Kubur Memori 1999
Menoleh sejenak ke partai puncak Liga Champions 1999 di Camp Nou, Barcelona, Spanyol, tepatnya pada 26 Mei 1999. Final yang dipimpin wasit Pierluigi Collina asal Italia menjadi milik MU dengan kemenangan 2-1 di bawah tatapan 90.045 pasang mata yang menyesaki Nou Camp.
Pertandingan ini diakui menjadi salah satu final paling dramatis dalam sejarah Liga Champions. Anggapan dramatis berdasarkan kemenangan MU yang diraih waktu injury time (tambahan waktu menjelang pertandingan berakhir), tepatnya menit 90+1 dan 90+3.
Sejak Pierluigi Collina membunyikan peluit pertama, Bayern Muenchen hanya butuh enam menit untuk menjebol gawang Manchester yang saat itu dikawal Peter Schmeichel. Bola masuk ke gawang Schmeichel yang saat itu jadi kapten MU dari serangan Mario Basler.
Mayoritas penonton di stadion dan yang menyaksikan pertandingan lewat televisi hampir mengamini kemenangan Muenchen karena skor 1-0 tidak berubah hingga waktu normal (90) menit sudah tuntas.
Ole Gunnar Solskjær mengubah suasana. Pemain yang baru masuk pada menit 81 ini sebagai pengganti Andy Cole membuat kedudukan menjadi 1-1 pada menit 90+1. MU bangkit, Muenchen tersentak.
Keterkejutan Muenchen berakhir menjadi duka nestapa saat Teddy Sheringham memberi gol kedua bagi MU pada menit 90+3. Seperti Ole, Sheringham berstatus pemain cadangan dan baru masuk lapangan pada menit 67 menggantikan Jesper Blomqvist. Gol Sheringham adalah gol terakhir di Nou Camp, MU yang sempat tertinggal 0-1 berbalik menjadi juara Liga Champions 1999.
Ryan Giggs termasuk dalam komposisi pemain MU yang berjaya di Nou Camp, 15 tahun lalu. Giggs yang kini berumur 40 tahun masih terlibat dalam Liga Champions edisi 2014. Meski status pertandingan berbeda. Baru level perempatfinal, bukan final.
Giggs menegaskan keberhasilan di final 1999 tidak layak dijadikan patokan karena perbedaan armada dan suasana kebatinan. Beberapa pemain MU, seperti Adnan Januzaj baru berumur empat tahun, David De Gea, Phil Jones, Rafael da Silva, Tom Cleverley dan Chris Smalling belum mencapai usia 10 tahun saat final 1999.
“Kami tidak akan menggunakan memori 1999. Beberapa pemain mungkin tidak mengingatnya. Pemain sudah berbeda di kedua kubu, meski tradisi dan klub sama. Mereka adalah dua klub besar dengan sejarah hebat dan dua tim yang bermain bola dengan baik,” kata Ryan Giggs.
“Ketika Bayern Muenchen menghadapi Manchester United ini akan selalu menjadi tontonan besar. Apakah itu final atau perempatfinal Liga Champions, keduanya adalah dua klub besar,” tegas Giggs yang saat itu tampil penuh di Nou Camp ketika berumur 26 tahun.