x

Soeratin Sosrosoegondo, Tokoh 'Bawah Tanah' Terbentuknya PSSI (Part I)

Kamis, 12 Mei 2016 19:00 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Galih Prasetyo

Konflik berkepanjangan PSSI dengan pemerintah membuat sepakbola Indonesia mati. Kompetisi berhenti bergulir karena FIFA memutuskan untuk menjatuhkan sanksi kepada Indonesia karena adanya intervensi pemerintah dalam sepakbola.

Pemerintah akhirnya resmi mencabut SK pembekuan PSSI yang dikeluarkan pada 17 April 2015, sepakbola Indonesia mengalami mati suri. Pencabutan pembekuan induk sepak bola terbesar Indonesia itu disambut baik berbagai kalangan sehingga diharapkan menjadi titik balik kebangkitan sepakbola Indonesia yang terpuruk.

PSSI sendiri merupakan salah satu induk organisasi tertua di Indonesia yang didirikan sebagai bagian dari pergerakan nasional Indonesia. Ir. Soeratin Sosrosoegondo, menadi tokoh di belakang berdirinya PSSI, lahir pada 17 Desember 1898 resmi menjadi pemimpn organisasi tersebut untuk periode 1930-1940.

Berdiri bahkan sebelum Indonesia lepas dari belenggu penjajah, PSSI dijadikan Soeratin sebagai kelompok orgaisasi untuk meyatukan para pesepakbola di tanah air.  Sosok Soeratin sendiri tak punya latar belakang sepakbola sama sekali mesipun ia berperan besar terhadap sejarah persepakbolaan Indonesia.

Berkecimpung sebagai tokoh berpendidikan pasca menyelesaikan sekolah tekniknya di Belanda, kehidupan Soeratin nyatanya tak terlalu banyak terbuka tabirnya di permukaan. Namun, ia menjadi salah satu tokoh pemuda yang secara konkret menjalankan mengimplementasikan isi sumpah muda dengan menirikan PSSI sebagai organisasi pergerakan.

Niat mulia dan jasa Soeratin itu menjadi dasar terbentuknya PSSI yang dalam beberapa dekade, bahkan hingga saat ini menjadi jantung penyelenggaraan sepakbola di Tanah Air. Bertepatan dengan bangkitnya kembali PSSI pasca pencabutan pembekuan, kami akan mengajak Anda untuk mengenal lebih jauh sosok Soeratin.

Berikut INDOSPORT menampilkan beberapa potongan fakta terkait sosok Soeratin Sosrosoegondo sebegai ketua PSSI pertama. Salah satu tokoh pemuda Indonesia yang membangun pergerakan melalui jalur olahraga, terutama sepakbola.


1. Berasal dari Kaum Ningrat

Soeratin Sosrosoegondo

Soeratin lahir dari kalangan terpelajar. Ayahnya, R. Soesrosoegondo, guru pada Kweekschool (Sekolah Keguruan), menulis buku Bausastra Bahasa Jawi. Tamat dari Koningen Wilhelmina School di Jakarta, Soeratin belajar di Sekolah Teknik Tinggi di Hecklenburg, dekat Hamburg, Jerman, pada tahun 1920 dan lulus sebagai insinyur sipil pada tahun 1927.

Soeratin menikahi R.A. Srie Woelan, yang tak lain merupakan adik kandung tokoh pemuda Indonesia Dokter Soetomo, yang mendirikan organisasi Budi Utomo. Mengkuiti jejak kakak iparnya, Soetomo, Seoratin juga terjun dalam organisasi kepemudaan dan merintis PSSI saat kembali ke Tanah Air usai menimba ilmu di luar negeri.

Kembali ke Indonesia pada 1928, Soeratin yang merupakan jebolan sekolah teknik akhirnya bekerja di perusahaan konstruksi terkemuka milik Belanda dengan gaji sekitar seribu gulden (mata uang Belanda saat itu) per bulan.

Ia membangun  infrastruktur di bawah pemerintah Belanda seperti jembatan serta gedung di Tegal dan Bandung. Meski bekerja untuk penjajah, namun Soeratin tetap mendeikasikan pikiran serta kerja keranya di bidang kepemudaan untuk menyatukan para pemuda Indonesia melalui olahraga.


2. Gerakan Bawah Tanah

Soeratin Sosrosoegondo

Layaknya tokoh pergerakan pemuda di masa itu, Soeratin pun harus diam-diam di bawah radar pemerintah Belanda agar tak ada yang mengetahui jika ia merupakan bagian dari tokoh organisasi kepemudaan.

Soeratin mulai merintis pendirian sebuah organisasi sepak bola, yang akhirnya bisa diwujudkan pada 1930. Organisasi tersebut boleh dikatakan realisasi konkret dari Sumpah Pemuda 1928, namun Seoratin mencoba membangun nasionalisme pemuda lewat jalan olahraga, khususnya sepak bola.

Seperti halnya ipar Soeratin, Dr Soetomo, yang berkeliling Pulau Jawa untuk menemui banyak tokoh dalam rangka menekankan pentingnya pendidikan dan kemudian disusul dengan pendirian Budi Utomo, Soeratin pun kelilin nusantara untuk mengadakan pertemuan dengan insan sepakbola Tanah Air kala itu.

Soeratin melakukan pertemuan dengan tokoh sepak bola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung. Pertemuan itu diadakan secara sembunyi untuk menghindari sergapan Intel Belanda (PID).

 Pada 19 April 1930, beberapa tokoh dari berbagai kota berkumpul di Yogyakarta untuk mendirikan PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia). Istilah "sepakraga" diganti dengan "sepakbola" dalam Kongres PSSI di Solo pada 1950.


3. Awal Berdirinya PSSI

Soeratin Sosrosoegondo

Penggantian kata “Sepak Raga” menjadi “Sepak Bola” baru dilakukan saat kongres Solo tahun 1950. Kongres pertama yag dihelat di Yogyakarta sendiri dihadiri oleh perkumpulan atau klub seakbola pribumi saat itu sepert Voetbalbond Indonesische Jakarta (VIJ, yang kini kita kenal dengan nama Persija), BIVB Bandung (Persib), PSIM Mataram, PPSM Magelang, VVB Solo (Persis), IVBM Madiun, serta SIVB Surabaya (Persebaya).

PSSI resmi terbentuk, kompetisi sepak bola yang bersifat nasional pun digelar setalah itu, mulai tahun 1931. Jajaran klub lain dri berbagai penjuru Tanah Air pn mulai tertarik untuk beraliansi dalam naungan PSSI.

Berbeda dengan organisasi politik, meskpun didirikan secara rahasia, namun pergerakan PSSI tk terlalu dibatasi layaknya organisasi politik saat itu yang diboikot oleh sang penjajah. Klub sepak bola Hindia Belanda pun sering melakukan pertandingan dengan klub anggota PSSI.

Uniknya, ada instruksi lisan yang diberikan kepada para pengurus PSSI saat itu, yakni jika bertanding melawan klub Belanda tidak boleh kalah. Berkat segala jasanya, Soeratin menjadi ketua umum organisasi ini 11 kali berturut-turut. Setiap tahun ia terpilih kembali.

Pasca mendirikan PSSI, drama di kehidupan Soeratin mulai terjadi, ia pun harus berjuang keras untuk tetap mengibaran organisasi tersebut. Kelanjutan kisah Soeratin akan kembali dikupas INDOSPORT pekan depan.

Soeratin SosrosoegondoLegenda Olahraga

Berita Terkini