x

3 Solusi yang Harus Dilakukan untuk Antisipasi Keributan Suporter di Euro 2016

Kamis, 16 Juni 2016 15:00 WIB
Editor: Randy Prasatya

Pada Minggu (12/06/16) WIB, telah terjadi bentrokan antar pendukung Rusia dan Inggris di jalan kota Marseille. Insiden itu pun cukup banyak memakan korban luka-luka dari kedua kubu.

Tak hanya sampai di situ. Bentrokan dari kedua kubu juga kembali terjadi saat laga pertandingan antara Rusia dan Inggris berakhir. Menurut pemberitaan media Eropa, kerusuhan di tribun penonton hingga menyebabkan anak-anak dan kaum wanita terluka.

Buntutnya, UEFA memberikan peringatan keras bagi Rusia. Federasi sepakbola tertinggi di Eropa tersebut mengancam akan mendiskualifikasi negara pecahan Uni Soviet tersebut dari ajang Euro 2016.

Ancaman tersebut nyatanya tidak membuat situasi mencair. Justru pendukung Rusia dan Inggris kembali terlibat bentrok di kawasan kota Lille pada Rabu (15/06/16).

Jika ancaman dari UEFA tidak diindahkan, bagaimana langkah seharusnya yang dilakukan UEFA hingga penyelenggara turnamen dalam meminimalisir bentrokan di masa mendatang?

Berikut analisis dari tim INDOSPORT dalam menyiasati kasus bentrokan yang terjadi antara pendukung Rusia dan Inggris.


1. Jangan Terpusat pada Satu Isu

Sebelum pagelaran Euro 2016 dimulai, ajang internasional terbesar di Eropa ini telah mengalami ancaman teror bom dan pembunuhan dari pihak radikal, yaitu ISIS.

Pihak kepolisian Prancis pun mengerahkan sekitar 90 ribu anggota polisi dalam laga pembukaan Euro 2016 anatara Prancis kontra Rumania di Stade de France.

Pengamana tersebut sangat jelas berjalan lancer. Tak ada insiden membahayakan yang terjadi pada acara pembukaan hingga akhir pertandingan tersebut. Namun, pekerjaan rumah bagi Prancis justru terjadi oleh pihak-pihak yang terlibat secara langsung di pagelaran Euro 2016.

Mereka kewalahan membendung aksi kericuhan antara suporter Rusia dan Inggris. Hal itu membuktikan bahwa Prancis tidak memperhitungkan terjadinya gesekan dari dua kelompok suporter tersebut.

Padahal, perselisihan antara suporter Rusia dan Inggris sudah lama tercipta. Seluruh pihak pun tahu bahwa mereka berada di satu grup yang sama dan berada di satu ajang yang sama, yaitu Euro 2016.

Pengabaian keamanan terhadap para pihak terkait jadi satu tolak ukur kelemahan antisipasi di ajang empat tahunan ini. Prancis selaku pihak penyelenggara hanya memperhatikan keamanan rakyatnya sendiri dan tak siap dengan perilaku para suporter pendatang.

Jalan satu-satunya yang harus dilakukan Prancis saat ini adalah memberlakukan keamanan yang sama disetiap laga, seperti halnya pada laga pembuka.

Selanjutnya, UEFA seharunya juga memberikan peringatan yang sama kepada Inggris. Sebab, jika hukuman hanya diberikan oleh satu pihak, tidak menutup kemungkinan akan memunculkan tindakan adu domba.


2. Berlakukan Bubble Match

Istilah bubble match mungkin masih sedikit asing bagi sebagian besar pecinta sepakbola Indonesia. Namun, secara pengaplikasian tentu saja pecinta sepakbola sudah sangat mengetahui.

Bubbel match adalah salah satu cara pengamanan terhadap kubu suporter untuk menghindari bentrokan. Pihak kemanan nantinya akan memasukan suporter ke dalam sebuah kendaraan khusus yang sudah dilindungi keamanannya oleh anggota kepolisian.

Selanjutnya pihak keamanan akan mengantrakan kelompok suporter ke arena pertandingan dan di dalam arena pihak keamanan juga turut memantau tiap-tiap perilaku penonton yang sedang dalam pengawalan.

Cara ini sejatinya sudah tidak asing di dunia persepakbolaan Inggirs. Setidaknya sudah ada lebih dari 50 bubble matches di seluruh Inggris selama 12 tahun terakhir.

Tapi, cara ini bukan tanpa halangan. Penerapan bubble match sejauh ini masih terus dipertentangkan oleh kalangan pengamat sepakbola Inggris. Sebab, suporter seharusnya diberikan azas praduga tak bersalah.

Selain itu, rumitnya penerapan bubble match di ajang Euro kemungkinan akan terjadi dikarenakan para suporter akan tersebar di berbagai sudut kota. Sejauh inipun para pihak yang hadiri tidak hanya sekedar menyaksikan pertandingan sepakbola, melainkan juga ingin mengunjungi tempat wisata lainnya.


3. Penutupan Bar Lebih Awal

Langkah-langkah lain untuk mencegah kekerasan antar suporter ialah dengan menutup bar lebih awal. Menurut kabar yang dilansir CNN, cara tersebut telah dilakukan di daerah Vieux Port, Marseille.

Tempat tersebut merupakan kawasan terjadinya bentrokan antara suporter Rusia dan Inggris. Beberapa bar di daerah itu mengaku telah menutup pintu pada pukul 20:00 waktu setempat.

Cara tersebut setidaknya dapat menghindari perilaku mabuk para suporter. Dengan sadar tentu saja akan lebih mudah mengendalikan emosi kelompok-kelompok garis keras.

Selain itu, pihak keamanan juga harus siaga pada setiap titik yang memungkinkan bisa dijadikan tempat perkumpulan. Di kawasan tersebut harus ada pengamanan yang ekstra tanpa menyebabkan kelompok garis keras terusik.

InggrisPrancisRusiaEuro 2016Suporter sepakbolaSuporterIn Depth SportsCritic Sport

Berita Terkini