x

6 Alasan China Berpotensi Jadi Pelanggar HAM di Olimpiade 2022

Kamis, 10 Desember 2015 17:38 WIB
Editor: Ramadhan

China secara resmi ditunjuk sebagai tuan rumah perhelatan Olimpiade Musim Dingin 2022 mendatang oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada Jumat, (31/07/15). China berhasil mengalahkan Almaty di Kazakhstan dalam pencalonan tersebut.

Terpilihnya China membuat Beijing (ibu kota negara) akan menjadi kota pertama yang menggelar Olimpiade baik di musim panas dan musim dingin. Sebelumnya, Beijing telah lebih dulu menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2008.

China yang berhasil menjadi tuan rumah Olimpiade 2022 juga tak lepas dari kontroversi. Pertama, kota Beijing dianggap bukan jantung tradisional untuk olahraga musim dingin. Kedua, karena catatan hak asasi manusia China yang sangat buruk sehingga berpotensi membahayakan martabat manusia.

Human Rights Watch pernah mengatakan terpilihnya China sebagai tuan rumah Olimpiade 2022 oleh IOC adalah sebuah tamparan bagi wajah para aktivis HAM yang selama ini mengkritisi pemerintah China.

“Moto Olimpiade ‘yang lebih tinggi, lebih cepat, dan lebih kuat’ adalah gambaran sempurna dari serangan pemerintah China kepada masyarakat sipil. Aktivis yang menyerukan perdamaian ditahan dalam waktu singkat,” ucap Direktur HRW China, Sophie Richardson pada BBC.

Dalam rangka memperingati hari HAM sedunia hari ini 10 Desember, INDOSPORT mengulas sejumlah alasan yang membuat China dianggap sebagai negara yang berpotensi menjadi pelanggar HAM saat menjadi tuan rumah Olimpiade 2022 mendatang.


1. China Adalah Eksekutor Hukuman Mati Terburuk di Dunia

China menjadi negara yang mengeksekusi lebih banyak manusia dibanding jika menggabungkan total seluruh negara-negara di dunia. Jumlah pasti masih tak diketahui karena sistem hukuman mati tetap menjadi rahasia negara (menurut data Human Rights Watch).

Hukuman mati adalah salah satu pengkhianatan akhir dari hak asasi manusia. Tak ada seorang pun, termasuk pemerintah China, yang memiliki hak untuk mengambil nyawa orang lain.

Catatan buruk pelanggaran HAM oleh China tersebut berpotensi meningkat tajam jelang perhelatan Olimpiade 2022 nanti. 


2. The Great Firewall

The Great Firewall adalah salah satu dari banyak cara pemerintah China membatasi kebebasan berbicara.

China memiliki sebagian besar internet yang paling brutal dan sensor pers di dunia, dan siapa pun yang mengancam akan segera ditahan.

Salah satu contoh yang paling terkenal adalah saat China memblokir Facebook, Twitter dan YouTube pada 2009 selama kerusuhan di Xinjiang. Shi Tao, seorang jurnalis China, dipenjara selama 10 tahun setelah mengirimkan email ke sebuah situs pro-demokrasi di Amerika Serikat saat perayaan 15 tahun Tiananmen Square. Tindakan keras terhadap kebebasan online terus meningkat.


3. Hampir Mustahil untuk Aksi Protes Damai

Berbicara atau mengkritik pemerintah merupakan tindakan sia-sia dan justru berbahaya. Saat peringatan Hari Perempuan Internasional tahun ini, pihak berwenang menangkap dan menahan 5 aktivis yang memprotes pelecehan seksual.

Para wanita aktivis tersebut didakwa telah membuat kericuhan dan memprovokasi masalah.

Seperti laporan Human Rights Watch, setiap tahun ada tindakan keras dan penangkapan langsung saat peristiwa penting berlangsung seperti ulang tahun Tiananmen Square. Para aktivis ditangkap dan ditahan sebelum mereka bisa mengucapkan sepatah kata pun.


4. Rasa Tak Aman Jika Membela Para Pengunjuk Rasa

China memiliki rekam jejak yang menyedihkan dalam soal penangkapan dan memenjarakan para pengacara yang membela para aktivis, pembangkang dan bahkan orang-orang biasa yang berusaha untuk mendapatkan keadilan.

Sebagai contoh, seorang pencara otodidak, Chen Guangcheng harus masuk tahanan rumah atau di penjara selama 6 tahun setelah karya dan kerjanya dalam membela hak-hak perempuan menghadapi sterilisasi paksa dan aborsi paksa. Guangcheng didakwa dan dianggap ‘mengorganisir massa untuk mengganggu lalu lintas’.

Masih di tahun 2015, lebih dari 200 pengacara dan aktivis telah ditargetkan dan ditahan. Surat kabar resmi menuduh mereka (para aktivis) menjadi bagian dari gang kriminal yang bertujuan untuk ‘merusak stabilitas sosial’. Setidaknya 26 aktivis dan pengacara masih ditahan.


5. China Sebagai Pemasok Bisnis Terdepan Alat Penyiksaan

China tidak hanya menjadi pemimpin dalam hal menindak pengunjuk rasa, pengacara dan pembangkang. China menjadi salah satu pemain utama dalam hal penyiksaan yang seharusnya terbatas pada sejarah.

Dalam 10 tahun terakhir, jumlah perusahaan alat penyiksaan China telah meningkat 4 kali lipat. Alat-alat seperti tongkat sengatan listrik, tongkat berduri dan borgol leher dibuat dan kemudian diekspor ke polisi dan pasukan keamanan di tempat-tempat seperti Mesir, Ghana, Kamboja dan Nepal.


6. Rekam Jejak HAM yang Buruk

Menurut Human Rights Watch, catatan HAM China justru bertambah lebih buruk dibanding saat perhelatan Olimpiade Beijing 2008 lalu. Ada lebih banyak aktivis yang ditahan dan situs diblokir. Wartawan asing dihentikan dari tugas pelaporan terhadap isu-isu yang dianggap ‘sensitif’ oleh otoritas setempat.

Olimpiade Beijing 2022 nanti diyakini akan menambah daftar pelanggaran China terhadap nilai-nilai.

ChinaOlimpiadeOlimpiade 2022International Olympic Committee (IOC)

Berita Terkini