x

Melihat Lebih Dekat Aturan FIFA dalam Kacamata 'Transfer' Tristan Alif

Kamis, 13 Oktober 2016 01:19 WIB
Editor: Randy Prasatya

Saat ini di Indonesia tengah muncul pemberitaan terkait Tristan Alif yang dikontrak oleh klub asal Spanyol, Leganes.

Namun, kabar tersebut ternyata sudah dibantah oleh jurnalis asal Spanyol, Javier Martin. Ia memberitakan di media yang bernama AS, bahwa Leganes tak pernah mengontrak Alif.

Pemain muda asal Indoensia itu hanya mengunjungi Butarque, markas Leganes. AS mengindikasikan bahwa klub tersebut tidak berminat mengontrak Alif, terutamanya setelah terbentur peraturan FIFA mengenai transfer pemain di bawah umur yang ditentukan.

Alasan Martin pun tentu sangat masuk akal. Sebab, FIFA memang sudah mengatur dengan baik aktivitas transfer anak di bawah usia 18. Hal itu pun bukan perkara remeh. Dan Alif memang bukan pemain Leganes lantaran tidak memenuhi syarat transfer anak di bawah umur yang sudah ditentukan.

Jika mengacu pada regulasi FIFA terkait status dan transfer pemain, aktivitas transfer internasional bisa terjadi jika pemain sudah berusia 18 tahun atau lebih. Namun, hal itu boleh terjadi di bawah usia 18 tahun jika mengacu pada artikel 19 butir ke-2.

Pada poin A, FIFA menjelaskan bahwa, transfer internasional bisa dilakukan jika orang tua pindah ke negara tempat klub yang dituju dengan alasan yang tidak terkait sepakbola, contoh; punya pekerjaan di perusahaan setempat.

Pada poin B, FIFA memperbolehkan transfer internasional berjalan jika masih dalam wilayah Uni Eropa (EU) atau wilayah Ekonomi Eropa (EEA) dan pemain berusia antara 16 dan 18.

Dari poin B itu pun klub harus menjalani kewajiban tambahan yang diberlakukan FIFA, seperti klub diharuskan memberi pendidikan sepakbola yang memadai dan pelatihan sesuai dengan standar tertinggi.

Selanjutnya, klub wajib menjamin pemain untuk mendapatkan pendidikan akademisi atau sekolah dan pendidikan kejuruan selain sepakbola. Hal itu agar memungkinkan pemain mengejar karier selain sepakbola jika sudah tak aktif sebagai pemain profesional.

Klub juga akan membuat aturan yang diperlukan untuk memastikan bahwa pemain mendapatkan yang terbaik, seperti standar hidup yang optimal bersama keluarga atau mendapat tempat tinggal di klub, serta mentor di klub.

Langkah terakhir pun pemain harus mendapat registrasi dari asosiasi terkait dengan bukti bahwa sang pemain memenuhi kewajibannya.

Aturan itu terbilang sangat ketat, bahkan klub bisa dijatuhkan hukuman jika pemain di bawah umur tidak mendapatkan haknya terkait transfer. Bahkan, artikel 19 butir ke-4 mengatakan bahwa asosiasi negara juga bisa dijatuhi sanksi jika lalai terkait transfer internasional.

Lantas apa tujuan FIFA membuat aturan yang sangat rumit tersebut hingga menyulitkan Alif untuk direkrut klub luar negeri? Berikut penjelasan mendalam dari INDOSPORT.


1. Apa yang Dilakukan FIFA untuk Melindungi Transfer di Bawah Umur?

Pekerja anak di industri bola kaki.

FIFA bekerja keras untuk melindungi hak-hak pemain muda sampai 18, baik laki-laki atau perempuan, amatir atau profesional. Hal ini dilakukan dengan menegakkan aturan larangan transfer internasional anak di bawah umur, atau pendaftaran pertama di bawah umur selain negara mereka sendiri, kecuali dalam keadaan tertentu dan dapat diverifikasi.

Transfer internasional di bawah umur tidak dapat terjadi kecuali salah satu pengecualian yang dijelaskan dalam artikel 19 butir 2 yang sudah dijelaskan dalam intro tulisan ini.

Selain itu, pada artikel 22 dan 23, aktivias transfer di bawah umur bisa terlaksana bagi pemain pengungsi atau mungkin pertukaran pelajar pada kesempatan yang terbatas, dan diberi wewenang untuk mentransfer berdasarkan hukum internasional.

Untuk hal itu Sub-komite FIFA yang mengurusi status pemain dibebankan dengan meninjau aplikasi untuk kasus di atas, dengan mempertimbangkan keadaan khusus dari masing-masing individu, dan juga mengenali peluang untuk integritas atau pembauran bahwa sepakbola tentu memberikan penawaran.


2. Mengapa FIFA Menerapkan Aturan Ini?

Pemain muda rentan terhadap potensi eksploitasi dan pelecehan ketika mereka berada di luar negeri tanpa kontrol negara yang tepat. Sementara transfer internasional berusaha memberikan perlindungan agar menguntungkan untuk karier olahraga pemain muda.

Untuk itu FIFA melindungi secara tepat dan stabil dalam pengembangan pemain muda secara keseluruhan, dan mengedepankan kepentingan yang murni demi olahraga.

Aturan transfer internasional di bawah umur juga dibuat dengan berkaca pada masa lalu, yaitu perdagangan pemain muda ke klub, terutama di Eropa, oleh orang yang tidak bermoral hingga menyebabkan beberapa anak di bawah umur bakatnya tidak memenuhi harapan klub masing-masing, yang akhirnya hampir ditinggalkan di jalan-jalan luar negeri.

Dalam kasus ini, pemain di bawah umur sering tidak tahu bahasa atau budaya di tempatnya berada dan tidak memiliki sarana untuk kembali ke negara asal mereka. Namun, FIFA juga menegaskan bahwa transfer internasional ini tidak melulu bicara kualitas, melainkan bagaimana metode yang diberikan klub pada anak di bawah umur.

Kepedulian FIFA atas hal ini tentu terbilang sangat keras, bahkan mereka sudah menghukum Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid yang membandel dengan aturan transfer internasional di bawah umur.

Namun, hanya dengan cara ini sepakbola bisa menutup ruang bagi orang tak bermoral dalam meraup untung, dan aturan ini tentu harus ditegakkan secara konsisten dan ketat guna menghentikan kesalahan masa lalu. Bahkan, aturan ini bisa menjamin dan beri keamanan bagi pemain di bawah umur.


3. Aturan Ini Membantu Negara?

Untuk menangkap atau menghukum pelaku perdagangan anak tentu bukan ranah FIFA. FIFA hanya mengantisipasi masuknya kejahatan dalam lingkup sepakbola terorganisir.

Isu yang terkait dengan “perdagangan anak” justru jatuh dalam otoritas internasional, yakni polisi, kehakiman, dan pemerintah. Hal-hal tersebut berada di luar yuridiksi FIFA meskipun federasi sepakbola internasional tersebut dipastikan menyambut baik usaha serius otoritas internasional tentang perlindungan anak di bawah umur.

Sementara itu FIFA berkomitmen untuk memberikan kontribusi terhadap isu perdagangan anak dalam lingkup sepakbola.

Atas rincian hal tersebut, bukan perkara yang menyebalkan jika wartawan AS mengungkap fakta-fakta terkait kebenaran status Alif di Leganes. Sebab, aturan tidak bisa ditawar dan dimainkan oleh ayah sang anak, seperti yang biasa terjadi di Indonesia.

FIFATristan AlifIn Depth SportsLeganes

Berita Terkini