x

7 Legenda Sepakbola dari Kandang Macan Kemayoran

Sabtu, 28 November 2015 08:27 WIB
Editor: Galih Prasetyo

Stadion Lebak Bulus, bekas kandang Persija Jakarta tercatat sebagai kawah candradimuka keluarnya pesepakbola andalan bukan hanya untuk Persija Jakarta namun juga untuk timnas Indonesia. Kandang Macan Kemayoran memang tercatat sepanjang sejarahnya selalu munculkan talenta berbakat dunia kulit bundar. 

Berikut 7 legenda sepakbola dari kandang Macan Kemayoran versi INDOSPORT: 


1. van der Vin

Meski berdarah Belanda tidak ada yang meragukan nasionalisme seorang penjaga gawang  bernama Arnold van der Vin. van der Vin ialah salah satu legenda Persija Jakarta di era Hindia Belanda. van der Vin memperkuat Persija Jakarta pada 1953 silam. Ia juga tercatat pernah jadi kiper untuk timnas Indonesia. 

Ia juga ikut memperkuat Persija maupun tim nasional Indonesia dalam pertandingan persahabatan melawan Yugoslavia pada tahun 1953. Van der Vin pernah membawa Persija menjuarai Kompetisi Perserikatan 1954. 


2. Thio Him Tjiang

Pria Tionghoa kelahiran Jakarta ini juga salah satu legenda sepakbola dari kandang Macan Kemayoran. Lahir pada 28 Agustus 1929 ini, Him Tjiang merupakan satu tim dengan legenda sepakbola Indonesia, Ramang kala masuk ke perempatfinal Olimpiade 1956 di Australia. Dia juga dikenal dengan julukan Si Kaki Lady. Julukan itu diberikan karena ia termasuk pemain yang jarang didera cedera hingga memiliki kaki yang hampir mulus seperti seorang wanita

Thio Him Tjiang yang bermain sebagai gelandang, memperkuat Tim Merah Putih selama 8 tahun (1951-1958). Setelah pensiun sebagai pemain, Ia tidak mau melanjutkan karier sebagai pelatih sebagaimana teman-temannya yang lain. Thio Him Tjiang tetap memegang teguh prinsip: ingin dikenang sebagai pemain sepak bola saja bukan sebagai pelatih sepak bola.


3. Sinyo Aliandoe

Nama Sebastianus Sinyo Aliandoe bagi pecinta sepakbola nasional mungkin saat ini tidak terlalu dikenal. Wajar memang, bangsa kita memang acapkali alpa untuk mengingat tokoh besar yang harumkan Merah Putih. 

Sosok Sinyo mulai dikenal sebagai pelatih yang berkarakter. Usai lulus dari sekolah guru pendidikan Jasmani di Singaraja, Bali 1962, Sinyo mulai melatih sejumlah tim sepakbola nasional. Arema Malang jadi salah satu klub yang ia tangani. Sejumlah prestasi ia torehkan saat menjadi pelatih di level klub. Pada 1973, meski masih berusia muda sebagai pelatih, ia mampu antarkan Persija menjadi juara liga Indonesia. Prestasi gemilang itu kembali ia torehkan pada 1975. 


4. Anjas Asmara

Anjas Asmara merupakan legenda Persija yang pernah membobol gawang timnas Uruguay pada 1974. Kala itu timnas Indonesia mampu kalahkan Uruguay dengan skor 2-1. 

Anjas Asmara adalah sosok paling pemain Persija paling populer di era 70an. Anjas berasal dari klub internal Persija, PS Jayakarta. Kemampuan Anjas mengolah si kulit bundar membuatnya menjadi pemain yang cukup disegani di eranya. Bersama Persija Anjas meraih dua gelar juara di Kompetisi PSSI tahun 1973 dan 1975. Anjas juga menjadi bagian tim Persija saat Macan Kemayoran menghadapi klub-klub luar negeri seperti OFK Beogard, Offenbach Kickers, Independiente atau Aja Amsterdam. 


5. Iswadi Idris

Selain Anjas Asmara yang merupakan lulusan klub internal Persija yang jadi legenda di Macan Kemayoran, ada satu lagi pemain serupa. Ia adalah Iswadi Idris. Iswadi Idris adalah pemain legenda Persija yang lahir dari klub internalnya, Merdeka Boys Football Ascociation atau yang kenal dengan nama MBFA. 

Iswadi lahir di Banda Aceh, 18 Maret 1949, namun lebih dikenal sebagai anak Cikini. Julukan ‘Boncel’ melekat dengan Iswadi karena tubuhnya yang pendek namun memiliki kemampuan yang luar biasa di lapangan hijau.

Iswadi mengawali karirnya di Persija Jakarta pada tahun 1966 saat berusia 17 tahun. Iswadi ikut menghantarkan Persija menjadi juara di tahun 1973 dan 1975.


6. Darmadi Bersaudara

Persija juga punya kakak-beradik dalam satu tim, yaitu Didik dan Adityo Darmadi. Didik lahir di Solo, 14 Maret 1961 dan Adityo lahir di Solo, 12 November 1961. 

Keduanya masuk ke Persija saat tim kebanggaan warga Jakarta ini sedang megalami fase terburuk ditahun 1985. Adityo masuk setelah dia bergabung dari Indonesia Muda Solo ke Indonesia Muda amatir di Jakarta, dengan begitu Adityo masuk ke skuad Persija.

Didik dan Adityo menjadi bagian dari skuad Persija yang meraih gelar runner-up di Kompetisi Divisi Utama Perserikatan tahun 1988 setelah di final kalah dari Persebaya dengan skor 2-3.


7. Bambang Pamungkas

Di 1999 Bepe resmi berkostum Persija. Sebagai penyerang muda, naluri mencetak gol saat itu masih sangat tinggi, terbukti di musim pertamanya di Persija, 24 gol diciptakan sekaligus menjadikan namanya sebagai top skor kompetisi 1999-2000. 

Prestasi tertinggi Bepe untuk Persija ialah mengantarkan juara liga Indonesia pada 2001 lalu. Di 2013, Bepe sempat memutuskan untuk hijrah ke Bandung dan bergabung dengan Pelita Bandung Raya namun bagi Jakmania, Bepe tetap dianggap sebagai legenda hidup Macan Kemayoran. Di timnas Indonesia Bepe mampu mengoleksi 85 caps dan 34 gol. Pada tanggal 1 April 2013, Bambang Pamungkas menyatakan pensiun dari Timnas Indonesia

Persija JakartaBambang PamungkasSinyo AliandoeIswadi IdrisAnjas Asmaravan der Vin

Berita Terkini