Memuja Penderitaan Arsenal di Surabaya Pada 1983
Cuaca panas menyengat yang menyelimuti kota Surabaya pada Kamis, 16 Juni 1983 tidak menyurutkan langkah puluhan ribu warga kota terbesar kedua di Indonesia untuk berkumpul di Stadion Gelora 10 November.
Warga Surabaya saat itu benar-benar tidak ingin melewatkan sebuah momen langka di mana mereka menerima kedatangan tamu besar dari daratan Eropa yang berkesempatan mengunjungi kota mereka.
Lebih dari 30.000 berbondong-bondong memadati stadion demi dapat menyaksikan permainan kelas dunia dari bintang-bintang sepakbola klub asal negeri Ratu Elisabeth II, Arsenal.
Skuat Niac Mitra saat melakukan pemanasan jelang menghadapi Arsenal dalam laga persahabatan di Gelora 10 November Surabaya pada 1983.
Gaung klub berjuluk Meriam London kala itu memang tidak senyaring sekarang lantaran dominasi sepakbola Inggris saat itu masih menjadi milik Liverpool, Nottingham Forrest dan Aston Villa.
Namun demikian, Arsenal datang bukan dengan tanpa pemain bintang. Nama-nama besar seperti kiper legendaris Pat Jennings, dua pemain nasional Inggris, Kenny Sansom dan Graham Rix serta si legenda hidup David O'Leary ikut menyempatkan diri melakoni laga persahabatan sebelum melanjutkan perjalanan ke pulau dewata Bali untuk berlibur.
Suasana jelang kick-off laga Niac Mitra vs Arsenal di Stadion Gelora 10 November Surabaya pada 1983.
Adalah NIAC Mitra Surabaya, klub yang baru menyandang status juara Galatama yang menjadi salah satu dari tiga tim Indonesia yang berkesempatan untuk menjajal kekuatan Arsenal.
Para pemain The Gunners boleh membusungkan dada lantaran sebelum menginjakkan kaki ke Kota Pahlawan berhasil memetik kemenangan besar 3-0 atas PSMS Plus di Medan 0 dan mempecundangi PSSI Selection 5-0 di Jakarta.
Namun Surabaya tidaklah seramah Medan dan Jakarta dalam menyambut kehadiran orang Inggris. Sejarah bahkan mencatat bagaimana Brigadir Jenderal Inggris, AWS Mallaby harus meregang nyawa di Jembatan Merah di tangan para pejuang kemerdekaan di masa perang dulu.
Begitupun halnya dengan 'Meriam London' yang kala itu dibesut oleh Terry Neill, merekapun harus pulang dengan membawa oleh-oleh kekecewaan lantaran di luar dugaan harus menelan kekalahan memalukan.
Seperti apa dan bagaimana pertemuan kedua tim saat itu? Berikut INDOSPORT mengisahkannya kembali kepada para pembaca setia.
1. Kondisi Masing-masing Klub
Arsenal dan NIAC Mitra melakoni pertandingan dengan kondisi klub yang berbeda. The Gunners datang berlibur ke Indonesia setelah melewati masa-masa sulit di liga domestik mereka musim itu.
Arsenal baru saja menyelesaikan musim dengan finis di urutan 10 Liga Sepakbola Divisi Pertama.
Kendati mendapatkan hasil buruk, Arsenal bukannya tidak diperkuat oleh sederet nama pemain bintang. Nama-nama besar pemain legendaris seperti Pat Jennings, David O'Leary, Graham Rix dan Alan Sunderland mengisi skuat mereka saat itu.
Sebaliknya, NIAC Mitra Surabaya masih dalam euforia besar lantaran menyelesaikan periode musim 1982/83 dengan manis usai menyandang status juara Galatama.
NIAC Mitra pun menjelma sebagai klub kebanggaan dan idola warga Kota Pahlawan, Surabaya. Tidak heran pertemuan kedua tim saat itu mengundang antusiasme besar warga Surabaya.
2. Susunan Pemain Kedua Tim
Kedua tim saat itu bermain turun dengan kekuatan penuh dan menurunkan pemain-pemain terbaiknya. Tuan rumah NIAC Mitra Surabaya memainkan kiper David Lee dan penyerang Fandi Ahmad yang merupakan pemain asing asal Singapura.
Selain itu NIAC Mitra juga diperkuat oleh bintang-bintang sepakbola nasional, seperti Rudy Kelces, Tommy Latuperissa, Joko Malis dan Syamsul Arifin.
Sementara Arsenal menurunkan seluruh pemain terbaik mereka mulai dari kiper Pat Jennings, bek David O'Leary, gelandang Graham Rix dan striker haus gol Alan Sunderland.
NIAC Mitra: David Lee, Budi Aswin, Wayan Diana, Tommy Latuperissa, Yudi Suryata, Rudy Kelces, Rae Bawa/Yusul Male, Joko Malis, Hamid Asnan/Syamsul Arifin, Fandi Ahmad, Dullah Rahim/Yance Lilipaly
Arsenal: Pat Jennings, Colin Hill/Stewart Robson, David O’Leary, Chris Whyte/Lee Chapman, Kenny Samson, Brian Talbot, Alan Sunderland, Paul Davis, Brian McDermott, Raphael Meade/Terry Lee, Graham Rix
3. Suasana dan Jalannya Pertandingan
Pertandingan saat itu dilangsungkan pada pukul 14.00 saat terik matahari begitu menyengat kota Surabaya. Kondisi iklim tropik ini sejatinya kurang begitu ideal bagi kedua tim, terlebih untuk Arsenal yang berasal dari negara dengan kondisi iklim berbeda.
Namun kondisi kurang menguntungkan tersebut tidak menjadi alasan bagi para pemain kedua tim untuk menampilkan performa terbaik. Terbukti kedua tim tampil begitu ngotot dengan semangat juang yang tinggi.
"Mengusung semangat juang tinggi para pemain tampil maksimal. Arsenal datang ke Indonesia mengunjungi tiga kota. Saat di Surabaya mereka harus beradaptasi dengan kondisi cuaca. Kami memaksimalkan kondisi ini," kisah Joko Malis dikutip Tribunnews.
Arsenal yang datang ke Surabaya dengan bermodalkan kemenangan atas PSMS Medan Plus dan PSSI Selection harus dikejutkan oleh permainan spartan para penggawa Niac Mitra sejak menit pertama digulirkan.
Kiper Arsenal, Pat Jennings bahkan harus memungut bola dari gawangnya pada menit 37 babak pertama, setelah penyerang Niac Mitra Fandi Ahmad merobek gawangnya dan menutup babak pertama dengan skor 1-0.
Arsenal bahkan kembali mendapat petaka setelah wasit Ruslan Hatta yang memimpin pertandingan mengganjar Alan Sunderland dengan kartu merah.
Bencana benar-benar menghampiri Arsenal saat lima menit jelang laga bubar giliran Joko Malis membobol gawang Pat Jennings memanfaatkan umpan Fandi Ahmad usai berakselerasi melewati tiga pemain belakang Arsenal.
Gol Joko Malis pada menit 85 pun menutup jalannya pertandingan dengan hasil menyedihkan bagi para pemain Arsenal yang harus keluar lapangan dengan wajah tertunduk.
4. Suasana Menyedihkan Ruang Ganti Arsenal
Kekalahan 0-2 atas NIAC Mitra benar-benar menyesakkan para pemain Arsenal. Suasana ruang ganti Arsenal pun diliputi luapan emosi kekecewaan para pemain hingga sang pelatih, Terry Neill.
Neill kepada Kompas bahkan mengatakan jika kekalahan atas Niac Mitra membuat ia dan para pemainnya sulit untuk memejamkan mata.
"Sangat mengecewakan dan membuat kami sulit tidur. Kami tidak main buruk, Anda lihat sendiri, tapi ini memang tim terbaik yang kami hadapi dalam lawatan ini," ungkap Neill.
Sempat beredar kabar jika cuaca panas serta kepemimpinan buruk wasit Hatta Ruslan serta para hakim garis menjadi faktor utama kegagalan Arsenal meraih kemenangan. Namun hal tersebut dibantah sendiri oleh Neill.
"Tidak mungkin anda akan menganggap itu sebagai alasan bagi tim yang kalah. Saya sendiri tidak suka mengungkapkannya dan harus saya akui, kesalahan kami adalah tidak bisa mencetak gol," tuturnya.
Bahkan dua pemain pilar Arsenal, Kenny Sansom dan Graham Rix secara terbuka mengakui jika Niac Mitra memang layak menang dalam laga tersebut.
"Kedua pencetak gol dan gelandang yang jangkung itu (Rudy Kelces) bermain sangat bagus," tutur keduanya di ruang ganti.