x

4 Dampak Positif Turnamen Sepakbola di Indonesia

Selasa, 17 November 2015 19:43 WIB
Penulis: Dian Eko Prasetio | Editor: Galih Prasetyo

Terkait tidak diakuinya kegiatan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) oleh Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Indonesia Super League (ISL), Divisi Utama, dan kegiatan-kegiatan sepakbola yang dilakukan PSSI tidak mendapatkan ijin keramaian oleh pihak Kepolisian, yang berakhir dengan tidak dapat bergulirnya kompetisi sepakbola.

Karena tidak bergulirnya kompetisi sepakbola, banyak para pelaku sepakbola yang menganggur akibat terhentinya kompetisi. Namun, berkat hadirnya beberapa turnamen seperti Piala Presiden 2015, Piala Kemerdekaan, dan yang terbaru Piala Jenderal Sudirman, beberapa pelaku sepakbola dapat sedikit tenang karena ada pemasukan untuk mereka.

Dalam kesempatan kali ini, INDOSPORT mencoba merangkum beberapa hal positif dari bergulirnya turnamen-turnamen sepakbola sebagai pengisi kekosongan kompetisi akibat surat keputusan Menpora yang tidak mengakui kegiatan PSSI. Berikut rangkumannya: 


1. Pendapatan Ekonomi

Akibat tidak adanya kompetisi di tanah air, banyak pemain yang hanya mengendalkan beberapa turnamen kelas tarkam (antar kampong) sebagai sumber pemasukan di tengah situasi persepakbolaan nasional yang masih belum menemukan titik terang dalam konflik pemerintah dengan PSSI ini.

Namun, adanya gelaran turnamen seperti Piala Presiden, Piala Kemerdekaan, dan Piala Jenderal Sudirman ini dapat menjadi pemasukan ekstra bagi para pelaku sepakbola, baik itu pemain, pelatih, wasit, ataupun para penjual kaki lima yang berada di sekitar stadion tempat dilangsungkannya pertandingan.

Mantan punggawa Timnas, Hamka Hamza mengatakan bahwa adanya turnamen ini sangat bagus untuk menambah pemasukan. Terlebih saat ini tidak ada kompetisi sepakbola regular di tanah air.

“Saya cukup gembira dengan adanya turnamen lagi, setidaknya sebagai kekosongan kompetisi yang belum jelas. Selain itu lumayan menambah penghasilan, sekaligus menjaga kondisi,” jelas Hamka.


2. Pembinaan Pemain Muda

Tidak adanya kompetisi jelas membuat para pemain-pemain muda kebingungan harus dimana mereka menyalurkan kemampuannya dalam mengolah sikulit bundar. Namun, dengan adanya beberapa turnamen yang digagas oleh Pemerintah maupun pihak swasta ini dapat memberikan kesempatan bagi para pemain muda seperti Evan Dimas, Muchlis Hadi, Maldini Pali, atapun Terens Puhiri untuk menunjukan kemampuannya.

Adanya turnamen ini juga bisa dibilang sebagai antisipasi Indonesia untuk tetap menjaga kualitas para pemain-pemain muda, jika suspend FIFA sudah dicabut, Indonesia tetap tidak kehilangan taji jika melakukan pertandingan Internasional ataupun pertandingan persahabatan dengan negara tetangga.


3. Mendongkrak Ekonomi Rakyat Bawah

Adanya sebuah pertandingan, jelas merupakan berkah bagi beberapa orang yang mengais rejeki dari menjual atribut tim, minuman, atapun makanan ringan di sekitar stadion tempat pertandingan dilangsungkan.

SC turnamen Piala Presiden 2015, Maruarar Sirait pernah menjelaskan bahwa turnamen Piala Presiden sendiri memang dirancang sebagai hiburan bagi masyarakat yang telah haus dengan permainan tim-tim kesayangan mereka.

“Hal paling penting, sepakbola ini benar-benar menjadi hiburan rakyat, serta bisa menggerakan ekonomi rakyat. Selain itu juga meningkatkan prestasi sepakbola Indonesia,” jelas Maruarar.


4. Hidupkan Gairah Sepakbola Indonesia

Berhentinya kompetisi Indonesia Super League (ISL) membuat gairah sepakbola tanah air juga ikut berhenti. Beberapa sponsor yang telah membuat kesepakatan dengan klub-klub ISL harus menarik diri karena tidak adanya kompetisi.

Namun, berkat adanya kembali sebuah turnamen sepakbola. Geliat semangat dan gairah menyaksikan klub kesayangan dalam meraih kemenangan dalam sebuah pertandingan kembali hadir. Berkat itu juga sponsor-sponsor kembali berdatangan untuk bekerjasama dengan klub-klub yang sudah mereka incar.

Piala PresidenPiala KemerdekaanPiala Presiden 2015Piala Jenderal Sudirman

Berita Terkini