Ini Strategi Offside Ala Eks Pelatih Timnas Indonesia
Offside masuk dalam Laws of the Games, Undang-Undang FIFA hukum ke-11. Meski masuk dalam hukum pertandingan, offside bukanlah suatu pelanggaran. Namun bila pemain terkena dalam posisi tersebut, wasit akan menghentikan pertandingan dan memberikan tendangan bebas.
Bagi seorang penyerang, berada dalam posisi offside di tengah situasi berpeluang untuk mencetak gol tentu bukan hal yang menyenangkan.
Seorang pelatih, bisa saja menerapkan strategi offside kala timnnya tengah bertahan untuk menjaga keunggulan yang sudah tercipta. Strategi offside akan membuat striker lawan bisa frustasi.
Namun, penerapan startegi offside jika tidak betul akan sangat rentan bagi tim tersebut. Sebab, bila penyerang lawan lolos dalam jebakan offside yang coba diterapkan, bukan tidak mungkin itu menjadi petaka bagi satu tim.
Dalam sepakbola modern sendiri, penerapan jebakan offside sudah jarang diterapkan. Sebab dinilai sudah ketinggalan zaman.
Seperti diutarakan oleh mantan pelatih Timnas Indonesia U-19, Fakhri Husaini. Baginya, jebakan offside sudah ditinggalkan dalam sepakbola modern.
"Artinya begini, dalam sepakbola saat ini istilah jebakan offside sudah tidak ada lagi. Dimana dulu ada striker lawan dan pemain belakang kita dengan sengaja maju meninggalkan ia sendiri. Kini formasi itu sudah lama ditinggalkan," ucap Fakhri kepada INDOSPORT.
Namun, meski pola tersebut sudah lama ditinggalkan akan tetapi sejumlah tim masih menggunakan 'pola kuno' ini untuk membuat tim lain kesulitan menembus pertahanan mereka.
Kepada INDOSPORT mantan pemain Timnas Indonesia ini menjabarkan cara terkini untuk pemain belakang terapkan startegi offside.
Berikut pemaparan Fakhri Husaini kepada INDOSPORT untuk membuat jebakan offside di sepakbola modern.
1. Gunakan garis pertahanan tinggi
Dalam sepakbola modern saat ini, pemain belakang justru bukan menunggu pemain lawan masuk ke dalam pertahanan mereka. Namun justru bagi Fakhri, pemain belakang harus sejauh mungkin memancing striker lawan untuk meninggalkan area pertahanan.
Dengan arti lain, para pemain belakang menerapkan garis pertahanan tinggi. Bagi Fakhri semakin tinggi pemain belakang menerapkan pengawalan, akan semakin lebar space pemain lawan akan masuk dalam posisi offside.
"Kita bermain tinggi, pemain belakang kita rapat dengan striker lawan. Dulu mungkin jarak antara pemain belakang kita dengan striker lawan sangat jauh. Tapi kini pemain belakang kita rapat dengan striker lawan."
"Itu akan ada jarak yang cukup antar garis belakang kita yang lebar. Dan bila space semakin lebar akan memancing pemain lawan masuk dan akan mudah membuat offside," jelas Fakhri kepada INDOSPORT.
2. Pemain harus cerdas
Menerapkan pola pertahanan tinggi bagi Fakhri bukan tanpa resiko. Bagi Fakhri, pemain belakang harus cerdas melihat pergerakan lawan.
Pemain belakang harus cermat melihat pergerakan bola dan pergerakan tanpa bola lawan. Hal ini akan menentukan striker lawan tetap terkawal dan dapat masuk kedalam jebakan posisi offside bila kita ingikan.
"Pemain belakang harus cerdas melihat pergerakan lawan, artinya pemain belakang matanya harus lihat bola dan lawan. Ia haru jeli meilhat melihat pemain, baik yang berada di belakang kita juga harus jeli."
"Selain itu pemain belakang harus aware juga dengan lokasi sekitar. Dia harus tahu situasi semua ketika bertahan, tak tertinggal," kata Fakhri.
3. Komunikasi sesama rekan
Dari itu semua, Fakhri menggarisbawahi yang paling penting ialah faktor komunikasi. Dalam sepakbola saat ini, sesama pemain belakang harus paham akan kemauan dan taktik yang akan diterapkan.
"Tentu komunikasi hal utama. Kapan kita maju bersama dan mengawal pergerakan lawan kita. Sebab striker lawan juga pasti cerdas juga mencoba keluar dari pertahanan kita. Di sinilah komunikasi sangat penting sesama rekan pemain bertahan. Kapan saatnya maju berasama dan melihat pergerakan striker lawan yang tanpa bola," tutup mantan penggawa Timnas era 90-an ini.
Sekedar informasi, pada 2013 lalu, IFAB atau International Football Association Board yang bertugas dalam membuat aturan dalam pertandingan sepak bola yang berisikan para delegasi dari FIFA, sebagai induk tertinggi sepak bola di dunia, kini tengah merumuskan aturan baru mengenai offside. Hal ini dilakukan untuk menghindari ketidakpastian dari wasit, pemain dan penggemar pada pertandingan sepak bola.
Liga Primer Inggris sendiri pada musim ini, juga membuat peraturan baru mengenai ketentuan offside. Peraturan lama menyebutkan bahwa pemain lawan bisa berdiri bebas di area paling dekat dengan penjaga gawang saat menyerang, asal tidak ada pergerakan aktif dan mempengaruhi alur permainan maka posisinya di anggap tidak offside.
Namun, itu tidak akan berlaku lagi untuk musim depan. Football Association (FA) sudah membuat peraturan baru yang sederhana. Pemain sudah dapat dikatakan dalam posisi offside apabila berada dekat dengan bola dan memberikan sentuhan atau mengecoh dalam pergerakan bola maka itu bisa dikatakan offside.