x

Sepakbola Jadi Penyempurna Indonesia di SEA Games 1987

Jumat, 6 Mei 2016 14:04 WIB
Editor: Randy Prasatya

Sebelum SEA Games 1987, Indonesia sudah empat kali keluar sebagai juara umum, yaitu pada 1977, 1979, 1981, dan 1983. Selain itu, tahun 1987 menjadi kali keduanya Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah SEA Games setelah sebelumnya didapat pada 1979.

Kesempatan kedua ini pun tak disia-siakan oleh seluruh atlet Indonesia untuk kembali keluar sebagai juara umum di tanah air. Tapi, ada satu yang membedakan pada pagelaran kali ini, yaitu keberhasilan timnas sepakbola Indonesia menggondol medali emas.

Prestasi ini sekaligus membuat gelar juara umum terasa sempurna bagi seluruh rakyat Indonesia. Apalagi itu menjadi prestasi terbaik pertama bagi sepakbola Indonesia.

Untuk mengenang masa-masa emas olahraga Indonesia kala itu, INDOSPORT akan mengajak pembaca untuk bernostalgia ke tahun 1987 dan merasakan betapa bangganya Indonesia pada saat itu.


1. Gelora Bung Karno Bergemuruh

Kala itu, ajang Sea Games 1987 di Jakarta sudah mendekati acara puncak dengan menyisakan satu partai final di cabang olahraga sepakbola antara Indonesia vs Malaysia. Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pun sudah dipenuhi lebih dari 100.000 penonton.

Status sebagai juara umum pun sudah mutlak disandang Indonesia yang unggul jauh dari Thailand di posisi dua. Namun, menjelang acara penutupan pada 20 September 1987, rakyat Indonesia berharap pada ajang ini sepakbolanya dapat turut serta mempersembahkan medali emas untuk yang pertama kalinya.

Selain mengejar gelar juara pertama untuk cabang olahraga sepakbola, pertandingan final melawan Malaysia ini juga menjadi saat yang tepat untuk membalas rasa sakit hati tahun 1979, yang pada saat itu tim Malaysia menaklukan Indoensia di Jakarta dalam laga puncak.

Menariknya, para rakyat Indoensia tidak hanya sekedar berharap, mereka berbondong-bondong datang ke arena pertandingan untuk memberi semangat para pemain sepakbola tanah air.

Suara gemuruh dan nyanyian dukungan pun terasa turut memadati setiap celah-celah kosong di dalam GBK. Langkah para pemain timnas yang diisi oleh Rully Nere, Ribut Waidi, Ronny Pattinasarani, serta Ricky Yakobi pun tampak percaya diri menginjak rumput lapangan mendengar suara-suara dukungan dari ratusan ribu orang di stadion.


2. Ledakan di Penghujung Waktu

Enam tahun menahan sakit dari Malaysia, enam tahun menunggu kesempat untuk kembali ke babak final, dan enam tahun pula kesempatan membalas dendam baru hadir di tempat yang sama.

Namun, Malaysia pada kesempatan kedua Indonesia ini tetap memiliki mental yang kuat saat bertanding di depan pendukung lawan. Mereka tenang dalam bertahan dan cukup mengerikan saat melancarkan serangan balik.

Situasi tekanan justru berbalik ke tim Indonesia, serangan yang dibanggun tim besutan Bertje Matulapelwa ini tak kunjung menghasilkan gol.

Waktu nyaris memasuki menit 90, Indonesia masih belum juga mempu merobek jala gawang Malaysia meski didukung ratusan ribu penonton. Akan tetapi, berkat kesabaran, tekad, dan rasa percaya diri yang tak kunjung padam, hasli manis pun baru datang pada akhir babak pertama perpanjangan waktu.

Kala itu Ribut Waidi menggiring bola sangat lincah dan menyisiri pos sayap kanan dengan ditempel satu pemain belakang Malaysia. Beruntung kestabilan tubuhnya tak goyah hingga mampu lepas dari kawalan dan melepaskan tembakan mendatar ke sudut gawang Malaysia.

Gol… gol… goool…. Ratusan ribu penonton di stadion melompat-lompat dan berteriak histeris. Gol tunggal Ribut Waidi itu sekaligus mengantarkan sepakbola Indonesia meraih prestasi pertamanya.


3. Sea Games yang Sempurna

Rasa haru dan bahagia atas keberhasilan timnas sepakbola meraih medali emas terus meledak saat penyerahan medali, terutama ketika bendera Indonesia ditarik ke puncak tiang. Lagu Indonesia Raya semakin memecah tangis dan kebanggan ratusan ribu penonton beserta pemain.

Untuk pertama kalinya Indonesia merasa sempurna di ajang Sea Games. Sepakbola yang menjadi kecintaan sebagian besar warga tanah air mampu berbicara lebih hingga mengangkat derajat negara setinggi langit.

"Tanpa emas di bola, kejuaraan umum (Sea Games) kita belum lengkap," ujar Ronny Pattinasarani sehari setelah pertandingan final melawan Malaysia di SEA Games 1987.

Selapas kisah itu, Indonesia kembali meraih medali emas pada Sea Games 1991 di Manila. Lagi-lagi, di sana sepakbola kembali menyempurnakan status juara umum yang disandang kontingen Merah Putih.

IndonesiaIn Depth SportsDuel KlasikSEA Games 1987

Berita Terkini