x

Kisah Adam Alis 'Si Madun', Penyuka Jengkol yang Rela Tak Kuliah Demi Sepakbola

Minggu, 11 September 2016 13:00 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Galih Prasetyo

Masih ingat dengan sinetron anak-anak berjudul Si Madun? Sinetron tersebut berkisah tentang seorang anak Betawi yang memiliki kemampuan olah bola tinggi dan berkeinginan untuk bisa menembus skuat timnas Merah Putih.  

Dengan kerja keras, Madun akhirnya mampu menembus skuat timnas. Namun, perjuangan Madun demi menuju kesuksesan tidaklah mudah. Dia harus melewati berbagai halangan, mulai keterbatasan ekonomi, hingga ganjalan dari para pesaingnya.

Hal seperti juga dialami oleh Adam Alis. Pemuda berdarah Betawi ini mengaku sempat mengalami kesulitan ketika ingin terjun di dunia sepakbola profesional. Lahir dan besar dari keluarga sederhana membuatnya harus bekerja keras untuk menggapai mimpi menjadi pesepakbola handal. 

Berawal dari turnamen antar kampung, Adam Alis kemudian perlahan naik level hingga akhirnya membela timnas dan sempat berkarier di luar negeri. Saking cintanya dengan sepakbola, ia bahkan rela tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan. 

Berikut INDOSPORT mencoba menyajikan sepenggal kisah Adam Alis yang baru bergabung dengan timnas senior Indonesia: 


1. Berawal dari Kejuaraan Tingkat RT

Adam Alis Setyano, bintang muda timnas Indonesia kelahiran Jakarta, 22 tahun silam.

INDOSPORT: Ceritakan sedikit mengenai awal mula anda tertarik dan berhubungan dengan sepakbola?

Adam Alis: Pertama kali sih tidak ada niatan jadi pemain bola. Seperti biasanya anak kecil saya hanya ikutan main bola saja. Setelahnya ada kejuaraan antar Rukun Tetangga (RT), kemudian sering cetak gol dan mainnya bagus jadi Pak RT bicara sama orangtua saya dan menyarankan untuk masuk ke SSB.

INDOSPORT: Setelah masuk SSB apa yang terjadi selanjutnya?

Adam Alis: Setelah di SSB Persigawa Selatan, ikut latihan, dan akhirnya kira-kira kelas satu SMP pindah ke klub, lebih tepatnya akademi Asiop Apacinti. Dari situ ada seleksi Persija junior U-18 dan saya coba ikut, kemudian terpilih dari beberapa ratus orang.

INDOSPORT: Bagaimana perasaan anda saat itu, yang warga asli Jakarta dan bisa masuk ke klub kebanggaan Ibukota?

Adam Alis: Saat itu saya sempat tidak percaya karena banyak yang ikut dan saya lolos seleksi untuk bermain di Piala Suratin. Saya memang bermimpi masuk ke Persija, sejak kecil idolakan Persija.


2. Merambah Sepakbola Profesional

Aksi Adam Alis saat melawan Persela Lamongan.

INDOSPORT: Setelah masuk ke Persija junior, selanjutnya bagaimana dengan karier profesional Anda?

Adam Alis: Dari Persija saya kemudian pindah ke klub profesional pertama di divisi tiga bersama Persitangsel, Tangerang Selatan, sekitar 2012-an di sana.

INDOSPORT: Selanjutnya?

Adam Alis: Dari sana saya kemudian pidah ke Perserang, Serang di divisi satu dan selanjutnya membela Martapura FC di divisi utama. Waktu itu saya sudah sama agen.

INDOSPORT: Apa saja yang Anda alami selama bermain bersama Martapura FC, setelah selalu menjadi pilihan pertama di skuat utama?

Adam Alis: Di Martapura sekitar setengah musim dapat tawaran dari Pusamania Borneo (saat masih di divisi utama juga) yang waktu itu ditangani coach Iwan Setiawan. Ia minta saya bergabung tetapi tidak bisa karena masih ada kontrak dengan Martapura.


3. Bergabung dengan Klub Idola Hingga Masuk Timnas

Adam Alis

INDOSPORT: Apa yang terjadi selanjutnya setelah batal bergabung dengan Pusamania Borneo yang pada akhirnya juara divisi utama dan berhak main di kasta tertinggi?  

Adam Alis: Setelah selesai di Martapura FC, sekitar 2014 saya akhirnya kembali bergabung dengan Persija Jakarta di tim senior. Waktu itu coach Iwan Setiawan yang berbicara sama Pak Ferry Paulus, mungkin dia cerita mengenai penampilan saya sehingga Pak Ferry langsung telepon saya.

INDOSPORT: Ceritakan sedikit pengalaman Anda di Persija?

Adam Ali : Waktu itu saya disuruh datang ke lapangan tapi tanpa seleksi dan langsung dikontrak 3 tahun. Mungkin Pak Ferry Paulus dan coach Iwan Setiawan sudah berbicara banyak, jadi saya juga langsung terima. Namanya rezeki, kapan lagi main di Indonesia Super League (ISL).

INDOSPORT: Anda juga pernah membela Timnas U23 sewaktu di Persija, apa yang dirasakan?

Adam Alis: Beberapa bulan di Persija kemudian ada panggilan seleksi timnas U-23 di Sidoarjo, dan lolos. Bagi saya itu sebuah perjalanan yang panjang dan tidak diduga sampai secepat ini dengan umur yang cukup masih muda.


4. Hijrah ke Liga Bahrain dan Momen Terbaik

Adam Alis

INDOSPORT: Setelah dari Persija Jakarta, Anda pernah merumput di Liga Bahrain bersama East Riffa. Lantas apa yang membuat Anda kembali berkarier di sini?

Adam Alis: Kalau dari Bahrain itu karena di tim, gelandangnya numpuk. 3 dari 4 pemain asing itu gelandang semua, dan mereka ingin melepas untuk menambal pos lain. Di klub juga ada beberapa pemain Timnas Bahrain yang posisinya gelandang juga, normal saja kalau keluar masuk klub di sepakbola. Tetapi jika ada kesempatan lagi saya ingin main ke luar negeri.

INDOSPORT: Apa ada kendala yang Anda alami selama beberapa waktu di Bahrain?

Adam Alis : Pertama kali saya bingung soal bahasa yang berbeda terus dari makanan juga, tetapi kan banyak orang indonesia jadi bisa menyesuaikan. Apalagi semua kebutuhan juga diurus klub.

INDOSPORT: Apa perbedaan yang Anda rasakan antara Indonesia dan Bahrain dalam hal sepakbola?

Adam Alis : Mereka lebih profesional, pembinaan usia mudanya juga bagus, fasilitasnya juga lengkap dan cara kepelatihannya juga bagus.

INDOSPORT: Selama berkarier di sepakbola, apa momen yang paling berkesan?

Adam Alis: Momen terbaik saya itu waktu di timnas U-23 di debut pertama langsung bikin gol itu juga yang mungkin membuat orang mengenal saya.

INDOSPORT: Lawan paling tangguh?

Adam Alis: Lawan terberat saya pikir pas lawan Korea Selatan, mereka kualitasnya jauh di atas kita. Pokoknya mereka sudah oke lah.


5. Pilih Tak Kuliah Demi Sepakbola

Adam Alis

INDOSPORT: Setelah sukses di sepakbola, bagaimana dengan karier anda di dunia pendidikan?

Adam Alis: Perjuangan saya istilahnya mulai dari nol. Kata kakak saya, mau dari mana lagi kalau bukan dari bola apalagi kan sekolah saya gak benar. Bisa dibilang sedikit berantakan waktu masih sekolah, saya jarang masuk. Sekolah itu sekedar formalitas saja yang penting lulus tapi sampai kelar SMA (seraya tertawa).

INDOSPORT: Tidak ada niatan untuk melanjutkan ke perkuliahan?

Adam Alis: Belum ada niatan buat kuliah, sekarang kalau lihat buku saja sudah pusing, (sambil tertawa). Lebih pilih di bola saja dahulu, hobi yang bisa menghasilkan uang.

INDOSPORT: Punya usaha atau rencana untuk membangun masa depan selain di sepakbola?

Adam Ali : Sekarang kan ada kos-kosan, kalau ada rezeki lebih ingin menjalani bisnis kuliner.

INDOSPORT: Selain sepakbola ada hal lain yang digemari misalnya makanan atau olahraga lain?

Adam Alis: Selain sepakbola kayanya gak suka olahraga lain,  paling main game di handphone. Kalau makanan, saya suka masakan ibu, misalnya jenggol pake sambal tomat gitu. Gak tahu makanan dari mana resepnya pokoknya itu enak banget.


6. Sosok-sosok Terpenting di Karier Sepakbola

Orangtua dari Adam Alis.

INDOSPORT: Seperti apa dukungan dari keluarga hingga bisa seperti sekarang ini?

Adam Alis: Orang tua saya selalu setia mendukung di mana pun saya bermain. Kalau kebetulan bertanding di sekitar Jakarta mereka pasti datang dan mendukung langsung. Mereka juga kadang memberikan penilaian dan masukan.

INDOSPORT: Siapa pelatih yang menurut paling berperan membangun karakter bermain di lapangan?

Adam Alis: Menurut saya coach Aji Santoso waktu di Timnas U-23. Dia bisa memberikan sesuatu yang beda, dari saya yang belum apa-apa tetapi dia terus memberikan kepercayaan kepada saya.

INDOSPORT: Bagaimana dengan sosok Alfred Riedl ketika berkesempatan dipanggil ke seleksi timnas dan menjalani laga lawan Malaysia?

Adam Alis: Coach Alfred Riedl itu benar-benar disiplin. Kalau terlambat sedikit saja mukanya langsung berubah. Makanya sebelum latihan kita sudah di berada lapangan beberapa saat.

INDOSPORT: Siapa pemain yang bisa membuat Anda bermain nyaman dan lepas?

Adam Alis: Kalau rekan di lapangan tengah menurut saya Evan Dimas. Saya bisa bermain nyaman, dan bisa dengan cepat membangun kerja sama dengannya.

INDOSPORT: Pemain dan klub idola, nasional maupun luar negeri?

Adam Alis : Idola saya untuk di Indonesia itu Ahmad Bustomi kalau pemain luar saya suka Luca Modric. Untuk klub di Tanah Air yang pasti Persija Jakarta, karena itu kota kelahiran, kemudian punya basis suporter yang besar. Kalau di luar negeri saya favoritkan Inter Milan, Internisti nih (seraya tertawa).

Persija JakartaAji SantosoAlfred RiedlTimnas SeniorTimnas Indonesia U-23Adam Alis SetyanoWawancara KhususLiga Indonesia

Berita Terkini