x

4 Pelatih Ini Bicara Perbaikan Pembinaan Sepakbola Indonesia

Senin, 22 Juni 2015 16:12 WIB
Penulis: Binsar Marulitua | Editor: Joko Sedayu

Wacana pencalonan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 terasa menjadi hambar, mengingat untuk bersaing di level Asia Tenggara saja timnas Garuda semakin jauh tenggelam. Artinya Indonesia belum memiliki kualitas untuk tampil di ajang sekaliber Piala Dunia.

Baca Informasi Terkini Copa America 2015 di sini.

Hal ini bukan tanpa alasan, di balik kekompakan negara tetangga untuk terus menggenjot pembinaan olahraga sepakbola, di Indonesia pembenahan malah melangkah mundur. Indonesia malah sibuk konflik antara Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Wajib Baca
4 Bek Incaran Manchester United Musim Panas Ini
6 Faktor Ramos dan De Gea Kian Dekat Bertukar Klub
5 Kegelisahan Ronaldo di Real Madrid Saat Ini
6 Pemain Terbaik yang Pernah Dihadapi Lionel Messi
4 Kasus Pengaturan Skor di Indonesia

Konflik antara PSSI dan Kemenpora berujung pada sanksi FIFA, dan berdampak pada pencoretan sejumlah aktivitas Timnas Indonesia di sejumlah event Internasional. Termasuk kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala AFF kelompok umur.

Lalu apa solusi jangka panjang stakeholder dan perangkat organisasi untuk perbaikan prestasi Indonesia? Apakah pembinaan usia muda bisa memulihkan keadaan prestasi di balik sanksi minimal dua tahun ke depan?

Berikut INDOSPORT menyajikan komentar 4 pelatih yang berkiprah di Indonesia perihal sepakbola usia dini di Tanah Air:

Baca Juga
Liga Indonesia | Liga Primer | Liga Champions | Bundesliga
La Liga | Serie A | Selebrita | Komunitas | Transfer Pemain


1. Fakhri Husaini (Pelatih Kelompok Umur, Tim Nasional Indonesia)

"Kalau persepakbolaan kita mau maju, kita harus mulai pembenahan dari tingkat paling bawah, sama seperti yang dilakukan negara maju lainnya. Kita harus memiliki kompetisi rutin, berintegrasi dan berkelanjutan. Selama ini pengembangan sepakbola usia dini Indonesia terkendala sarana dan prasarana yang belum memadai."

"Selain kuantitas untuk pelatih usia dini harus diperbanyak, dan kualitas harus lebih dari yang sekarang ini. Seharusnya semua tak cukup dengan PSSI saja, pemerintah harus turut andil bukan malah saling menjatuhkan."

"Semua stakeholder sepakbola Indonesia harus lebih berperan, jangan dibalik. Di beberapa kasus kota besar, pemerintah setempat menggusur lapangan sepakbola untuk dijadikan mall, atau pembangunan sarana lainnya."

"Saya pelatih sepakbola usia dini kemarin punya problema yang besar terhadap masalah sarana. Sekarang anak-anak di lapangan tak bagus saja mampu menunjukan kualitas mumpuni."

"Banyak sekali anak yang tampil bagus tapi tak punya kesempatan. Investasinya tentu tidak langsung dinikmati untuk beberapa tahun ke depan mungkin saja mereka punya prestasi. Cita-cita tanpa perencanaan adalah hal yang sia-sia."


2. Rahmad Darmawan (Pelatih Persija, Mantan Pelatih Timnas U-23)

"Kalau kita mau berbicara prestasi, dan apa yang harus diperbaiki, jelas pembenahan mulai dari usia dini adalah kuncinya."

"Saya mempunyai pemikiran kemajuan suatu negara dalam persepakbolaan tidak terlepas dari bagaimana cara mengolah sepakbola usia dini, seperti pada negara-negra maju, akademi akademi sangat banyak ditemui, pengelolaanya pun professional, bandingkan dengan yang ada di Tanah Air. Sangat tertinggal bahkan untuk bersaing dengan Thailand dan Malaysia, pengelolaan Indonesia jauh terbalap."

Saya sangat menyayangkan kegagalan Timnas Umur Indonesia untuk  berlaga di AFF, mereka sudah berlatih waktu yang lama."

"Mimpi mereka mengenakan kostum garuda hampir terwujud, ibu mereka sudah merelakan waktu sekian lama untuk untuk berhenti dari pendidikan formal. Tapi lihat kenyataannya?"

"Ini merupakan suatu keadaan kemunduran dalam pembinaan usia dini, saya berharap ada kebijakan lain dan Timnas Umur dapat bermain walaupun tidak menjadi tuan rumah."


3. Pieter Huistra (Pelatih Timnas Senior)

"Sangat penting untuk membuat kurikulum usia muda, penyamaan konsep soal pembinaan usia muda Indonesia masih tak terorganisir."

"Membangun sepakbola yang kuat adalah membangun pembinaan usia muda terlebih dahulu. Selama ini pembinaaan usia muda di Indonesia belum merata."

"Ada banyak sekolah sepak bola (SSB) di Indonesia, akan tetapi dari pantaun saya kurikulum nya berbeda-beda. Seharusnya SSB menjadi salah satu wadah untuk menciptakan pemain muda yang nantinya sebagai pemain masa depan."

"Kalau ditanya apa yang harus dibenarkan dalam sistem pembinaan, saya akan membuat skala kurikulum standar pembinaan usia muda."


4. Zaenal Abidin (Direktur Teknik, Asisten Pelatih Timnas Futsal)

"Saya berharap seluruh pelaku sepakbola Indonesia, baik PSSI dan Kemenpora terus bergerak murni memunculkan bibit pemain sepak bola baru tanpa harus melihat situasional sekarang ini."

"Semua penggerak olahraga harus berpikir ini semua adalah tugas untuk perbaikian sepakbola ke depannya. Jangan memikirkan kepentingan, atau ekonomis untung dan rugi. Biarkan generasi sekarang bisa lebih percaya diri tanpa harus memikirkan apakah mampu bisa menggantungkan hidup dari bermain sepakbola."

"Mental mereka harus diperbaiki kepada para penggerak sepakbola dengan menciptakan suasana kondusif dalam berkompetisi."

Indonesia U-19IndonesiaPSSIIndonesia U-23Rahmad DarmawanIndonesia U-21Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora)Timnas u-19Indonesia U-16Fakhri HusainiPieter HuistraTimnas Indonesia U-23Timnas Indonesia U-16Zainal Abidin

Berita Terkini