Jelang HUT 88 Persija: Dukungan Lewat Tembok hingga Penyebaran Virus Oren
Di mana ada ulang tahun, disitu pasti ada perayaan. Itulah yang akan terjadi pada hari ulang tahun Persija nanti. Sebuah perayaan sederhana dari pendukung Persija.
Klub pengoleksi 10 gelar Liga Indonesia, Persija Jakarta akan berulang tahun yang ke-88 besok. Pada perayaan ulang tahun kali ini, tim Macan Kemayoran akan mengagendakan beberapa kegiatan yang akan dimulai pada hari ini, Minggu (27/11/16) sore di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Yang pertama, manajemen Persija akan menggelar turnamen sepakbola untuk usia 17 dan 21 tahun di Lapangan Banteng. Selanjutnya, tim Macan Kemayoran yang kini tengah berada di Solo guna menghadapi Bhayangkara FC dalam lanjutan Torabika Soccer Championship 2016 (TSC), akan mengadakan perayaan sederhana setelah pertandingan selesai.
Kemudian, para pengurus klub-klub internal akan mengadakan acara syukuran pada hari Senin (28/11/16) esok bertepatan dengan hari jadi klub asal ibu kota tersebut. Dan yang terakhir, manajemen Persija beserta perwakilan klub-klub internal akan berziarah ke makam Alm. Kusheri, yang merupakan mantan manajer Persija pada musim 2015 di Kuningan, Jawa Barat.
Sementara itu, pendukung setia Persija Jakarta, The Jakmania juga punya cara tersendiri dalam merayakan hari jadi Persija yang ke-88 ini.
Sebuah perayaan kecil telah dilangsungkan oleh salah satu komunitas suporter Persija yang bernama Jak Street Art atau akrab disebut JSA. Para pecinta Persija ini turut merayakan ultah Macan Kemayoran dengan cara yang kreatif.
Biasanya, para suporter lain merayakan ulang tahun sebuah klub yang dicintainya dengan cara mengadakan konvoi ataupun perayaan kembang api. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk komunitas JSA, yang berasal dari daerah Arco, Parung, Bogor, Jawa Barat.
JSA punya aksi sendiri dalam merayakan ulang tahun ke-88 Macan Kemayoran esok. Mereka sibuk bermain dengan cat, pilox, dan caps. Ketiga benda tersebut dipadukan dengan otak serta tangan-tangan kreatif yang dituangkan di tembok-tembok yang kosong.
Mereka menamakannya dengan grafiti, sebuah tulisan art pada dinding yang memadukan komposisi warna, garis, bentuk, dan volume untuk menuliskan suatu nama yang selalu mereka banggakan, Persija Jakarta.
Tidak hanya grafiti yang melulu soal tulisan Persija, mereka juga turut menggambar tulisan sebagai bentuk dukungan untuk peraih 10 gelar juara Liga Indonesia tersebut. Selain dukungan, JSA pun kerap menyampaikan kritikan terhadap manajemen Persija melalui coretan yang menghiasi tembok-tembok sepanjang jalan di kawasan Arco, tempat tinggal mereka.
Yang terbaru, mereka baru saja menyelesaikan dua gambar grafiti anyar sebagai sambutan untuk merayakan hari lahir Persija esok. Tentu saja, dengan grafiti tersebut, JSA mengharapkan bisa menyalurkan hobi mereka sebagai bentuk dukungan untuk klub yang sangat dicintai, Persija Jakarta.
Untuk itu, INDOSPORT mencoba merangkum niat dan tujuan JSA dalam mendukung Persija Jakarta dengan cara-cara yang kreatif. Berikut sajiannya:
Penulis: Muhammad Adiyaksa
1. Awal Mula JSA
Street art merupakan salah satu kesenian yang memanfaatkan ruang publik sebagai media kreatifitas. Bukan merusak lingkungan atau fasilitas tetapi memanfaatkan ruang kosong yang suram menjadi lebih indah dengan goresan-goresan cat dan kata-kata.
Salah satu jenis street art yang paling popular adalah grafiti. Disebut grafiti karena karya seni yang dituangkan lebih banyak berupa kata atau ungkapan tertentu yang digoreskan di tembok, Wujud dan bentuk kata-kata tersebut kemudian dikembangkan sehingga mempunyai nilai seni.
Di dalam komunitas pecinta Persija, terdapat satu nama komunitas kreatif yang memanfaatkan tembok-tembok kosong sebagai media kreatifitas. Mereka menamakan diri sebagai Jak Street Art.
Jak Street Art atau JSA mulai terbentuk pada 2013 lalu. Jauh sebelum mereka berdiri, tepatnya pada 2007, salah satu perwakilan JSA, Agil, mengungkapkan bahwa mereka telah memulai mencoba mengekspresikan kecintaan terhadap Persija melalui coretan grafiti maupun mural.
Lebih lanjut Agil menjelaskan, awalnya mereka hanya menggunakan cat tanpa pylox maupun caps di setiap gambar yang mereka buat. Tepat enam tahun setelahnya, hobi mereka itu dijadikan sebagai komunitas street art pecinta Persija. Mereka menamakan diri sebagai Jak Street Art.
Bertempat tinggal di kawasan Arco, Parung, Bogor, JSA tumbuh sebagai komunitas art yang cukup terkenal di kalangan suporter Persija. Pada awalnya, mereka hanya beranggotakan empat orang. Tapi lambat laun seiring berjalannya waktu dan semakin terkenalnya gambar-gambar grafiti mereka, hingga saat ini, kata Agil, anggota mereka mencapai 30 sampai 40 orang. Dari jumlah sebanyak itu, sekitar 20 orang yang aktif untuk menyalurkan hobi mereka.
"Dulu di tempat kita, cuma ada empat orang penggemar Persija, termasuk saya. Untuk sekarang sih sudah banyak, dan teman-teman di luar (JSA) pun masih banyak yang ingin gabung," tutur Agil ketika dihubungi INDOSPORT.
2. Grafiti Sebagai Bentuk Dukungan
Grafiti sering kali dipandang sebagai bentuk pencarian identitas anak muda atau untuk sekedar menunjukkan eksistensi mereka.
Grafiti biasanya hadir sebagai eksistensi mereka terhadap tanda zaman yang diwakili oleh tren gaya hidup, dan hal ini lebih kuat tercermin daripada menunjukkan identitas mereka yang sarat ideologi keberbedaan.
Namun pencarian eksistensi tersebut tidak berlaku bagi JSA. Agil menceritakan, bahwa komunitasnya hanya sekedar meluapkan hobi mereka melalui coretan di tembok ketimbang mencari eksistensi belaka.
Grafiti buat JSA, lanjut Agil, merupakan bentuk dukungan dan kecintaan mereka terhadap tim Macan Kemayoran. Tidak hanya dukungan, JSA juga kerap menyampaikan kritikan terhadap manajemen Persija melalui coretan-coretan yang kreatif.
"Kita gambar untuk menujukkan kecintaan dan support kita lewat street art, kadang-kadang juga ada sindiran buat manajemen, sentilan aja, seperti 'Our Culture Is Not For Sale', 'Supporter Not Customer'", ujar Agil.
Sebagai bentuk perayaan terhadap hari jadi Persija, menurut Agil, mereka telah merampungkan dua grafiti yang baru saja selesai digarap. Namun Agil menjelaskan, gambar-gambar grafiti yang dibuat oleh JSA tidak harus menjelang momen-momen penting tertentu saja.
"Gambar (grafiti) seperti ini tidak harus pas ulang tahun Persija saja. Namun karena latar belakang (JSA) komunitas street art, itu merupakan salah satu cara kita merayakan hari jadi persija," ucap Agil.
Menunjukkan kecintaan terhadap Persija lewat cara yang kreatif sudah menjadi kewajiban bagi JSA. Bagi Agil, latar belakang para anggota yang lihai dalam menggambar telah menjadi pionir bagi komunitas suporter klub-klub Indonesia lainnya untuk melakukan hal yang serupa. Apalagi, jika ditotal, menurut Agil, JSA telah membuat sedikitnya 50-an karya grafiti yang kesemuanya bertemakan tentang Persija.
"Sekarang di klub-klub lain mulai bermunculan komunitas yang sama seperti kita. Sudah biasa (suporter) Jakarta menjadi role model-nya suporter di Indonesia," cerita Agil sambil bercanda.
3. Penyebaran Virus Oren
Salah satu tujuan JSA di setiap gambar grafiti yang dibuatnya adalah menyebarkan virus oren di kawasan tempat tinggal mereka. Virus oren dalam artian mengkampanyekan Persija di tengah masyarakat yang awam terhadap sepakbola nasional maupun yang berpaham sepakbola luar negeri.
Selain itu, melalui grafiti, JSA juga mengajak teman-teman di daerah lain untuk melakukan hal-hal kreatif seperti apa yang telah mereka lakukan. Tujuan utamanya adalah penyebaran virus oren di daerah-daerah lain khususnya di ibu kota agar lebih mengenal bahwasanya penggemar Persija juga punya cara yang kreatif dalam mendukung tim kesayangan.
"Tujuannya ingin mengajak teman-teman yang lain untuk melakukan hal yang sama, dan yang paling penting, masyarakat juga tahu bahwa The Jak juga punya cara yang positif dalam mendukung Persija," kata Agil.
Penyebaran virus oren memang gencar dikampanyekan oleh para pendukung Persija. Tidak hanya JSA, terdapat beberapa komunitas yang juga kerap menyampaikan pesan tersebut. Salah satunya adalah Jakarta Art Family alias JAF, yang beberapa waktu yang lalu gencar mengkampanyekan pesan 'Jakarta Harus Lebih Persija', yang artinya mengenalkan lebih jauh Persija kepada masyarakat ibu kota.
Selain itu, pesan tersebut juga menginginkankan agar kota Jakarta identik dengan tim Macan kemayoran. Setiap sudut perbatasan ibu kota, harus dihiasi dengan ucapan selamat datang lewat grafiti-grafiti yang bertemakan Persija oleh anak muda kreatif Jakarta. Dan yang terakhir, klub tersukses di kancah persepakbolaan nasional itu kelak harus menjadi identitas kota Jakarta, yang kini mulai tergerus dan terusir dari kotanya sendiri akibat kurangnya perhatian dari para pemangku jabatan ibu kota.
Seperti mengutip dari mars Persija yang berjudul 'Gue Persija' "Ibunya Persija adalah Jakarta, kotanya para pemenang!" Persija harus menjadi tuan di tanahnya sendiri, di DKI Jakarta.
Selamat Ulang Tahun Persija Jakarta yang ke-88! Saatnya Kembalikan Kejayaan!