan jump smash-nya ini memiliki kisah emosional yang tidak dapat dilupakan seumur hidupnya
"Jujur bukannya sombong, kalau bicara prestasi dalam multi-event semua gelar saya pernah merasakannya. Kalau hal yang paling berkesan tentu saja gelar juara Olimpiade, saya rasa semua atlet pasti ingin jadi juara Olimpiade, hanya atlet yang bodoh yang mengatakan gelar Olimpiade tidak istimewa," tutur Taufik kepada INDOSPORT.
Taufik pernah meraih medali emas dalam kejuaraan Olimpiade 2004 di Athena, Yunani, setelah menaklukkan pebulutangkis asal Korea Selatan, Seung Mo Shon, pada babak final.
Tidak hanya itu, suami dari Ami Gumelar (putri Agum Gumelar) ini juga pernah mencapai ranking puncak tingkat dunia pada 2000. Selain dikenal dengan jump smash, Taufik juga terkenal dengan aksi backhand smash, yang hingga saat ini tengah diikuti oleh pebulutangkis lainnya.
Meski mengaku sangat terkesan dengan gelar yang telah dicapainya, Taufik juga mengungkapkan bahwa ada yang menurutnya tidak berkesan saat dia meraih medali emas dalam berbagai event tersebut.
"Memang semua berkesan, tapi hal yang menurut saya tidak terkesan adalah semua orang hanya tahu saya berhasil meraih prestasi, tetapi mereka tidak mengetahui bagaimana proses yang saya lakukan, seperti saat latihan, pola makan, dan lainnya," tutup Taufik.
2. Syamsul Anwar Harahap
Dia lebih dikenal dengan nama Syamsul Anwar, mungkin hanya sedikit kalangan yang mengetahui nama mantan atlet petinju yang kini telah berusia 67 tahun.
Pasalnya, Syamsul mengikuti banyak kejuaraan pada medio tahun 70-an, selain Chris John, belum ada lagi nama petinju asal Indonesia yang akan membawa prestasi di kancah internasional.
Mungkin, nama Daud Yordan disebut-sebut akan sebagai harapan baru untuk tinju Indonesia. Namun, petinju 27 tahun ini disebut Syamsul Anwar sebagai petinju yang masih labil.
Kendati demikian, dia percaya selain Chris John dan Daud Yordan akan kembali bermunculan nama petinju-petinju yang akan meraih prestasi di tingkat internasional.
Jika kembali mengingat ke masa saat dia masih aktif menjadi seorang petinju, pasti saat ini dia akan menjadi motivasi bagi setiap atlet di cabang olahraga manapun.
Bagaimana tidak, Syamsul Anwar Harahap, dapat dikatakan memiliki fisik yang tidak ideal untuk seorang atlet. Saat dia masih muda, dia divonis memiliki cacat pada lengan kanannya akibat serangan penyakit polio.
Namun berkat dorongan dari sang ibu, dia pun tetap berjuang keras untuk menjadi seorang atlet. Dia pantang menyerah melawan rasa sakit yang dialaminya. Hal inilah yang membuat dia tidak dapat melupakan kejadian-kejadian emosional yang diraihnya saat masih muda.
"Dulu saya seperti tidak memiliki tangan walau lengan kanan saya masih ada. Setiap digerakkan sedikit saja, itu sudah sakit sekali," tandas Syamsul kepada INDOSPORT.
"Awalnya saya sempat down dan ingin mundur dari dunia atlet, tapi ibu saya menceritakan pelari bernama Wilma Rudolph yang sukses pada Olimpiade, dirinya juga mendapatkan cacat pada kakinya sama seperti saya. Disitulah saya jadi termotivasi," kenangnya.
Saat menjalani latihan, dia juga mengaku sempat hampir putus asa dan sekali lagi dia mendapat dukungan dari anggota keluarganya untuk terus maju.
"Siapa yang tidak ingin menyerah jika memiliki fisik seperti itu? Saya hampir menyerah, tapi pelatih saya yang juga merupakan paman saya terus mendorong saya, hingga akhirnya saya bisa jadi petinju, itulah momen yang tidak dapat saya lupakan," pungkasnya.
Saat ini kondisi Syamsul sudah membaik, diakuinya sudah cukup lama pulih dari penyakit yang hampir menghambat lajunya untuk menjadi seorang atlet. Dia juga tidak lupa memberi pesan, baik kepada atlet atau siapa saja, jika dia yang dulu cacat bisa meraih prestasi, berarti kita semua yang memiliki fisik tanpa cacat tentu juga bisa.
Saat ini, Syamsul Anwar berprofesi sebagai promotor dalam perebutan gelar kejuaraan dunia.
3. Ahmad Hulaefi
Nama atlet yang satu ini telah membanggakan nama Indonesia dalam SEA Games 2013 di Myanmar.
Pada SEA Games tahun ini, dia kembali berpeluang untuk meraih emas bersama rekan-rekannya dalam cabang olahraga wushu.
Nantinya akan ada sekitar 20 atlet wushu yang akan diseleksi untuk berjibaku di Singapura tempat penyelenggaraan SEA Games tersebut.
Namun nama Ahmad Hulaefi bersama tiga orang rekan lainnya sudah dipastikan akan mengibarkan bendera Merah Putih di Singapura, tinggal mencari beberapa atlet lagi untuk menemani mereka.
Sukses di Myanmar pada dua tahun lalu tidak membuat Ahmad berpuas diri. Dia sadar bahwa prestasinya tersebut tidak akan menjadi tolak ukur untuk para pesaingnya. Dia akan menjadikan prestasi tersebut sebagai modal untuk memotivasikan dirinya.
Jika dibandingkan dua atlet seniornya yang telah kami bahas tadi, yakni Taufik Hidayat dari bulutangkis dan Syamsul Anwar dari tinju, tentunya membela nama Indonesia di negara lain, bagi Ahmad Hulaefi menjadi tantangan tersendiri.
Hal itu diakuinya, ketika dirinya ditanya kejadian apa yang berkesan untuk dirinya saat bertanding di Myanmar saat itu, ia menjawab tekanan mental yang menjadi lawan utamanya.
"Jujur saja, saat bermain di Myanmar saya cukup gugup. Karena saya orang pertama dari negeri lain yang tampil, sedangkan tuan rumah sudah tampil duluan. Suasananya saat itu benar-benar sudah seperti lawan saya," jelas Ahmad Hulaefi kepada INDOSPORT.
"Tidak hanya itu, tetapi tekanan juga datang, karena penonton sudah pasti dipenuhi oleh pendukung Myanmar, sehabis mereka tampil saya yang turun. Bersyukur saya bisa meraih emas sehingga tekanan itu langsung hilang. Momen itulah yang benar-benar sangat emosional untuk saya," tambahnya.
Nama Ahmad Hulaefi memang sedikit asing didengar bagi masyarakat Indonesia yang awam terhadap cabang olahraga wushu. Namun sepertinya, tidak lama lagi seluruh masyarakat akan mengenal dia, mengingat wushu menjadi cabang unggulan Indonesia selain bulutangkis.
Ahmad Hulaefi mulai mengikuti wushu sejak dia masih duduk di sekolah dasar (sd), saat itu dirinya gemar menyaksikan tayangan-tayangan yang berjenis kungfu dan nama Jet Li merupakan tokoh idolanya.
"Saya suka wushu sejak kecil, kira-kira waktu SD. Alasannya karena saya suka menonton film Jet Li atau film-film kungfu lainnya," tutupnya.
Well, tentunya kita semua akan berharap Indonesia akan terus meraih banyak prestasi melalui atlet-atlet yang merupakan regenerasi, seperti nama Ahmad Hulaefi dan yang berasal dari cabang olahraga Indonesia.
Berjayalah Indonesia!