Gebrakan Tim Promosi di Laga Pembuka Liga Top Eropa
Salah satu tim promosi Liga Primer Inggris, Hull City, sudah memberi bukti sahih bahwa tim-tim promosi musim ini tak bisa dipandang sebelah mata. Di pekan perdana Liga Primer Inggris, The Tigers – julukan Hull – sudah memberikan kejutan, menaklukkan sang juara bertahan dengan skor 2-1.
Keajaiban Hull itu pun bak virus yang langsung tersebar ke seluruh Eropa. Klub-klub promosi lainnya tak mau kalah beraksi, unjuk gigi membuktikan bahwa mereka pantas berada di divisi tertinggi sepakbola negaranya masing-masing.
Selain mengambil inspirasi dari Hull yang mengawali musim, ketimbang liga lainnya, tim-tim promosi juga diyakini menjadikan kisah Cinderella Leicester musim lalu, sebagai inspirasi sekaligus motivasi bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam sepakbola.
The Foxes menerjang prediksi 5000:1 di awal musim lalu, dan menjuarai Liga Primer Inggris mengalahkan tim-tim kuat seperti Chelsea, Manchester United, Manchester City, dan Arsenal.
Terinspirasi dengan kedua hal itu, klub-klub promosi Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol, dan Serie A Italia pun menunjukkan ‘pertarungan’ mereka di awal musim ini. Bagaimana kiprah mereka? Berikut INDOSPORT menganalisa performa tim promosi di pekan awal musim 2016/17 ini:
1. Liga Primer Inggris
Tiga tim promosi Liga Primer Inggris musim ini adalah Hull, Middlebrough, dan Burnley. Berawal dari Hull, mereka merupakan klub promosi tersukses saat ini, karena mereka menyabet dua kemenangan beruntun di dua pekan pertama Liga Primer Inggris.
Hull menaklukkan Leicester dengan skor 2-1 via gol Adama Diomande dan Robert Snodgrass, sementara satu gol hiburan Leicester dicetak oleh Riyad Mahrez dari titik putih. Tak berhenti sampai di situ, mereka juga mengalahkan Swansea City di Liberty Stadium, markas yang notabene angker bagi tim-tim lawan yang menyambanginya.
Skuat besutan Francesco Guidolin tak berdaya dan takluk 0-2 dari gol yang dilesakkan Shaun Maloney dan Abel Hernandez. Dari dua laga yang telah dilalui itu terlihat manajer Hull, Mike Phelan, mengajarkan kepada anak-anak asuhnya untuk fleksibel bermain, tergantung lawan yang dihadapinya.
Saat melawan Leicester, Hull yang bertindak sebagai tuan rumah menguasai penguasaan bola sebanyak 51 persen, dan cerdas bermain dengan serangan balik saat unggul 2-1. Sementara di laga kedua menghadapi Swansea yang memainkan penguasaan bola, Hull bermain bertahan dan mengandalkan serangan balik.
Hull hanya memiliki penguasaan bola sebanyak 38 persen, namun melakukan tiga tendangan tepat sasaran ke gawang seperti halnya Swansea. Atas dua kemenangan beruntun itu, Hull meraih enam poin dan saat ini ada di urutan tiga klasemen sementara Liga Primer Inggris.
Kiprah Hull yang belum kalah itu juga diikuti oleh Middlesbrough asuhan Aitor Karanka. Mantan asisten pelatih Jose Mourinho itu memiliki filosofi bermain, yang tidak jauh berbeda Special One. Karanka membentuk pondasi permainan dari pertahanan yang kokoh, baru kemudian menanamkan permainan efektif kepada Alvaro Negredo dan kawan-kawan.
Middlesbrough saat ini telah meraih empat poin, hasil satu kali kemenangan dan imbang. Pada pekan pertama The Boro – julukan Middlesbrough – menahan imbang 1-1 Stoke City di Riverside Stadium. Negredo mencetak gol debutnya, yang mampu dibalas gol tendangan bebas Xherdan Shaqiri di menit 67.
Berlanjut di laga kedua. Pemain berpaspor Uruguay, Christian Stuani, mencetak dua gol dan menambah penderitaan Sunderland besutan David Moyes, yang sebelumnya kalah 1-2 dari Manchester City.
Namun laga tanpa pernah kalah kedua tim itu tidak diikuti Burnley. The Clarets kalah dari Swansea City dengan skor 0-1 di Turf Moor, dari gol semata wayang yang diciptakan Leroy Fer. Namun di laga kedua Burnley meraih kemenangan gemilang melawan tim kuat, Liverpool.
Reds besutan Jurgen Klopp tidak berkutik meladeni determinasi bermain tim besutan Sean Dyche, dan kalah dari dua gol Sam Vokes serta Andre Gray. Liverpool mendominasi permainan, namun Burnley efektif tiap kali menyerang dari serangan balik.
2. La Liga Spanyol
La Liga Spanyol baru memainkan satu laga pembuka. Namun hasil cukup mengejutkan dicatatkan tiga klub promosi, Deportivo Alaves, CD Leganes, dan CA Osasuna. Ketiga klub itu tidak menelan kekalahan dari lawannya masing-masing.
Alaves meraih hasil imbang yang dinilai sebagai sebuah kemenangan, karena meraihnya di Vicente Calderon, markas Atletico Madrid. Gol pun tercipta dramatis, karena Atletico sempat memimpin dari gol Kevin Gameiro di menit 90+3, sebelum akhirnya Manu Garcia merampas tiga poin Los Colchoneros kala mencetak gol di menit 90+5.
Hal itu membuktikan bahwa Alaves tidak gentar meladeni permainan Atletico, yang merupakan kandidat kuat peraih titel La Liga Spanyol bersama Barcelona dan Real Madrid. Kekuatan Alaves ada di kolektivitas bermain, dan mereka memiliki beberapa pemain pinjaman bertalenta, seperti Marcos Llorente, Manu Garcia Alonso, dan Cristian Espinoza.
Hasil imbang juga diraih Osasuna yang degradasi ke Divisi Segunda pada 2014. Klub berjuluk The Reds menahan tuan rumah Malaga dengan skor 1-1. Sempat tertinggal dari gol Juan Anor, eks pemain Arsenal, Fran Merida menyamakan kedudukan di menit 85.
Sama halnya seperti Alaves. Osasuna besutan Enrique Martin tak memiliki pemain bintang dan mengandalkan kolektivitas bermain. Kebanyakan pemain dalam skuat, merupakan muka-muka lama yang sudah saling mengenal permainan satu sama lain.
Sementara hasil lebih baik dicatatkan Leganes ketimbang Osasuna dan Alaves. Klub berjuluk Pepineros langsung tancap gas meraih tiga poin, dengan mengalahkan tim kuda hitam musim lalu, Celta de Vigo. Gol semata wayang Leganes diciptakan oleh Victor Diaz.
Skuad asuhan Asier Garitano mati-matian mempertahankan keunggulan itu, hingga melakukan segala cara untuk menghentikan alur serangan pemain Celta Vigo, yang dimotori oleh Iago Aspas. Hal itu terbukti dengan kartu merah yang diterima gelandang Leganes, David Timor, di menit 90.
Ia turut membantu timnya bertahan dan melakukan pelanggaran keras, hingga langsung diberi kartu merah oleh wasit Jose Munuera. Kiprah Leganes patut diperhitungkan sama halnya seperti Osasuna dan Alaves, karena kekuatan mereka sulit diprediksi, tanpa mengandalkan pemain-pemain bintang.
3. Serie A Italia
Sama seperti La Liga Spanyol, Serie A Italia juga baru memainkan giornata pertama. Berbeda dari Liga Primer Inggris dan La Liga Spanyol, tim-tim promosi Serie A tampil loyo tanpa pernah meraih kemenangan.
Akan tetapi mereka tidak begitu saja mengalah, karena menyuguhkan permainan pantang menyerah dan membuat lawannya masing-masing kewalahan. Dimulai dari Crotone. Tim asuhan Davide Nicola memulai Serie A Italia dengan kekalahan 0-1 dari Bologna di Stadio Renato Dall’Ara, via gol tunggal Mattia Destro.
Namun gol itu baru tercipta di menit 86. Permainan solid Crotone menyulitkan tim asuhan Roberto Donadoni untuk membobol gawang Crotone yang dijaga Alex Cordaz. Crotone juga memiliki pemain yang berpengalaman di Serie A, seperti eks Juventus, Raffaele Palladino, dan Adrian Stoian.
Kekalahan ini bisa jadi terjadi karena Crotone ‘terkejut’ dengan level bermain Serie A Italia. Jika Nicola mampu menemukan solusi, dan membenahi kekurangan Crotone, bisa jadi mereka bangkit di laga berikutnya.
Sementara Cagliari mendapatkan pukulan telak dari Genoa. Seperti tidak siap menghadapi tim besutan Ivan Juric, Cagliari yang unggul terlebih dahulu dari gol Marco Borriello, justru diberondong tiga gol oleh Jules Ntcham, Diego Laxalt, dan Luca Rigoni.
Cagliari seakan lengah dengan keunggulan itu, dan membangkitkan ‘singa tidur’ pada diri pemain Genoa yang mendapatkan dukungan dari suporter yang memadati Comunale Luigi Ferraris. Pelatih Cagliari, Massimo Rastelli, tentu menyadari hasil tersebut dan tidak ingin hasil serupa terulang kembali.
Rossoblu sedianya memiliki amunisi cukup untuk bertahan di Serie A Italia, karena mereka memiliki pemain-pemain berpengalaman seperti Bruno Alves, Mauricio Isla, Simone Padoin, dan Borriello. Hanya, mental bermain mereka harus lebih diasah lagi, untuk tidak berpuas diri ketika berada di posisi unggul.
Berbeda dari hasil minus yang diraih Cagliari dan Crotone. Pescara menunjukkan determinasi bermain mereka melawan tim kuat Serie A, Napoli. Partenopei dipaksa bermain imbang 2-2, bahkan Pescara sempat memimpin dua gol dari gol Ahmed Benali dan Gianluca Caprari, sebelum akhirnya Dries Mertens memborong dua gol di babak kedua.
Hasil ini menandai debut positif Massimo Oddo di Pescara. Eks pemain AC Milan itu sukses memotivasi Ledian Memushaj dan kawan-kawan, untuk tampil heroik dan menyulitkan Napoli besutan Maurizio Sarri. Pescara pun diprediksi jadi batu pengganjal tim-tim besar Serie A Italia musim ini.