x

6 Formasi Tim Paling Aneh Sepanjang Masa

Rabu, 21 Oktober 2015 00:32 WIB
Editor:

Pada awal keteneran sepakbola, sejumlah pelatih tim-tim dunia tak memiliki pakem tertentu. sepakbola dimainkan selayaknya peraturan anak-anak yang hanya mengandalkan tendangan lambung kemudian hampir seluruh pemain berlari mengejar bola. 

Pada 1863, Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) mencetuskan peraturan offside, yang pada akhirnya mengharuskan pemain membawa bola lebih lama sebelum akhirnya memberikan umpan. Saat itu seorang pemain dikatakan offside jika ia berada di depan rekannya saat menerima sodoran bola. 
 
Namun lantaran pemain terlalu lama dengan bola dan pertandingan selalu minim gol, FA sedikit mengubah aturan di mana pemain dianggap berada dalam posisi offside jika menerima umpan ketika berdiri di antara tiga pemain bertahan dan garis gawang lawan. 

Peraturan tersebut memicu perubahan pada gaya permainan. Pelatih juga dipaksa berpikir untuk menaklukkan offside, yang kemudian melahirkan sejumlah pola susunan pemain. INDOSPORT akan mengulas enam formasi tim paling aneh sepanjang masa, sebagaimana dilansir Football Bible. 


1. Formasi generasi pertama: 1-2-7

1-2-7 menjadi formasi paling tenar di tahun 1860 hingga 1870an. Dengan hanya meninggalkan satu bek tengah, pola permainan ini merefleksikan betapa masa itu didominasi oleh tim-tim menyerang. 

Timnas Inggris menggunakan formasi ini saat menghadapi Skotlandia, menerapkan skema 2-2-6, pada tahun 1872. Tak seperti Inggris yang mengandalkan kemampuan individual, Skotlandia lebih mengedepankan kerja sama tim dan umpan-umpan pendek. Laga sendiri berakhir imbang tanpa gol. 


2. 1880-1925: 2-3-5

Lebih populer dengan nama 'piramida', formasi ini diperkenalkan pertama kali oleh klub Inggris, Preston North End, seiring kehadiran para pemain Skotlandia yang lebih mengedepankan umpan-umpan pendek cepat ketimbang menguasai bola lebih lama dan melancarkan umpan jauh. 

Pola Piramida bisa dianggap sebagai formasi pertama yang lebih mengandalkan kerja sama tim ketimbang upaya individu. Dalam bertahan, tiga gelandang memiliki tugas untuk membantu pertahanan dari lini sentral. Sementara dua bek tengah bertugas untuk mengembalikan bola langsung ke depan. 

Dengan skema 2-3-5, Preston North End berhasil memenangkan Liga Inggris edisi pertama musim 1888-89, sekaligus memenangkan Piala FA 1989. Sepanjang musim mereka tak pernah menelan kekalahan, yang pada akhirnya mendapat julukan 'The Invincibles' atau tak terkalahkan. Keberhasilan Preston ini lantas mengundang tim-tim lain untuk mengadopsi 2-3-5.


3. 1925-1945: 3-2-2-3

Manajer Arsenal, Herbert Chapman, mempopulerkan formasi ini di tahun 1925, ketika peraturan offside kembali mengalami perubahan. Chapman berharap timnya memiliki keseimbangan di antara pertahanan dan lini serang dengan menempatkan jumlah pemain sama di kedua area.

Menerapkan skema ini, tim asal kota London Utara ini berhasil memenangkan lima gelar Divisi Satu Inggris dan dua Piala FA medio 1931 hingga 1939. Kesuksesan ini membuat tim seantero Inggris meniru pola permainan tim besutan Chapman.


4. 1934 dan 1938: 2-3-2-3

Pola ini dikembangkan oleh pelatih timnas Italia, Vittorio Pozzo, di tahun 1930an. Pada dasarnya, ini adalah formasi bertahan adaptasi 2-3-5, dengan menarik dua penyerang lebih ke tengah.

Dua pemain bertahan bertugas untuk mengawal penjaga gawang, sementara tiga gelandang akan menghentikan pergerakan penyerang sayap lawan. Sementara strategi menyerang lebih mengandalkan serangan balik. Dengan metode ini, Italia berhasil memenangkan Piala Dunia 1934 dan 1938. 


5. 1950an: 3-2-3-2

Formasi ini memiliki konsep tak jauh berbeda dengan 3-2-2-3, yakni menempatkan jumlah pemain sama di kedua area serangan dan pertahanan. Skema ini dikenalkan pertama kali oleh timnas Hungaria. 

Kesuksesan pola ini terjadi ketika Hungaria menumbangkan Inggris 6-3 di laga persahabatan pada tahun 1953. Para pemain Hungaria begitu konsisten berganti posisi sehingga menghadirkan kebingungan di area pertahanan Inggris. Pertandingan kala itu berlangsung di Wembley dan merupakan kekalahan pertama Inggris di stadion kebanggaannya tersebut.


6. Akhir 1950an: 4-2-4

Pola ini menjadi cikal bakal dari formasi di era sepakbola modern. 4-2-4 kemudian dikembangkan oleh Hungaria dan Brasil di akhir 1950an. Ini adalah skema susunan pemain pertama yang menggunakan empat pemain bertahan. 

Saat bertahan, formasi ini bisa berubah menjadi 4-3-3, dengan satu penyerang turun ke area sentral. Dua gelandang bertugas untuk mengantisipasi serangan balik. Karena kurangnya pemain tengah, maka tugas menahan serangan kerap diberikan kepada empat pemain belakang. 

Ketika menyerang, formasi ini juga mampu bertranformasi menjadi 3-3-4, dengan satu bek naik untuk membantu tekanan. Brasil berhasil menggondol Piala 1958 dengan menggunakan pola ini. Sejak inilah, skema empat memiliki berbagai variasi seperti 4-3-3 atau 4-4-2.   

Piala Dunia Brasil 2014Piala Dunia

Berita Terkini