x

Kiprah Kaum Komunis di Sepakbola Indonesia

Rabu, 30 September 2015 08:38 WIB
Editor: Galih Prasetyo

Ajaran komunis dan Partai komunis (PKI) sesuai dengan TAP MPRS XXV/1966 ialah ajaran dan partai yang dilarang berkembang di Indonesia usai pecahnya peristiwa berdarah Gerakan Satu Oktober (Gestok) yang akibat tewasnya 7 Jenderal Angkatan Darat dan 1 ajudan Jenderal. 

Menariknya terlepas dari itu semua, kaum komunis sudah ada sejak Indonesia merdeka. Peran mereka merasuk ke dalam sendi kehidupan bermasyarakat Indonesia, termasuk kiprah mereka di bidang olahraga, utamanya sepakbola. Sejauh mana kiprah tersebut? 

Berikut kronik rekam jejak kaum terlarang Komunis di sepakbola nasional: 


1. R.Maladi

Ia adala ketua umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) 1950. Terpilihnya Maladi sebagai ketum PSSI saat itu banyak disebut-sebut sebagai pembuka jalan untuk mempermulus politik luar negeri Indonesia yang saat itu menerapkan Poros Jakarta-Peking. Poros Jakarta-Peking sendiri dalam beberapa literatur sejarah merupaka gagasan dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Soekarno saat itu memang lebih mendekatkan Indonesia ke sejumlah negara berhaluan Komunis seperti Republik Rakyat Tiongkok atau Uni Soviet. 

Di buku berjudul 'Jas Merah, Sisi Lain Sepakbola Nasional' karya Deni Rinaldi dan rekan-rekan disebutkan bahwa, "Penunjukan R. Maladi sebagai Ketua Umum PSSI pada 1950 juga dinilai untuk melicinkan kekuatan poros Jakarta-Beijing pasca Perang Dunia" 


2. Witarsa

Witarsa ialah mantan pemain nasional Indonesia yang kemudian jadi anggota legislatif dari PKI. Saat Indonesia tengah didera kasus isu suap dan judi olahraga utamanya sepakbola, Witarsa yang saat itu sudah menjabat sebagai anggota legislatif mengatakan bahwa para penyuap dilemparkan ke tengah laut dan hanya dibekali pelampung jika ingin hidup. 

Siapa Witarsa? Koran Harian Rakjat terbitan 29 September 1955 menyebutkan, "Kanan luar jang paling tjepat, paling tjepat, paling tjekatan dan paling taktis," Saat itu Witarsa ialah pesepakbola muda yang berposisi sebagai winger kanan, "Pemain muda jang banyak harapan, jang berkali2 membela nama nasional kita dengan gol2nya jang manis,"


3. PKI Paksa Pemain Indonesia Pulang Kampung

Jika isu soal banyaknya pemain berdarah campuran yang kini membela timnas Indonesia saat itu, di era 60-an kala PKI masih menjadi partai besar, partai pimpinan DN Aidit ini ternyata pernah meminta negara agar menarik pulang sejumlah orang Indonesia yang bisa bermain bola dan membela negara lain. 

Masih bersumber dari buku 'Jas Merah, Sisi Lain Sepakbola Nasional', PKI meminta seorang pemain bernama Dominggus yang membela Belanda untuk dipulangkan ke Indonesia dan membela Merah Putih. Sikap PKI cukup tegas, mereka meminta Indonesia menuntut hal ini kepada pemerintah Belanda. 


4. Stadion GBK dan Uni Soviet

Saat PKI mengundang tim asal Soviet, Lokomotiv lakoni laga dengan beberapa klub Indonesia, sejumlah proyek pun dicanangkan PKI dan pemerintah kala itu. Salah satunya ialah soal rencana membangun stadion Gelora Bung Karno. Stadion Gelora Bung Karno memang didanai oleh Soviet dengan memberikan uang sebesar 12,5 juta dollar atau setara dengan Rp 141 miliar. Gelontoran dana dari Uni Soviet untuk pembangunan stadion termegah di Indonesia ini tidak lepas dari loby-loby yang dilakukan oleh PKI ke Soviet kala itu. 


5. Raih Perunggu di Asian Games cabang sepakbola

Timnas Indonesia pernah dilatih oleh satu satu gelandang bertahan terbaik Eropa di eranya, Antun ‘Toni’ Pogacnik. Ia adalah mantan gelandang timnas Yugoslavia. Saat melatih Indoneisa, ia mampu membawa Indonesia enjadi semifinalis Asian Games 1954 di Manila, menahan imbang tim Uni Soviet pada Olimpiade 1956 di Melbourne, dan merebut medali perunggu di Asian Games 1958 di Tokyo. Pogacnik juga nyaris membawa Indonesia melangkah ke putaran final Piala Dunia 1958 di Swedia.

Terpilih Pogacnik sebagai pelatih timnas Indonesia tak lepas dari kiprah kaum komunis Indonesia yang berada di lingkaran Soerkarno. Pada 1954, dia sepakat melatih timnas Indonesia atas permintaan Presiden Soekarno kepada Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.

Asian GamesUni Soviet

Berita Terkini