x

Pengembangan Kompetisi Antar Sekolah untuk Terwujudnya Mimpi Timnas Meraih Prestasi

Senin, 3 Oktober 2016 14:57 WIB
Penulis: Zainal Hasan | Editor: Tengku Sufiyanto

Skuat timnas tidak harus dibentuk dengan materi pemain yang berasal dari klub-klub besar. Para pemain yang nantinya diproyeksikan masuk ke dalam skuat timnas dapat lahir dari beberapa babak-bakat muda yang berlaga di kompetisi usia dini. 

Contohnya adalah kompetisi antar sekolah yang sudah diterapkan Jepang. Perkembangan sepakbola Negeri Sakura begitu maju. Mereka mampu membentuk skuat timnas hingga dapat menembus panggung Piala Dunia.


Liga Pendidikan Indonesia, salah satu kompetisi antar sekolah di Indonesia, yang dinilai belum berjalan secara menyeluruh menyentuh sekolah di pelosok-pelosok negeri.

Sekolah-sekolah tersebut menerapkan aturan ketat seperti menjaga pola makan, pola pergaulan, sampai penyeragaman model gaya rambut. Sehingga, pola pembentukan pesepakbola sudah terjadi sejak usia dini.

Hal ini justru masih berbanding terbalik di Indonesia. Sepakbola Tanah Air masih hanya mengandalkan Sekolah Sepakbola (SSB) sebagai sumber pencetak pesepakbola profesional. Belum banyak kompetisi antar sekolah yang berjalan dengan baik.

Untuk itu, INDOSPORT mencoba menggali soal kompetisi usia dini yang ada di Indonesia. Berikut penelusurannya:


1. Mimpi Besar Pemerintah

Aksi kompetisi Liga Pendidikan Indonesia

Perhelatan roda kompetisi antar sekolah ternyata sudah terpikirkan oleh pemerintah. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang merupakan wakil pemerintah dalam hal ini sudah memiliki obsesi akan kegiatan tersebut.

Hal ini seperti diutarakan oleh Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora, Dr. Raden Isnanta M.Pd. Bagi Isnanta, saat ini Kemenpora baru saja menjalankan program tersebut.

"Kompeisi antar usia sekolah itu memang menjadi obsesi atau impian Kemenpora. Tapi kita sudah mulai dan baru dimulai dengan cabang olahraga sepakbola," ujar Isnanta kepada INDOSPORT.

"Kompetisi usia sekolah berjenjang dengan kelompok usia tertentu dimulai dari usia U-10, U-14, U-17, higga usia mahasiswa yakni U-20," lanjutnya.

Isnanta juga menjabarkan, meski baru dimulai dari sepakbola, ia menilai pemerintah nantinya juga konsentrasi dengan cabang olahraga lain. Ia ingin cabang lain juga dapat mencetak atlet dari kompetisi sekolah.

"Ke depan kita ingin tambah cabang-cabang lain. Seperti tenis meja, beladiri, dan lainnya."


2. Kompetisi Level Desa Hingga Asia

Aksi salah satu pemain (kiri) SMK III Gorontalo saat hendak menjuarai Liga Pendidikan Indonesia.

Isnanta menyatakan bahwa kompetisi antar sekolah diyakini memiliki jenjang level yang cukup jelas. Bahkan, kompetisi akan dilaksanakan dari level tingkat desa hingga nantinya Asia.

"Kompetisi ini akan digelar setiap tahun. Nanti juga akan ada tingkatannya, seperti lokal ke nasinonal dan nasional akan kita seleksi untuk ke level asia." ungkap Isnanta.

"Dalam artian begini, mereka mewakili sekolah berkompetisi dimulai dari desa, kabupaten/kota, lalu masuk seri tertinggi di seri nasional. Nanti dari level nasional akan kita seleksi yang dapat mengikuti kompetisi level Asia."


3. Bekerjasama dengan Lintas Kementerian

Aksi salah satu pemain SMK III Gorontalo (kanan) saat hendak menjuarai Liga Pendidikan Indonesia.

Isnanta juga menjabarkan bahwa demi kompetisi antar sekolah ini dapat berjalan baik, Kemenpora akan mengandeng pihak luar untuk saling bekerjasama. Seperti untuk permasalahan dana, pemerintah bekerjasama dengan sponsor.

Tak hanya dengan sponsor, demi menjaga profesional kompetisi ini, Isnanta mengaku ada kerjasama dengan Kementerian lain yang terkait.

"Soal dana, kita akan gaet sponsor dan kerjasama dengan kementerian terkait. Seperti misal sepakbola antar desa, kita kerjasama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi," katanya.

"Sebetulnya kita juga bekerjasama dengan Kemendikbud akan ada LPI atau Liga Pelajar Indonesia, dengan Kementerian Agama kita ada Liga Santri. Itu semua berbasis sekolah jadi kita yang rintis," lanjutnya.


4. Langkah Membentuk Atlet Profesional

Salah satu pemain muda berbakat Timnas Indonesia, Evan Dimas Darmono.

Isnanta menjelaskan bahwa seluruh program ini memiliki muara untuk mengangkat sepakbola Indonesia. Dia menilai nantinya akan didapatkan pesepakbola atau atlet berprestasi bagi Indonesia

"Kita pemerintah sadar anak-anak itu harus dilepas, karena mereka harus berkompetisi di profesional. Bila mereka sudah dalam level itu, federasi, atau PSSI bisa mengamati. Artinya bila negara butuh tinggal diambil," ungkapnya.

"Ini memang baru dirintis tahun kemarin. Jadi kita baru akan menikmatinya delapan tahun ke depan," tutup Isnanta.


5. Saran INDOSPORT

Timnas Indonesia.

Berkaca dari penjabaran di atas, tentu sangat tercemin kemajuan sepakbola atau olahraga Indonesia akan mendapat kesuksesan. Namun satu dilema yang sering dapat terjadi di Indonesia, dimana program ini semoga tidak hanya mengembang di awal, akan tetapi terus berjalan.

Tak hanya itu, dalam program ini dapat diharapkan kegigihan kuat pemerintah demi menghasilkan individu atau atlet yag berprestasi. Seperti halnya yang terjadi di Jepang.

Lalu demi menjaga kelanjutan akan program ini, alangkah eloknya dapat dimasukkan ke dalam UU (Undang-Undang) atau semacam peraturan mengikat. Sehingga akan menjadi hal wajib bagi sekolah-sekolah untuk mengikuti kompetisi ini.

Sebuah kompetisi antar sekolah yang tersebar ke pelosok negeri, dapat mewujudkan mimpi Timnas Indonesia meraih prestasi nantinya.

Timnas IndonesiaLiga Santri NusantaraCritic SportLiga IndonesiaLiga Pendidikan IndonesiaRaden Isnanta

Berita Terkini