x

Profil 7 Klub Sepakbola Korban Kedzaliman PSSI

Jumat, 13 Mei 2016 17:46 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Galih Prasetyo

Tujuh klub sepakbola Indonesia bersatu untuk meminta keaadilan pada PSSI yang diangga secara sepihak mencabut hak mereka untuk berkompetisi. Dalam beberapa waktu terakhir, induk organisasi sepakbola pimpinan La Nyalla Matalitti itu memang memutuskan untuk melarang beberapa klub berkompetisi di ajang Liga Indonesia.

Pasca SK Pembekuan PSSI secara resmi dicabut oleh Imam Nahrawi, ketujuh klub tersebut pun menuntut keadilan. Para petinggi klub bergabung untuk meminta status keanggotaan mereka dikembalikan setelah merasa secara sepihak disingkirkan oleh rezim PSSI pimpinan La Nyalla.

Tujuh klub yang merasa menjadi korban PSSI yang tergabung dalam Aliansi Klub Sepakbola Indonesia (AKSI) pun berontak dan mengadukan nasib mereka kepada Kemenpora pada 10 Mei silam.

Dalam beberapa butir tuntutannya, AKSI meminta agar Menpora, Imam Nahrawi, tak langsung mencabut pembekuan PSSI sebelum organissti tersebut mengembalikan keanggotaan dan hak-hak mereka sebagai sebuah klub.

Tak adanya kejelasan mengenai kelanjutan nasib tujuh klub ini setelah kompetisi dapat kembali bergulir membuat mereka menuntut Presiden membatalkan pencabutan pembekuan. Setidaknya hingga PSSI secara jantan memberikan kejelasan kepada klub-klub ini.

Berbagai alasan dijadikan PSSI untuk mencabut hak dan keanggotaa tujuh klub sepakbola ini. Berikut INDOSPORT merangkum tujuh klub yang menjadi korban kedzaliman rezim PSSI.


1. Persebaya Surabaya

Klub yang dikenal dengan kelompok supporternya yang disebut Bonek ini memiliki permasalahan yang membuat Kemenpora terpaksa mencekal keikutsertaan mereka di ajang Liga Indonesia pada 2015 silam. Bonek yang kerap kali melakukan aksi anarkis dan merugikan masyarakat membuat Persebaya kena imbasnya, dengan dilarang berkompetisi di Indonesia Super League (ISL).

Konflik dualisme di kubu Persebaya memang telah bergulir semenjak 2010 silam. Perseteruan Persebaya 1927 dan Persebaya United yang sebelumnya Persebaya Surabaya tak kunjung usai.

Konon, salah satu alasan Menpora membekukan PSSI tak lain dilatarbelakangi olehl izin yang diturunkan kepada Persebaya untuk kembali berkompetisi di ISL. Tim Bajul Ijo yang merasa haknya untuk berkompetisi dikebiri oleh Kemenpora pun langsung menempuh berbagai cara termasuk jalur hukum untuk sebuah keadilan.

Kini Persebaya melalui badan hukum PT Persebaya Indonesia kembali berontak dan beralih arah meminta agar Kemenpora menunda pencabutan pembekuan PSSI. Mereka menginginkan lisensi kompetisi PSSI dikembalikan ke baan hukum PT Persebaya Indonesia. 


2. Lampung FC

Dalam surat tuntutannya untuk Presiden Joko Widodo, perwakilan klub Lampung FC meminta agar PSSI mengembalikan pengakuan terhadap badan hukum klub berjuluk Pasukan Gajah Beringas tersebut.

Sama seperti ratusan klub lainnya, nasib para pemain dan pelatih klub Lampung FC terkatung-katung usai Kemenpora membekukan PSSI pada April tahun lalu. klub yang berlaga di Divisi Utama tersebut. Klub Lampung FC dibubarkan oleh PSSI karena alasan yang sampai saaat ini belum jelas diketahui.

“Dulu kami punya Lampung FC, bubar gara-gara tingkat pusat tidak menerima dan kita harus bayar agar masuk ke tingkat lebih atas lagi karena Lampung FC sudah juara. Seharusnya Lampung FC masuk, ada orang-orang tidak bertanggung jawab tidak menerima kita, salah satunya ada orang Bandar Lampung,” ungkap walikota Lampung.

Oknum-oknum dalam kubu PSSI diduga kuat berada di balik tak diakuinya Lampung FC sebagai klub yang berada di bawah naungan mereka. Kegagalan Lampung FC berlaga dalam kompetisi Divisi Utama 2014 akbita tak diakuinya klub tersebut menjadi sebuah bentuk ketidak adilan PSSI untuk klub tersebut.


3. Persipasi Kota Bekasi

Persipasi Kota Bekasi

Kesulitan finansial membuat Persipasi Bekasi hanya bisa gigit jari saat stastus keanggotaan mereka tak lagi diakui oleh PSSI dan PT Liga  indonesia yang kini telah berganti nama menjadi PT Gleora Trisula Semesta (GTS).

Konflik di kubu Persipasi berawal pada 2014 silam saat mosi tidak percaya yang diutarakan tim pelatih dan para pemain Persipasi Bekasi kepada pengelola klub tersebur, yakni PG Patriot Indonesia, sehingga mereka pun tak lagi memeiliki kewenangan untuk mengurus lub tersebut.

PSSI dan  PT Liga Indonesia menyarankan agar pengurus Persipasi membuat sbuah PT baru sebagai induk kepengurusan. Namun hingga kini PSSI tak kunjung memberi solusi dan mengembalikan hak Persipasi untuk berkompetisi.


4. Arema Indonesia

Nasib Arema Indonesia nyaris sama dengan Persebaya karena adanya dualisme di dalam tubuh klub berjuluk Singo Edan terssebut. Saat ini, Arema Cronus menjadi klbub resmi yang berlaga di ajang Torabika Soccer Championship (TSC) 2016.

Dualisme tercipta ketika ada dua klub Arema yakni Arema yang berlaga di masa dualisem liga, yakni dalam ajang Indonesia Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL). Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) pun tidak merekomendasikan Arema untuk untuk mengarungi Liga Indonesia pada 2015 silam.

Ketua umum PSSI La nyalla Mattaliti smeoat mengungkap jika ia tak dapat mentoleriri pengkhianatan Arema yang menerima undangan Kemenpora untuk bertemu saat PSSI resmi dibekukan 2015 silam. Kini pendiri awal Arema indonesia un mngajukan tuntutannya atas pencabutan hak-hak yang dilakukan PSSI.

Arema Indonesia berubah nama menjadi Arema Cronus setelah diakuisisi oleh PT Pelita Jaya Cronus pada 2012. Namun konflik tak kunjung selsai hingga saat ini karena Arema Cronus dibeut tak memiliki legalitas dan dokumen resmi kepemilikan klub.


5. Persema Malang

Senasib dengan Arema yang terpecah akibat dualisem liga di masa lalu, kondisi miris Perema Malang juga merupakan buntut konflik dualisme kompetisi yang terjadi beberapa waktu lalu.

Ketika kompetisi terbelah menjadi dua, yakni Liga Super Indonesia dan Liga Primer Indonesia, Persema memutuskan untu hijrah dari Liga Super ke Liga Primer. Hal tersebut membuat ketua PSSI saat itu, Nurdin Halid, menjatuhkan sanksi turun kasta bagi klub tersebut.

Persema dipaksa merumput di divisi tiga, namun hal tersebut  ditolak oleh manajemen Persema. Mereka bersedia untuk bermain di divis satu namun nbukan di divisi tiga yang dianggap sebagai kompetisi amatir.

Hingga masa kepengurusan PSSI di bawah La Nyalla, kondisi tersebut tetap tak berubah. Persema pun bergabung bersama AKSI untuk mengajukan tuntutan terkait nasib mereka yang dijatuhi sanksi.


6. Persibo Bojnegoro

Persibo juga menjadi korban konflik yang terjadi dalam tubuh PSSI saat masa dualisme liga terjadi. Juara Piala Indonesia 2011 ini dicoret sebagai anggota PSSI saat memutuskan untuk bergabung dalam komptetisi IPL pada Kongres PSSI di Bali 2012.

Klub berjuluk laskar Angling Dharma sontak mati total, padahal prestasi klub yang mewakili Indonesia di ajang Piala AFC 2012 tersebut cukup baik. Kini Persibo Bojonnergoro telah berada di bawah manajemen baru, yakni PT Semangat Bojonegoro Jaya (PT SBJ).

Konflik Persibo merupakan bagian dari perseteruan ketua PSSI saat itu, djohar Arifin dengan La Nyalla Mattaliti yang mash menjabat ketua KPSI. Hingga La Nyalla didapuk sebagai Ketua Umum PSSI, sanksi tersebut tak kunjung dicabut.


7. Persiwangi Banyuwangi

Konflik dualisme Persiwangi juga terjadi saat hadirnya dua kompetisi Liga di masa lalu. Setidaknya muncul dua klub yang melabeli diri mereka sebagai Persiwangi Banyuwangi yang mengikuti kompetisi ISL dan IPL.

Manajemen klub akhirnya sepakat untuk menyatukann administrasi klub yang berlaga di dua kompetisi berbeda tersebut sehingga mereka dapat tetap eksis di divisi utama Liga. Kini perwakilan pendiri klub Persibi yang bernaung dalam PT Persiwangi Laskar Blambangan pun menuntut agar hak badan hukum pengelolaan klub dikembalikan pada mereka.

PSSIPersipasi Bekasi

Berita Terkini