Oase

Terungkap, Data Kematian Covid-19 RI Ternyata Bukan Real Time

Kamis, 12 Agustus 2021 15:39 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Terungkap fakta baru jika data kasus kematian akibat COVID-19 dalam tiga minggu terakhir oleh Kementerian Kesehatan ternyata bukan data real time.

Kemenkes menyebut laporan lonjakan kasus kematian akibat Covid-19 yang tinggi tiga minggu belakangan ini merupakan data akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya. Artinya, bukan data real time.

Kemenkes mengungkapkan, tiga provinsi yang melaporkan data kematian tidak real time itu yakni Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ketiga provinsi itu merupakan provinsi yang berkontribusi paling besar.

Tenaga Ahli Kemenkes Panji Fortuna Hadisoemarto mengungkapkan itu dalam keterangan resmi Kemenkes, Jakarta, kemarin.

"Berdasarkan analisis dari data National All Record (NAR) Kementerian Kesehatan diketahui bahwa pelaporan kasus kematian yang dilakukan daerah tidak bersifat real time dan merupakan akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya," katanya dikutip dari Akurat.co, Jakarta, Kamis (12/08/21).

NAR merupakan sistem big data untuk pencatatan laboratorium dalam penanganan Covid-19 yang dikelola oleh Kemenkes.

Dia mengungkapkan contoh kasus keterlambatan daerah melaporkan kasus kematian itu. Berdasarkan laporan kasus Covid-19 pada tanggal 10 Agustus 2021, dari 2.048 kematian yang dilaporkan, sebagian besar bukanlah angka kematian pada tanggal tersebut atau pada seminggu sebelumnya.

"Bahkan 10,7 persen diantaranya berasal dari kasus pasien positif yang sudah tercatat di NAR lebih dari 21 hari, namun baru terkonfirmasi dan dilaporkan bahwa pasien telah meninggal," katanya.

Seperti yang dilakukan Kota Bekasi. Laporan kasus kematian pada Selasa (10/08/21) dari 397 angka kematian yang dilaporkan, 94 persen diantaranya bukan merupakan angka kematian pada hari tersebut melainkan rapelan angka kematian dari bulan Juli sebanyak 57 persen dan bulan Juni dan bulan-bulan sebelumnya sebanyak 37 persen. Lalu 6 persen sisanya merupakan rekapitulasi kematian di minggu pertama bulan Agustus.

"Contoh lain adalah Kalimantan Tengah dimana 61 persen dari 70 angka kematian yang dilaporkan kemarin adalah kasus aktif yang sudah lebih dari 21 hari namun baru diperbaharui statusnya," katanya.

Sebelum ini, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, telah membeberkan keputusannya untuk menghapus laporan kematian dari indikator penanganan Covid-19 dikarenakan data kematian bukan data real time.