x

Peran Indonesia dalam Kemajuan Sepakbola Dunia

Rabu, 12 Oktober 2016 18:46 WIB
Editor: Tengku Sufiyanto

Bicara kualitas, sepakbola Indonesia saat ini memang jauh tertinggal dari beberapa negara Asia. Jepang, Korea Selatan, Qatar, Arab Saudi, Irak, dan Iran adalah sebagian contoh negara Asia yang mempunyai kultur dan sistem sepakbola lebih modern ketimbang Indonesia.

Jangankan level Asia, perkembangan sepakbola Indonesia bisa dibilang jauh tertinggal dari beberapa negara Asia Tenggara. Contohnya, Thailand dan Malaysia yang sudah memiliki kemajuan.

Thailand dan Malaysia sudah menjalankan rencana untuk membangun sepakbola modern. Tak ayal, keduanya memiliki target untuk masuk ke putaran final Piala Dunia 2026.

Salah satu Calon Ketua Umum (Ketum) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2016-2021, yang juga mantan legenda Timnas Garuda, Kurniawan Dwi Yulianto, membenarkan bahwa sepakbola Indonesia jauh tertinggal dari Thailand dan Malaysia.

"Thailand dan Malaysia sudah mempunyai progam pembinaan usia dini untuk proyek masuk putaran final Piala Dunia 2026. Indonesia harus seperti itu, bahkan bisa melewati rencana mereka (masuk Piala Dunia 2022)," ungkap Kurniawan kepada INDOSPORT.


Calon Ketua Umum (Ketum) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2016-2021, yang juga mantan legenda Timnas Garuda, Kurniawan Dwi Yulianto.

Tak hanya itu, peringkat Indonesia dalam ranking FIFA juga berada di posisi terbawah. Indonesia hanya menempati posisi ke-181 dari 209 negara, per update terbaru tanggal 15 September 2016.

Indonesia menjadi negara urutan kedelapan Asia Tenggara yang berada di rangking FIFA. Indonesia hanya unggul dari Brunei Darussalam yang menempati posisi ke-197, dan Timor Leste ke-183.

Bicara soal prestasi, Indonesia juga tertinggal. Indonesia hanya bisa menempati posisi runner up sebanyak empat kali (2000, 2002, 2004, dan 2010) di kejuaraan sepakbola Asia tenggara, Piala AFF.

Sementara itu, Jepang sudah menjadi juara Piala Asia sebanyak tiga kali (2000, 2004, dan 2011). Lalu Korea Selatan sudah dua kali merajai Piala Asia (1956 dan 1960). 

Di sisi lain, Thailand sudah empat kali meraih titel juara Piala AFF (1996, 2000, 2002, dan 2014). Malaysia pun pernah meraih gelar juara Piala AFF pada tahun 2010.


Timnas Indonesia saat menghadapi Vietnam dalam laga uji coba di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Minggu (09/10/16) lalu.

Meski begitu, sejarah mencatat bahwa Indonesia memiliki peran dalam kemajuan dunia sepakbola negara-negara yang peringkatnya jauh lebih baik. Jepang pernah belajar dari sepakbola Indonesia dalam memajukan dunia bal-balan mereka.

Indonesia juga berperan dalam sejumlah turnamen paling elit dunia macam Piala Dunia dan Euro. Bahkan, ada andil Indonesia dalam kemajuan klub-klub Eropa.

Berikut INDOSPORT ungkap beberapa bukti peran Indonesia dalam kemajuan sepakbola dunia:


1. Indonesia Barometer Kompetisi di Jepang

Salah satu klub Galatama, Niac Mitra Surabaya.

Indonesia sudah memiliki kompetisi sejak 1931 bernama Perserikatan. Awalnya hanya ada tujuh klub yang menjadi peserta dan notabennya adalah klub-klub pendiri PSSI, Voetbalbond Indonesische Jacatra (Persija Jakarta), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Persib Bandung), Persatuan Sepakraga Mataram (PSIM Yogyakarta), Vortenlandsche Voetbal Bond (Persis Solo), Madioensche Voetbal Bond (PSM Madiun), Indonesische Voetbal Bond Magelang (PPSM Magelang), dan Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Persebaya Surabaya).

Lambat laun, klub-klub peserta Perserikatan terus bertambah seiring zaman. Perserikatan berjalan dengan baik sampai akhirnya ada kompetisi penanding.

Pada tahun 1979, PSSI pimpinan Ali Sadikin mendirikan kompetisi semi profesional bernama Galatama. Kompetisi Galatama diproyeksikan sebagai cikal bakal kompetisi profesional Indonesia ke depannya.

Walau ada Galatama, Perserikatan tetap bergulir. Kedua kompetisi bisa dijalankan secara beriringan, mengingat keduanya tidak memiliki jadwal yang bentrok.

Namun, perbedaan yang mencolok jelas berada dalam sistem pendanaan. Klub-klub Perserikatan masih disokong Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD). Sementara Galatama beranggotakan klub-klub baru yang pendanaannya ditopang oleh perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta pengusaha maniak sepakbola.

Selain itu, Galatama lebih diminati masyarakat sepakbola Indonesia ketimbang Perserikatan, baik itu pemain, pelatih, pemilik klub, maupun penonton. Galatama dihuni oleh pemain-pemain terbaik Indonesia seperti Hadi Ismanto, Zulkarnain Lubis, Ricky Yakobi, Bambang Nurdiansyah, dan masih banyak lagi.

Galatama juga menjadi kompetisi pertama di Indonesia yang memperkenankan penggunaan pemain asing. Langkah tersebut diambil oleh pengelola liga agar kompetisi semakin kompetitif dan mampu menarik minat masyarakat untuk menyaksikan langsung pertandingan-pertandingan di stadion. Contoh pemain asing yang bermain di Galatama adalah legenda hidup Singapura, Fandi Ahmad.

Fandi Ahmad lebih memilih untuk bergabung dengan Niac (New International Amusement Centre) Mitra yang bermarkas di Surabaya. Lalu ada pemain profesional Korea Selatan,  David Lee, yang berposisi sebagai penjaga gawang Niac Mitra.


Niac Mitra kala beruji coba dengan Arsenal.

Ketika digulirkan pada tahun perdana, Galatama baru diikuti oleh delapan klub. Dalam perjalanannya, klub yang mengikuti Galatama terus bertambah. 

Hal tersebut memungkinkan Galatama diselenggarakan dengan pembagian dua divisi, yakni Divisi Utama dan Divisi Satu. Namun, kompetisi Galatama dengan dua divisi hanya berlangsung pada tahun 1983 dan 1990.

Sayang, pada akhirnya kompetisi Galatama berakhir. Galatama dilebur menjadi satu dengan Perserikatan dengan nama Liga Indonesia pada tahun 1994.

Meski begitu, sistem Galatama ternyata menjadi percontohan kompetisi Jepang. Jepang mendirikan J-League dengan sistem profesional dari Galatama.


Juara J-League tahun 2012, Sanfrecce Hiroshima.

Dikutip dari Jakarta Post, banyak dari data dan cerita bahwa ada delegasi Jepang yang secara langsung datang ke Indonesia belajar sistem kompetisi Galatama. Mereka berniat membuat kompetisi profesional.

Maklum saja, ketika itu, Jepang hanya memiliki kompetisi amatir. Klub-klub Negeri Sakura hanya berasal dari perusahaan ternama, macam Yamaha, Nissan, dan Yanmar. Para pemainnya merupakan pegawai perusahaan tersebut.

Liga profesional Jepang pun akhirnya digulirkan pertama kali pada tahun 1996. Ketika itu, Galatama sudah tak lagi ada. Produk awal J-League adalah Hidetoshi Nakata, yang bermain untuk Bellmare Hiratsuka, yang lantas menjelma sebagai The Asian Player of The Year pada tahun 1997.


2. Bola Resmi Piala Dunia dan Euro adalah Buatan Majalengka

Jabulani, bola resmi Piala Dunia Afrika Selatan 2010.

Piala Dunia merupakan turnamen sepakbola paling elit. Piala Dunia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1930 di Uruguay. Uruguay pun keluar sebagai juara perdana Piala Dunia.

Dalam perkembangannya, Brasil menjadi negara paling banyak yang meraih titel juara dunia, yakni lima kali (1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002). Italia (1934, 1938, 1982, dan 2006) dan Jerman (1954, 1974, 1990, dan 2014) berada di posisi kedua dengan empat gelar.


Bola resmi Piala Dunia 2006 Jerman, Teamgeist.

Namun, ada fakta menarik di balik penyelenggaraan Piala Dunia. Indonesia ikut andil dalam kemajuan pelaksanaan Piala Dunia. Bola resmi Piala Dunia dari tahun 1998 hingga 2014 merupakan buatan Indonesia.

Nama-nama bola resmi Piala Dunia buatan Indonesia adalah Tricolore untuk Piala Dunia 1998 Prancis, Fevernova di Piala Dunia Jepang-Korea Selatan 2002, Teamgeist di Piala Dunia Jerman 2006, Jabulani di Piala Dunia Afrika Selatan 2010, dan Brazuca di Piala Dunia Brasil 2014. Semuanya adalah bola resmi Piala Dunia berlabel apparel ternama Jerman, dan dibuat di Majalengka, Jawa Barat.


Bola resmi Piala Dunia 1998 Prancis, Tricolore.

Perusahaan yang memasok bola resmi Piala Dunia asal Majalengka adalah Sinjaraga Santika Sport.

“Kami pernah memproduksi untuk Piala Dunia 1998 di Prancis. Harganya ketika itu 8 dolar Amerika Serikat atau setara Rp104 ribu per buah,” kata Irwan Suryanto, pemilik Sinjaraga Santika Sport, dikutip dari Detik.com.


Bola resmi Piala Dunia 2002 di Jepang-Korea Selatan,Fevernova.

Irwan mengatakan, bola produksi perusahaannya sudah mendapatkan lisensi FIFA. Artinya, bola ini memiliki standar baku yang ditetapkan.

Sebagai diketahui, FIFA menetapkan tujuh tes untuk mengetahui kelayakan bola resmi. Pertama adalah circumference, yaitu menguji kesempurnaan lingkaran bola. Kedua adalah sphericity, untuk menguji stabilitas bola di udara.

Ketiga adalah rebound, menguji pantulan bola. Keempat adalah water absorption, menguji tingkat ketahanan bola terhadap air. Kelima adalah weight, menguji berat bola. Keenam adalah loss of pressure, menguji apakah bola kehilangan udara selama permainan atau tidak. Ketujuh adalah shape and size retention, menguji apakah berat dan ukuran bola berubah atau tidak selama permainan.


Struktur bola resmi Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Jabulani.

"Hanya kualitas kami satu-satunya di Indonesia yang punya standar FIFA. Kalau bola sudah punya standard approve atau inspect itu sudah bisa dipakai. Jadi pemain tidak boleh menolak," kata Irwan, yang juga Ketua Umum Asosiasi Industri Olahraga Nasional Indonesia (Asioni).

Tak hanya itu, Sinjaraga Santika Sport juga memproduksi bola resmi Euro. Euro merupakan turnamen empat tahunan paling bergengsi negara-negara Eropa. Mereka sudah ikut andil dalam pelaksanaan Euro 2000, 2004, 2008, dan 2012.


3. Jersey Klub dan Timnas Negara-negara Maju Buatan Indonesia

Para pemain timnas Inggris memperkenalkan jersey yang akan dikenakannya di Euro 2016.

Tak hanya bola, Indonesia juga ikut andil dalam perkembangan jersey timnas dan beberapa klub negara-negara maju. Contohnya, Manchester United (Inggris), Paris Saint-Germain (Prancis), Barcelona (Spanyol), dan timnas Inggris di Euro 2016.


Lokasi pembuatan jersey timnas Inggris di Euro 2016, PT Tuntex Garment Indonesia.

Jersey yang dikenakan pemain-pemain tim tersebut merupakan buatan Indonesia. The Sun melansir,  jersey-jersey tim tersebut buatan pabrik yang terletak di Jakarta, tepatnya dibuat oleh PT Grand Best Indonesia lewat anak perusahaannya, PT Tuntex Garment Indonesia.


Warga sekitar PT Tuntex Garment Indonesia memperlihatkan jersey timnas Inggris untuk Euro 2016.

Jersey buatan Indonesia memiliki bahan yang bisa membuat pemain merasa nyaman, meski berkeringat deras saat bermain. Jersey tersebut juga memiliki bobot yang sangat enteng, sehingga para pemain tidak merasa terbebani dalam berlari.


Bukti bahwa jersey Manchester United buatan Indonesia.

Manchester UnitedJepangInggrisBarcelonaPiala DuniaIndonesiaPSGJ-LeagueEuroLiga GalatamaLiga Indonesia

Berita Terkini