Cita-Cita Kurniawan Dwi Yulianto Dobrak PSSI di Hari Pahlawan
Di dekade 90-an, nama Kurniawan menjelma sebagai salah satu penyerang tersubur bagi Timnas Indonesia. Ia juga telah malang melintang membela berbagai klub papan atas Tanah Air serta mencicipi atmosfer merumput di Negara Eropa, seperti Italia dan Swiss.
Pasca pensiun, mantan pemain yang akrab disapa 'Si Kurus' tersebut enggan meninggalkan dunia sepakbola yang telah membesarkan namanya. Tak lagi merumput, Kurniawan mengadu nasibnya dengan maju menjadi salah satu calon ketua umum PSSI.
Kurniawan saat masih jadi pemain
Menjadi satu-satunya calon Ketua Umum yang merupakan mantan pemain, pria yang pernah memperkuat Persija Jakarta tersebut mengklaim tahu betul kondisi sepakbola Indonesia saat ini.
Pengalamannya sebagai pemain, membuat Kurniawan bertekad untuk memperbaiki nasib sepakbola Tanah Air sekaligus para pelaku di dalamnya.
Sejatinya, kongres PSSI akan digelar pada 17 Oktober mendatang di Makassar. Namun kisruh penentuan lokasi kongres yang terjadi antara pihak PSSI dan Kemenpora membuat kongres tersebut ditunda. FIFA pun memutuskan Indonesia untuk menggelar kongres pada 10 November mendatang, bertepatan dengan hari Pahlawan Indonesia.
Berbekal niat mulia untuk memperbaiki kondisi sepakbola Indonesia dan kesejahteraan para pemain, Kurniawan tak gentar meski banyak yang memperkirakan dirinya tak akan berhasil meraih kursi PSSI 1. Mampukah Kurniawan membalikkan segala prediksi yang meragukan dirinya tersebut?
Berikut INDOSPORT sajikan wawancara khusus dengan sosok legenda sepakbola Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto. Sepak terjangnya di dunia si kulit bundar hingga keputusannya untuk maju menjadi calon ketua umum PSSI.
1. Ingin Eks Pesepakbola Dobrak PSSI
INDOSPORT: Apa yang membuat Anda memutuskan untuk maju sebagai Calon Ketua Umum PSSI?
Kurniawan: Kegelisahan saya pribadi dan teman-teman sepakbola, karena saat ini sepakbola kita banyak ribut. saya pernah terjun di sepakbola jadi tahu. kita ingin mengeluarkan unek-unek selama ini, tapi hanya bisa di luar karena kita tidak berada dalam lingkungan federasi.
Sebenarnya ini bukan ambisi saya. Siapa pun itu mantan pemain bola yang punya idealisme sama pasti saya dukung. Kebetulan saya dipercaya untuk dicalonkan maju menjadi ketua umum, semoga ke depannya lebih banyak pelaku sepakbola masuk ke federasi.
INDOSPORT: Visi dan misi menjadi ketua PSSI? Program jangka pendek dan panjang kalau terpilih nanti?
Kurniawan : Visi dan misi saya itu membangun sepakbola tanpa rekayasa. Saya tidak mau kita bermimpi terlalu muluk-muluk dulu, selesaikan dulu apa yang ada di depan mata. Kenapa saya bilang sepakbola tanpa rekayasa? Karena dalam sepakbola indonesia semuanya lewat jalan pintas, digampangkan. Seharusnya dilakukan lewat proses benar justru diakal-akali.
Contoh nyata, masalah Sekolah Sepak Bola (SSB) untuk sekelas turnamen festival saja mereka comot pemain sana dan pemain sini bukan pemain binaannya. Padahal fungsi SSB itu kan untuk membina pemain muda. Bahkan kadang ada yang sampai memalsukan umur karena target mereka Cuma satu jadi juara, ini yang arus diperbaiki.
2. Coba Perbaki Benang Kusut Sepakbola Indonesia
INDOSPORT: Bagaimana pembinaan pemain muda Indonesia?
Kurniawan: Untuk akedemi atau diklat itu seharusnya ada di setiap daerah-daerah di Indonesia, saya dengar banyak diklat di daerah yang isinya justru para pemain titipan yang membayar. Padahal saat zaman saya, masuk ke dalam diklat itu sangat sulit, yang diseleksi banyak tapi yang diterima hanya sedikit.
Lalu selanjutnya di pemain berusia 16-17 Indonesia itu harusnya berkembang dan punya liga, tapi justru liganya gak diputar. Memang kalau pembinaan pemain muda atau grasroot ini tidak bisa dijual, tapi seharusya itu terus berjalan.
Lalu di level senior, kita selalu bilang liga kita profesional tapi justru banyak rule yang dilanggar. Contoh pemain asing harus dapat rekomendasi agen resmi kalau ingin bermain di Indonesia, tapi justru para klub merekrut pemain asing asal-asalan.
Ada lagi rekayasa seharusnya tim dengan penampilan terbaik juara kompetsisi ini malah ada pengaturan dimenangkan salah satu tim.
3. Tak ingin ada lagi program seperti Primavera
INDOSPORT: Kenapa tidak setuju dengan program Primavera? Padahal dulu Anda sempat menjalani program tersebut dan merumput di Italia.
Kurniawan: Saya lebih setuju pemain-pemain inonesa berbakat disebar ke berbagai akademi. Sebagai contoh Islandia, mereka punya program 20 tahun, menyebar pemain-pemain muda berbakat ke berbagai akademi di Eropa. Hasilnya? Mereka bisa lolos ke babak 16 besar Euro kemarin.
Dengan berada di akademi luar, mereka secara teknik skill akan meningkat karena mereka berlatih di level yang lebih atas dari di Indonesia, termasuk mindset dan mentality. Karena saya mengalami di Primavera, oke kita belajar di sana tapi hanya sebatas memindahkan latihan di sana. Atmosfer di sana bagaimana, tapi seandainya banyak pemain yang dikirim ke di luar negeri seharusnya mereka bermain di level lebih tinggi.
INDOSPORT: Tanggapan soal Kasus Tristan Alif? (Pemain muda Indonesia yang kabarnya bergabung dengan klub promosi La Liga, Leganes, namun dibantah media Spanyol)
Kurniawan: Seharusnya dalam sepakbola itu jangan ada rekayasa karena saya kasihan dengan Alif. Walau itu disekolahkan atau bagaimana di Spanyol, saya rasa masyarakat kita tidak masalah dengan hal itu. Tapi kalau seperti ini kan kasihan sendiri. Karena dia yang kena imbasnya karena kan kabarnya dia benar-benar sudah bergabung di klub tersebut.
INDOSPORT: Melihat banyak bakat-bakat muda Indonesia yang merumput di luar dan ingin pindah kewarganegaraan?
Kurniawan: Itulah kenapa kita harus bersinergi dengan pemerintah. Para pemain muda yang bermain di luar kan pasti tercatat datanya di kedubes, nah dari situ kita bias buat database pemain-pemain muda berbakat ini.
Tapi jujur, saya juga tidak bis amenyalahkan merek kalau ingin membela timnas Negara tempat tinggal mereka saat ini. Melihat kondisi sepakbola Indonesia yang masih seperti ini.
4. Damaikan kubu PSSI dan Pemerintah
INDOSPORT: Melihat konflik yang PSSI vs Pemerintah yang sempat berujung pembekuan?
Kurniawan: Sangat menyayangkan, seharusnya mereka bersinergi untuk membangun sepakbola, saya tidak mau terjebak dengan pro sana pro sini karena itu sensitif. Pada dasarnya federasi butuh pemerintah tapi rule-nya pemerintah gak boleh intervensi jadi gak ketemu, tapi karena kita orang timur marilah tekan ego masing-masing dan duduk bersama.
INDOSPORT: kalau jadi ketua PSSI bagaimana menjalin hubungan baik dengan Kemenpora?
Kurniawan: Kita kan orang Indonesia, apa yang tidak bisa diselesaikan dengan duduk bersama? Masing-masing punya ego, punya kepentingan, kita harus bersinergi tak cuma dengan pemerintah tapi dengan masyarkat, pemerintah, fans, dan pemilik klub.
Contoh supporter yang intimidasi dengan wasit. Mereka dianggap berat sebelah , saya pernah tahu mereka tidak dibayar tapi mereka takut dengan keselamatan diri mereka. Fanatisme boleh, hanya saja ya kita akan gini-gini saja, kalau kualitas kompetisi bagus insya allah timnas juga bagus.
Contoh seperti di Malaysia, mereka juga punya konflik. Tapi akhirnya mereka punya program yang masing-masing provinsi punya diklat. Filosofi sepakbola malaysia itu goal-nya mereka di 2026-2030 cara bermain timnas mereka di segala usia sudah sama, tujuannya juga.
INDOSPORT: Anda Ingin mengubah sistem SSB kerja sama dengan Kemenpora dan Kemendkbud?
Kurniawan: saya ingin diklat dihidupkan lagi, ada 34 provinsi dan asprov harus memutar kompetisi. Pemain terbaik itu masuk ke diklat, coba bayangkan kalau kita benar-benar bikin liga dari tingkat kabupaten. Di diklat nanti PSSI harus menggaji pelatih yang top level, lisensi A, lalu ada tim talent scouting juga yang diganedeng PSSI.
Bagaimana caranya liga ini tak cuma menjual produk, tapi standard prestasi juga dimasukkan. Kalau selama ini kan operator hanya mereka jual brand.
5. Ingin tularkan pengalaman berharga
INDOSPORT: Bisa ceritakan pengalaman saat dulu merumput di Italia dan Primavera?
Kurniawan: Saat dulu di sampdoria Primavera, kita memang diajarakna betul bagaimana menajadi seorang pesepakbola profesional. Di sana para pemain tahu posisinya, kewajibannya, kapan mereka harus latihan, kapan waktu istirahat, dan mereka benar-benar paham sebagai pesepakbola mereka akan dihargai mahal kalau tampil selalu bagus.
INDOSPORT: Kalau jadi ketua PSSI, bagaimana cara Anda mensejahtrakan kehidupan pesepakbola Indonesia?
Kurniawan: Asosiasi pemain harus buat MOU dengan federasi atau operator, bikin standarisasi kontrak dan mereka bisa lapor ke asosiasi. Asosiasi pelatih juga harus aktif, mereka juga harus punya advokasi dan segala macam.
Yang kedua melihat iklim sepakbola tapi harus ada sistem salary cap. Percuma mereka dibayar di awal kontrak tapi gak digaji lagi. semua pengaturan kontrak harus sama. Yang terjadi saat ini, pemain justru membutuhkan klub. Saya ingin paradigma itu dibalik, saya ingin para pemain itu dididik oleh asisoasi kalau mereka itu punya value. Pemain itu harus kompak dan mengerti kalau mereka punya nilai.
INDOSPORT: Bagaimana Anda bangkit dari ketepurukan dengan masalah di masa lalu?
Kurniawan: Saat itu namanya anak muda, sejak kelas 3 SMP saya sudah tinggal di mes dan bergaul dengan lingkungan sepakbola. Tapi saya merasa perlu untuk meluaskan pergaulan dengan siapapun, namun justru efek-efek negatif terebut terbawa, saat semua orang menghujat ya saya juga tidak bisa apa-apa.
Ibu saya selalu bilang bungkam mereka dengan prestasi, ternyata itu obat saya untuk bangkit, dan terbukti sejak saya bergabung dengan PSM dan kemudian kembali ke Timnas, hujatan-hujatan itu berhenti. Sekarang saya berpikir nakal itu wajar, buat pemain muda boleh nakal tapi pintar.
Tapi sebandel bandelnya saya, saya tidak pernah meninggalkan latihan. Boleh ditanya saya cukup betanggung jawab, tapi itu pembelajaran hidup saya. Bisa memberitahu adik adik saya sekarang kalau hal-hal negatif seperti itu sudah di luar kepala dan gak ada untungnya.
6. Percaya Kongres PSSI bakal fair
INDOSPORT: Untuk kongres PSSI nanti, takut ada kecurangan?
Kurniawan: Kalau untuk itu saya tutup mata karena saya hanya sebatas dengar soal itu, tapi ya ternyata ada. Tapi saya konsisten, maju untuk sepakbola saya tidak ada ingin trik-trik kotor. Pilih syukur, tidak ya juga gak masalah.
INDOSPORT: Dukungan dari Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI)?
Kurniawan: Mereka full support karena nat kami dari awal untuk sepakbola. Mereka juga gak punya suara di PSSI. Kampanye pun gak ada karena saya tidak dalam posisi untuk menjanjikan apa-apa ke voters, media membantu saya untuk menyampaikan visi saya. Karena saya paling takut utang budi.
Ada voters yang komunikasi, mereka bilang saya tidak bisa maju jadi PSSI, tapi mereka bisa bantu saya untuk maju jadi voters. Saya tanya maksud mereka bicara seperti itu apa? Kalau mereka mengingnkan uang atau apa jujur saya tidak punya dan kalau pun punya saya tidak akan menggunakan untuk hal seperti itu.
Apalagi jika saya sudah menjabat nanti lalu mereka yang kasih dukungan ini minta bantuan untuk timnya segala macam, saya tidak mau seperti itu. Anda pilih ya pilih, bukan saya bersifat sok eksklusif tapi sepakbola itu fair play jadi ayolah kongres fair play juga. Saya nothing to lose untuk pemilihan ini.