Lazio 4-2 Internazionale: Duka Ronaldo di Olimpico
Laga terakhir Serie A Italia musim 2001/02 menjadi akhir yang dramatis bagi Internazionale. Kegagalan mengalahkan Lazio di pertandingan terakhir membuat mereka harus melepaskan gelar juara kepada Juventus.
Kekecewaan Ronaldo saat gagak mengalahkan Lazio di akhri musim 2001-2002.
Hal itu membuat duka mendalam bagi para penggawa Internazionale. Pasalnya saat itu mereka tengah memimpin klasemen sementara Serie A Italia.
Hingga pekan ke-33, Inter masih memimpin klasemen dengan raihan 68 poin. Juventus berada di peringkat kedua dengan raihan 67 poin, dan Roma di peringkat ketiga dengan 66 poin.
Selisih poin ini membuat laga pamungkas dilakukan secara serentak. Namun, Internazionale yang saat itu harus bertamu ke kandang Lazio, harus takluk dengan skor 4-2 dari tuan rumah.
Sementara Juventus yang meraih poin penuh berhasil merebut Scudetto dari tangan La Beneamata. Internazionale sendiri harus puas berada di posisi ketiga pada klasemen akhir musim 2001/02.
Penasaran dengan serunya pertandingan akhir musim tersebut? Berikut ulasan pertandingan yang coba diulas oleh INDOSPORT:
1. Drama di Penghujung Babak Pertama
Pertandingan dimulai dengan saling serang antara kedua tim. Internazionale yang bernafsu meraih kemenangan, langsung menekan pertahanan tuan rumah.
Hector Cuper yang menjadi pembesut Inter saat itu langsung menurunkan dua penyerang terbaik mereka, Christian Vieri dan Ronaldo. Sementara Alvaro Recoba diplot sebagai penyerang lubang atau trequartista.
Pertandingan berlangsung terbuka dengan saling serang dilakukan kedua tim. Semangat untuk meraih scudetto setelah 14 tahun menunggu membawa energi lebih bagi Ronaldo dan kawan-kawan.
Vieri membuka keunggulan pada menit ke-14 memanfaatkan sebuah kemelut di muka gawang Angelo Peruzzi. Berawal dari sebuah tendangan penjuru, Peruzzi gagal menghalau bola.
Bola yang terlepas dari tangkapannya, kemudian membuat Vieri dengan mudah mencetak gol pertama. Tuan rumah harus tertinggal 0-1 dari tamunya.
Tidak mau kalah di depan publik sendiri membuat Lazio mencoba menyamakan kedudukan. Sebuah sekema serangan balik, berhasil membuahkan gol penyeimbang di menit ke-19.
Sebuah penetrasi dari Stefan Fiore mampu merangsek ke kotak penalti Internazionale. Pemain tengah Lazio ini berhasil mengirimkan umpan terukur untuk Karel Poborsky.
Dan, pemain asal Ceko tersebut berhasil menuntaskan umpan dengan sebuah tendangan keras. Gol ini membuat seisi Olimpico bergemuruh menyambut gol penyama kedudukan.
Luigi Di Biagio berhasil membuat Inter kembali unggul di menit ke-24. Gol ini kembali berawal dari sebuah sepak pojok yang dituntaskan dengan sundulannya.
Gol ini membawa asa juara Internazionale kembali terbuka. Permainan pun berlangsung kian seru.
Drama pun hadir pada ujung babak pertama, saat Karel Poborsky berhasil kembali menyamakan skor sebelum turun minum. Adalah blunder Vratislav Gresko, yang tidak akan dilupakan oleh para Interisti.
Sebuah safety first yang gagal dari bek Inter ini mampu dimanfaatkan oleh Poborsky untuk menyamakan kedudukan. Gol kedua Poborsky ini menjadi akhir dari babak pertama dan menjadi akhir bagi harapan Internazionale untuk menjuarai Serie A Italia.
2. Gagal Bangkit untuk Juara
Babak kedua berlangsung lebih menegangkan. Setiap mata tertuju ke lapangan untuk melihat tim mana yang akan menjadi pemenang.
Tuan rumah yang menjaga gengsi ataukah sang tamu yang lama menanti juara. Pertandingan pun kembali berlangsung di paruh kedua.
Kedudukan imbang membuat Internazionale dalam posisi terancam. La Beneamata harus menang untuk bisa memupus 14 tahun penantian juara Serie A Italia.
Segenap cara dilakukan para pemain untuk membongkar pertahanan Lazio yang kala itu diawaki oleh Jaap Stam dan Alessandro Nesta di tengah, serta Fernando Couto dan Giuseppe Favalli di sayap. Kokohnya pertahanan Elang Roma membuat Ronaldo frustrasi.
Setiap serangan yang dilakukan mampu dihalau oleh para pemain belakang Lazio. Sementara itu, Lazio yang mencoba menjegal usaha Internazionale untuk juara hanya mengandalkan serangan balik.
Taktik ini mampu berjalan dengan apik. Lazio justru berhasil membalikan keadaan pada menit ke-55.
Diego Simeone mampu membuat gol pada lima menit pertama babak kedua berlangsung. Pemain Argentina itu mampu melesakan gol melalui tandukan kepalanya.
Mantan pemain Internazionale itu justru menghadirkan nestapa pada klub yang pernah dibelanya. Keadaan ini justru membuat keadaan semakin sulit bagi kubu Internazionale.
Internazionale semakin gencar melakukan serangan di sisa waktu pertandingan. Seluruh armada mencoba mengurung pertahanan tuan rumah.
Dari bangku cadangan, pelatih Hector Cuper semakin cemas menanti gol dari anak asuhnya. Raut tegang Cuper tak surut sejak babak pertama.
Kecemasan pelatih asal Argentina ini terbukti jelang laga berakhir. Alih-alih menyamakan kedudukan, Internazionale justru kembali kebobolan.
Simone Inzaghi mampu memanfaatkan umpan untuk membobol gawang Francesco Toldo. Berawal dari sebuah umpan silang dari sisi kanan pertahanan Internazionale, Inzaghi berhasil menanduk bola yang tidak mampu dijangkau Toldo.
Gol ini semakin membuat panik kubu Nerrazzuri. Cuper langsung melakukan perombakan di lini depan dengan menarik Ronaldo dan memasukan Moussa Kallon dan Adriano.
Namun, upaya ini tampaknya telat dilakukan. Internazionale gagal bangkit untuk sekedar menyamakan kedudukan. Hingga peluit akhir dibunyikan Lazio berhasil menjaga kemenangan.
Dari Stadion Friulli, Juventus dikabarkan berhasil menundukan Udinese dengan skor 0-2. Kabar ini meruntuhkan semua harapan pemain Internazionale.
Asa untuk menjadi juara setelah 14 tahun menanti kini terbang tinggi. Para pemain La Beneamatta tertunduk lesu di akhir laga.
Internazionale kembali kecewa gagal meraih gelar juara yang sangat dinantinya. Stadion Olimpico menjadi saksi duka mendalam bagi Ronaldo.
3. Duka Bagi Ronaldo Sang Fenomena
Ronaldo pertama kali datang ke Internazionale pada musim 1997/98. Usai menghabiskan karier cemerlang bersama Barcelona di La Liga, Ronaldo melanjutkan petualangan ke Italia.
Dengan transfer sebesar 19,5 juta poundsterling atau sekitar Rp375,32 miliar, Ronaldo menjadi pemain termahal di dunia pada musim panas 1997. Kehadiran Ronaldo diharapkan mampu membawa kejayaan kembali bagi kubu Biru Hitam.
Ronaldo tampak terpukul saat Inter Milan kalah dari lazio di musim 2001-2002.
Peluang itu kembali datang jelang musim 2001/02. Berduet dengan striker terbaik Italia saat itu, Christian Vieri, duet ini dikenal menakutkan bagi kubu lawan. Namun, fenomena Ronaldo harus berakhir di Olimpico.
Peluang terakhir untuk menjuarai gelar Serie A Italia di musim 2001/02 pupus di kota Roma. Kekalahan dari Lazio mengubur mimpi Ronaldo terbang ke Italia untuk meraih prestasi.
Saat ditarik keluar di pertandingan melawan Lazio, Ronaldo sempat meneteskan air mata. Kesedihan atas kegagalan meraih gelar juara saat itu sangat membekas baginya.
Tidak heran, pasalnya musim 2001/02 adalah musim terbaik Internazionale sejak 13 tahun terakhir. Namun kalah di pertandingan terakhir menjadi awal dari mimpi buruk Internazionale saat itu.
Pertandingan melawan Lazio ini menjadi pertandingan terakhir Ronaldo di Serie A Italia. Pada musim berikutnya, Ronaldo menerima pinangan Real Madrid untuk kembali ke Spanyol.
Italia tampak terlalu getir bagi Ronaldo yang menghadirkan duka terakhir di Olimpico.