Arogansi di Balik Anthem Liga Champions
Champions League, merupakan judul resmi yang dirilis oleh UEFA untuk anthem tersebut. Lagu ini diaransemen oleh komposer asal Inggris, Tony Britten, pada tahun 1992. Britten sesungguhnya tidak menciptakan lagu tersebut namun menggubahnya dari sebuah lagu yang berjudul Zadok the Priest.
Zadook the Priest, adalah lagu yang diciptakan oleh George Frideric Handel sekitar 300 tahun yang lalu pada tahun 1727 (1685–1759). Lagu ini digunakan dalam upacara kenaikan tahta King George II yang terkenal dengan perangai buruk dan memiliki banyak selir. Sejak itu, lagu tersebut selalu dinyanyikan pada setiap upacara pemahkotaan monarki Inggris.
Lagu Champions League yang secara lengkap berdurasi kurang lebih 3 menit ini pertama kali diperdengarkan ke publik pada musim gugur tahun 1992. Saat itu merupakan bagian dari proses re-branding Champions League ke dalam format baru untuk membuatnya terlihat lebih berkelas. Hal ini disebabkan karena sikap hooliganisme dari para suporter sepakbola ketika itu.
Liga Champions sendiri merupakan kejuaraan antar klub Eropa paling prestisius yang diikuti oleh klub-klub liga negara-negara Eropa tersukses setiap musimnya. Kompetisi yang digagas pada tahun 1955 dan dulu bernama Piala Juara Klub Eropa atau European Champion Clubs' Cup ini memiliki trofi untuk para juara yang memiliki nama "The Big Ears" (Telinga Besar).
Kemegahan melodi Champions League tak lepas dari komponen orkestra yang dimilikinya. Lagu Champions League yang berkumandang selama ini dimainkan oleh Royal Philharmonic Orchestra dan dinyanyikan oleh Academy of Saint Martin in the Field Chorus.
Liriknya, yang sulit sekali untuk ditangkap, ternyata memiliki makna yang tak kalah megah dengan melodinya sendiri. Lihat saja bagian ref-nya:
Die Meister/Die Besten/Les Grandes équipes/The Champions.(Para Master/Yang Terbaik/Tim – tim besar/Para Pemenang)
Kata-kata yang simpel dan cenderung menunjukkan arogansi kepercayaan diri ini diukir dengan kombinasi 3 bahasa: Inggris, Prancis, dan Jerman, yang merupakan bahasa resmi Champions League.
Kearogansian lagu ini tak hanya terlihat dari liriknya yang penuh puja dan puji kepada tim dan pemain yang berkompetisi di liga tersebut, tapi juga dari keeksklusifan lagu itu sendiri. Beberapa fakta dari lagu ini menunjukkan bahwa Liga Champions benar-benar berada pada level yang berbeda dengan kompetisi – kompetisi lain.
Berikut lirik lengkap lagu Champion League tersebut :
Ce sont les meilleures équipes
Es sind die allerbesten Mannschaften
The main event
Die Meister
Die Besten
Les grandes équipes
The Champions
Une grande réunion
Eine grosse sportliche Veranstaltung
The main event
Die Meister
Die Besten
Les grandes équipes
The Champions
Ils sont les meilleurs
Sie sind die Besten
These are the champions
Die Meister
Die Besten
Les grandes équipes
The Champions