Mengenang Kekonyolan Man United Saat Ditahan Imbang Indonesia pada 1975
Saat itu adalah hari Minggu, 1 Juni 1975. Cuaca Jakarta saat itu masih cukup sejuk dengan suhu 27 derajat Celcius. Cuaca yang cerah dan arus lalu lintas yang tak separah saat ini membuat sekitar 70 ribu orang penggemar sepakbola Indonesia tak terlalu payah menyambangi Stadion Senayan, Jakarta.
Diwarnai antuasiasme dan hati yang riang, mereka memadati stadion untuk menyaksikan para pemain bintang All Star Liga Galatama Indonesia dan Manchester United. Kedua tim akan bersaing menunjukkan siapa yang terbaik. Namun para pecinta bola tanah air saat itu sedikit kecewa. MU yang dibayangkan akan tampil menghibur tak bermain seperti yang diharapkan.
Seperti apa pertemuan kedua tim? Berikut INDOSPORT mengemasnya untuk pembaca setia.
1. Kondisi Indonesia
Indonesia saat itu tengah berusaha mewujudkan cita-cita tampil di ajang Piala Dunia 1978. Pada turnamen Pra Olimpiade 1976, Indonesia akan berhadapan dengan Korea Utara. Indonesia pun mencari lawan tanding untuk pemanasan.
Ajax Amsterdam dan Manchester United sepakat merumput di Nusantara. Pertemuan dengan MU menjadi laga pembuka. Sementara pertandingan melawan Ajax digelar empat hari setelahnya dan berakhir dengan kemenangan Ajax 4-1.
Target melenggang ke Piala Dunia tak dipasang main-main. Untuk mewujudkannya, pelatih Belanda Wiel Coerver ditarik sebagai pelatih timnas Senior setelah sukses mengantar Feyenoord Rotterdam meraih gelar Liga Europa, yang saat itu masih bernama UEFA Cup, di musim 1973–1974. Kesuksesan Coerver itu menjadikan Feyenoord klub Belanda pertama yang meraih gelar Liga Europa.
2. Susunan Pemain
PSSI Tamtama: Ronny Paslah, Sutan Harhara, Oyong Liza, Suaib Rizal, Iim Ibrahim, Anjas Asmara, Nonon, Waskito, Junaedi Abdillah, Risdianto, Andi Lala.
Manchester United: Alex Stepney, Alex Forsyth, Arthur Albiston, Gerry Daly, Jimmy Nicoll, Jim McCalliog, Trevor Anderson, Sammy McIlroy, Stuart Pearson, David McCreery, Anthony Young.
Dikutip harian TopSkor, seorang wartawan Kompas yang meliput pertandingan kala itu, Sumohadi Marsis, menyatakan MU ingkar janji kala itu. Mereka tak membawa seluruh pemain inti seperti yang dijanjikan dengan pembayaran US$25 ribu untuk dua pertandingan.
"Rombongan mereka hanya 14 orang, terdiri atas 12 pemain, seorang pelatih, dan seorang manajer,” kata Sumohadi.
3. Kondisi MU
Manajer MU saat itu adalah Tommy Docherty, yang mengabdi pada Setan Merah pada 1972-1977. Manajer berjuluk The Doc itu berhasil menyelamatkan MU agar tak tergelincir ke jurang degradasi, namun pada musim berikutnya ia gagal melakukan hal tersebut.
Saat bertamu ke Indonesia, MU telah bermain di Divisi Dua, dimana Divisi Utama merupakan kompetisi tertinggi sepakbola Inggris saat itu.
Namun MU tak mau berlama-lama bermain di Divisi Dua. Mereka berhasil tampil apik dan menjadi juara Divisi Dua. Setan Merah pun mendapat tiket untuk kembali bermain di Divisi Utama pada musim 1975/1976.
4. Setan Merah yang Konyol
Diawali dengan ingkar janji soal pemain yang dibawa ke Indonesia, MU kembali menambah kekecewaan dengan penampilan yang tak profesional. Pertandingan tak berjalan seperti yang diharapkan.
Para pemain MU tampak tak menganggap pertemuan dengan Indonesia Tamtama sebagai laga sungguhan. Mereka bermain ogah-ogahan dan sekedarnya saja, asal tidak kebobolan.
Gawang Indonesia yang dijaga Ronny Pasla pun tak mendapat serangan berarti dari para penyerang MU. Hasilnya, skor imbang 0-0 menjadi akhir dalam pertandingan tersebut.
5. Dagelan Setan Merah
Alih-alih memberikan penampilan yang menghibur, MU justru menampilkan dagelan murahan di Stadion Senayan. Peristiwa itu terjadi saat laga memasuki babak kedua.
MU yang hanya membawa 12 pemain melakukan pergantian. Konyolnya, yang masuk ke lapangan adalah sang manajer MU sendiri, yaitu Tommy Docherty.
The Doc berusaha membuyarkan konsentrasi trio penyerang Indonesia, Waskito, Risdianto, dan Andi Lala agar tak mempermalukan MU.