x

Cerita Produk Rokok yang Pernah 'Merajai' Sepakbola Indonesia

Selasa, 23 Agustus 2016 14:07 WIB
Editor: Tengku Sufiyanto

Baru-baru ini rokok tengah menjadi topik hangat perbincangan masyarakat di Indonesia. Masyarakat Tanah Air khususnya para pecandu rokok sedang gusar, akibat rencana pemerintah yang ingin menaikan harga rokok di Indonesia.

Pemerintah Indonesia memiliki beberapa alasan untuk menaikan harga rokok. Salah satunya adalah mendorong masyarakat Indonesia untuk hidup sehat.


Arema Indonesia saat menjadi juara Djarum Indonesia Super League 2011.

Namun, banyak kalangan masyarakat yang belum mengetahui bahwa rokok menjadi salah satu pelopor beberapa kompetisi dan turnamen sepakbola di Indonesia. Tanpa produk rokok, mungkin dunia bal-balan Tanah Air akan mengalami kendala dalam hal finansial.

Pasalnya, rokok memiliki sumber dana yang sangat besar, lantaran merupakan penghasil cukai terbesar di Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari data yang dikeluarkan Bea dan Cukai serta Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Untuk itu, INDOSPORT akan menyajikan cerita produk rokok yang menjadi 'raja' sepakbola Indonesia. Berikut ulasannnya:


1. Liga Dunhill (1994-1996)

Persib Bandung saat menjuarai Liga Dunhill 1994-1995.

Sepakbola nasional pertama kali disponsori produk rokok ketika era Liga Indonesia tahun 1994-1996. Ketika itu, Dunhill menjadi sponsor utama kompetisi kasta tertinggi Tanah Air. Namanya pun berubah menjadi Liga Dunhill.

Dunhill harus menggelontorkan dana sebesar Rp4,5 miliar/musim untuk mensukseskan Liga Indonesia. Setiap tim juga mendapat dana subsidi sebesar Rp100 juta/klub.

Selain itu, Dunhill mengeluarkan dana sebesar Rp75 juta untuk klub yang berhasil menjadi juara, Rp50 juta untuk runner up, dan Rp25 juta untuk pemain terbaik.

Penunjukan Dunhill sebagai sponsor utama kompetisi sepakbola di Indonesia juga berdampak pada seluruh klub perserta. Para klub peserta wajib memasang nama produk rokok asal Amerika Serikat tersebut di depan jersey mereka masing-masing.

Di musim pertamanya, 1994-1995, Liga Dunhill diikuti 34 tim yang masing-masing terbagi dua wilayah, barat dan timur. Liga Dunhill, atau Liga Indonesia usai peleburan Perserikatan dan Galatama dengan berjalan sukses. Persib Bandung keluar sebagai juara usai menaklukan Petrokimia Putra dengan skor 1-0 pada laga final.

Musim berikutnya, Liga Dunhill kembali digulirkan. Namun ada perbedaan dari musim sebelumnya.

Liga Dunhill musim 1995-1996 mengalami perubahan dalam hal jumlah peserta. Dari sebelumnya mencapai 34 tim, kali ini hanya ada 31 klub yang dibagi menjadi dua wilayah.

Wilayah barat dihuni 15 tim usai Persiku Kudus mundur dari Liga Dunhill. Lalu wilayah timur ditempati 16 tim.

Meski begitu, Liga Dunhill kedua berjalan sukses. Mastrans Bandung raya keluar sebagai juara setelah menaklukan PSM Makassar dengan skor 2-0 pada laga final.


2. Liga Kansas Musim 1996-1997

Persebaya Surabaya saat menjadi juara Liga Kansas musim 1996-1997.

Dunhill yang sukses menggelar Liga Indonesia selama dua musim, akhirnya tidak lagi mensponsori kompetisi tertinggi sepakbola nasional. Hal itu menjadi peluang beberapa perusahaan besar untuk mendanai penyelenggaraan Liga Indonesia.

Akhirnya, Kansas menjadi sponsor utama Liga Indonesia musim 1996-1997. Sama halnya dengan Dunhill, nama produk rokok asal Amerika Serikat tersebut juga harus terpampang di depan jersey para klub peserta.

Kansas pun harus menggelontorkan dana sebesar Rp5,350 miliar untuk mensukseskan jalannya kompetisi. Mereka juga harus mengeluarkan subsidi Rp100 juta/klub.

Namun, format dan para peserta Liga Kansas sangat berbeda dengan Liga Dunhill. Liga Kansas diikuti 33 klub. Seluruh klub peserta Liga Kansas dibagi dalam tiga wilayah (barat, tengah, dan timur).

Meski begitu, Liga Kansas berjalan sukses. Persebaya Surabaya keluar sebagai juara usai mengalahkan Bandung Raya dengan skor 3-1 dalam laga final.


3. Liga Djarum (2005-2007)

Sriwijaya FC saat menjadi juara Liga Djarum Indonesia tahun 2008.

Kansas hanya sekali menjadi sponsor utama Liga Indonesia. Setelah itu, sponsor utama Liga Indonesia jatuh ke tangan salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank Mandiri.

Namun, Bank Mandiri menjadi sponsor utama Liga Indonesia selama lima musim. Selanjutnya, produk rokok kembali merajai sponsor Liga Indonesia.

Djarum menjadi sponsor utama liga Indonesia mulai tahun 2005-2007. Liga Indonesia pun resmi bernama Liga Djarum. Seluruh klub peserta juga harus memajang label Liga Djarum di depan jerseynya.

Liga Djarum musim 2005-2006 diikuti 32 klub terbaik Tanah Air dengan format dua wailayah (barat dan timur). Persipura Jayapura akhirnya keluar sebagai juara usai mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 3-2 pada laga final.

Musim berikutnya, Liga Djarum juga berjalan sukses dengan format yang sama. Persik Kediri menjadi juaranya, setelah mengalahkan PSIS Semarang dengan skor 1-0 pada laga final.

Setelah itu, Liga Djarum 2007-2008 dirajai oleh Sriwijaya FC. Tim Laskar Wong Kito berhasil mengalahkan PSMS Medan dengan skor 3-1 pada laga final. Sriwijaya FC berhak mendapatkan uang hadiah dari Djarum, sebesar Rp1,5 miliar. 


4. Djarum Indonesia Super League (ISL) 2008-2011

Arema Cronus saat menjadi juara Djarum Indonesia Super League 2009-2010.

Djarum kembali menjadi sponsor utama kompetisi tertinggi sepakbola nasional. Akan tetapi, kali ini dalam format yang berbeda dengan Liga Indonesia.

Maklum saja, PSSI dan PT Liga Indonesia mengubah format dua wilayah menjadi kompetisi penuh, layaknya kompetisi elit di beberapa negara Eropa.

Selain itu, nama Liga Djarum berubah menjadi Djarum Indonesia Super League (ISL). Djarum menjadi sponsor utama ISL mulai tahun 2008-2011.

Di musim pertamanya, ada 18 tim yang menjadi peserta ISL 2008-2009. Persipura Jayapura keluar sebagai juara usai memperoleh 80 poin dari 34 pertandingan. Tim Mutiara Hitam berhak menerima uang hadiah sebesar Rp2 miliar.

Selanjutnya, Arema Indonesia berhasil menjadi juara di musim berikutnya. Tim Singo Edan memuncaki klasemen akhir dengan torehan 73 poin dari 34 pertandingan. Tim Singo Edan pun berhak menerima hadiah yang sama dengan Persipura.

Terakhir, Sriwijaya FC menjadi juara usai menorehkan 60 poin dari 34 pertandingan. Tim Laskar Wong Kito berhasil memperoleh dana sebesar Rp2,5 miliar.

Setelah itu, Djarum tidak lagi menjadi sponsor utama kompetisi kasta tertinggi sepakbola nasional. ISL sempat tanpa sponsor utama. Hingga pada akhirnya, ISL 2015 disponsori Bank QNB, sebelum akhirnya terhenti akibat konflik sepakbola nasional yang melibatkan Kemenpora dengan PSSI.


5. Copa Dji Sam Soe 2005-2010

Lambang Copa Dji Sam Soe.

Tak hanya kompetisi, produk rokok pernah menjadi sponsor utama turnamen bergengsi Indonesia layaknya Piala FA Inggris dan Coppa Italia. Turnamen tersebut adalah Piala Indonesia.

Ketika itu, produk rokok Dji Sam Soe menjadi sponsor utama. Dengan begitu, Piala Indonesia bernama Copa Dji Sam Soe.

Produk rokok tersebut juga harus menggelontarkan dana sebesar Rp3,3 miliar per musimnya. Dalam rinciannya, Rp2 miliar untuk sang juara, Rp750 juta runner up, Rp350 juta untuk peringkat ketiga, dan Rp75 juta untuk top skor dan pemain terbaik.

Copa Dji Sam Soe berlangsung mulai 2005-2010. Ada 92 tim yang menjadi peserta Copa Dji Sam Soe, terdiri dari 36 klub Divisi Utama dan ISL, 40 klub Divisi Satu dan 16 klub Divisi Dua. Format yang digunakan sistem kandang-tandang hingga babak semifinal.

Arema Malang berhasil menjadi juara di tahun 2005 dan 2006. Selanjutnya, Sriwijaya FC menjadi juara di tahun 2007, 2008, dan 2009.

Setelah itu, Dji Sam Soe tidak terlibat dalam penyelenggaraan Piala Indonesia tahun 2010 dan 2012. Sebagai catatan, 2011 tidak ditiadakan Piala Indonesia.

Persebaya SurabayaPersib BandungPersija JakartaSriwijaya FCLiga IndonesiaArema IndonesiaLiga DjarumLiga DunhillLiga KansasDjarum Indonesia Super LeagueCopa Dji Sam Soe

Berita Terkini