x

(VIDEO) Ketika Uni Soviet Bungkam Brasil dengan 10 Pemain di Final Olimpiade

Selasa, 9 Agustus 2016 16:00 WIB
Editor: Randy Prasatya

Sejak tahun 1956 tim Soviet telah bekerja keras untuk bersaing di dunia sepakbola. Mereka terkenal sulit untuk dikalahkan negara-negara besar, namun kerap gagal meraih gelar top.

Sejatinya Soviet hanya mampu meraih perunggu pada Olimpiade 1972, 1976, dan 1980. Meski pada laga selanjutnya negara-negara Eropa bagian barat menggunakan pemain muda di ajang selanjutnya, Soviet tetap gagal.

Pada perhelatan Olimpiade 1988, negara Eropa dan Amerika Selatan diizinkan menggunakan pemain professional, tetapi pemain pro tersebut hanya yang tidak bermain di pertandingan Piala Dunia.

Di kesempatan itu Soviet berhasil memanfaatkan momentum tersebut hingga menyulitkan Brasil di laga puncak.

Tim besutan Anatoliy Byshovets di laga perebutan medali emas menurnkan formai 4-4-2. Volodymyr Lyuty dan Volodymyr Tatarchuk jadi ujung tombak Soviet guna merobek pertahanan Brasil.

Sedangkan Brasil menurunkan deretan nama-nama pemain top yang saat itu masih berusia muda. Carlos Alberto Silva memainkan formasi 4-3-3 dengan trisula yang diisi oleh Romario, Bebeto dan Careca.

Lantas bagaimana kisah Soviet dalam membendung skema permainan Brasil yang kala itu dikenal sangat atraktif? Berikut ulasan dari INDOSPORT.


1. Permainan Cepat dan Kelengahan Sepak Pojok

Romario dari Brasil merayakan kegembiraannya setelah mencetak gol ke gawang Uni Soviet pada Olimpiade Seoul 1988.

Dengan para pemain yang serba bisa, Brsail sukses membuat tekanan di menit awal pada Soviet. Mereka bergerak cepat tanpa berlama-lama memainkan bola.

Sadar dengan kualitas lawan yang berat, pelatih Soviet justru tidak menginstruksikan para pemain untuk bertahan. Mereka bermain dengan me-marking sertat melakukan serangan cepat ke sisi pertahanan Brasil.

Langkah itu bisa dibilang ampuh dalam meredam kekuatan Brasil. Dengan tidak membiarkan lawan memegang bola dan meminimalisir memainkan bola di daerah pertahanan, cukup membuat pemain belakang tim Samba merasa waspada saat membantu serangan.

Kendati demikian, Soviet harus kemasukan gol setelah lengah dalam antisipasi sepak pojok pada menit ke-29. Romario yang berhasil lepas dari kawal berhasil menyambar bola ke gawang Soviet yang dikawal Dmitry Kharin. Skor pun berubah menjadi 1-0 untuk Brasil.

Tak ingin tertinggal lebih lama, Soviet semakin meningkatkan intensitas serangan dengan agresivitas tinggi. Namun, hingga babak pertama usai mereka tak mampu menceploskan bola ke gawang Brasil.


2. Bola Mati yang Perpanjang Napas Soviet

Bebeto (tengah) dari Brasil pada Olimpiade Seoul 1988 Uni Soviet vs Brasil.

Di awal babak kedua Byshovets langsung mengganti satu pemain dengan menarik pemain tenggah dan memasukan penyerang.

Pergantian itu sekaligus mengubah formasi mereka menjadi 4-3-3 yang secara tidak langsung menjadi sama seperti Brasil. Perubahan itu cukup berjalan baik. Serangan Soviet lebih hidup dan membuat lini belakang Brasil sedikit ketar-ketir.

Formasi itu juga sejatinya membuat serangan mereka tidak dengan tiga pemain, melainkan empat pemain yang berdiri sejajar di lini pertahanan lawan.

Alhasil, cara tersebut membuat lini belakang Brasil tampak lebih statis menunggu di belakang dan menyisakan kelonggaran bagi lini tengah Soviet dalam mengeksploitasi lawan.

Pada menit ke-60, Soviet akhirnya dapat menyamakan kedudukan melalui titik putih yang dieksekusi oleh Igor Dobrovolski. Penalti untuk Soviet terjadi lantaran Oleksiy Mykhaylychenko dilanggar di kotak terlarang saat hendak melakukan penetrasi di area penalti Brasil.

Eksekusi dari Dobrovolski berhasil mengecoh Claudio Taffarel dan mengubah skor menjadi 1-1. Namun, hingga 90 menit berjalan, skor itu tak berubah, perpanjangan waktu pun terjadi.


3. Gol Kemenangan dan 10 Pemain

Pelatih Uni Soviet Anatoly Byshovets di angkat ke atas dengan timnya setelah Uni Soviet mengalahkan Brasil 2-1 dan memenangkan medali emas dalam sepak bola Olimpiade 1988.

Pada awal tambahan 2x15 menit, Soviet tetap memainkan skema yang sama seperti di 45 menit kedua. Mereka berhasil membuat Brasil masih kesulitan dalam menaklukan agresivitas Soviet.

Alhasil, pada menit ke-103 negara dengan paham komunis ini berhasil membalikan keadaan melalui gol Yury Savichev. Gol ini terjadi akibat kelengahan Brasil dalam mengantisipasi bola panjang.

Saat penjaga gawang Soviet melepas tendangan gawang, pemain pertama gagal memenangkan duel udara hingga jatuh ke kaki Savichev. Pemain yang masuk di awal babak kedua itu pun langsung berhadapan dengan satu bek Brasil dan berhasil mengecoh hingga memancing Taffarel keluar.

Melihat posisi Taffarel yang jauh meninggalkan gawang, ia pun mengangkat bola hingga masuk ke gawang Brasil. Soviet pun berbalik unggul 2-1.

Namun, dalam sisa perpanjangan waktu Soviet harus bermain 10 pemain saat Volodymyr Tatarchuk mendapat kartu kuning kedua pada menit ke-110. Beruntung, pada 10 menit sisa Brasil gagal memanfaatkan keunggulan jumlah pemain.

Soviet pun akhirnya mampu mengandaskan talenta muda berbakat Brasil, sekaligus menggondol medali emas pertama bagi mereka di kancah Olimpiade.

BrasilOlimpiadeRomarioUni SovietIn Depth SportsDuel Klasik

Berita Terkini