Boaz Solossa: Mutiara dari Indonesia Timur Pemimpin Pasukan Garuda
Papua, provinsi paling timur wilayah Indonesia dengan kepadatan penduduk yang mencapai 2,8 juta jiwa. Papua dikenal sebagai wilayah Indonesia yang memiliki eksotika alam nan indah.
Provinsi paling timur wilayah Indonesia itu memiliki hamparan keindahan lautan dan pegunungan bak surga dunia. Tak ayal, Papua banyak dijadikan destinasi wisata para pelancong dalam maupun luar negeri.
Tak hanya eksotika alam, Papua dikenal sebagai salah satu wilayah Indonesia yang penduduknya sangat menggemari olahraga sepakbola. Di Papua, sepakbola menjelma sebagai olahraga yang melingkup budaya layaknya Brasil.
Bagi siapa saja yang berkunjung ke Papua pasti menemui anak-anak yang bermain bola di sudut desa. Anak-anak bermain riang dan gembira.
Tak ayal, Papua dikenal sebagai salah satu daerah yang menghasilkan bibit-bibit pesepakbola hebat Tanah Air. Mereka memiliki cita-cita bisa menjadi pemain bola profesional di masa depan nanti. Bahkan, mereka ingin mengharumkan nama bangsa Indonesia lewat sepakbola.
Kapten Timnas Indonesia saat ini, Boaz Solossa.
Uniknya, setiap anak-anak di sana mayoritas tidak memilih Cristiano Ronaldo ataupun Lionel Messi, jika ditanya ingin menjadi siapa suatu saat nanti kalau berhasil berubah wujud sebagai pesepakbola profesional. Mayoritas mereka hanya menyebut satu nama sosok putra daerah yang menjadi bagian penting di Timnas Indonesia. Sosok tersebut adalah Boaz Theofilius Erwin Solossa.
Boaz Solossa menjelma sebagai sosok panutan anak-anak kecil di Papua yang memiliki mimpi menjadi pesepakbola profesional. Hal tersebut memang bukan tanpa alasan.
Boaz memang menjadi sosok penting di Timnas Indonesia dalam 12 tahun terakhir. Pemain yang akrab disapa Bochi itu menjelma sebagai sosok striker haus gol andalan Timnas Garuda. Bahkan, kini pemain berumur 30 tahun itu menjadi pemimpin pasukan Garuda di Piala AFF 2016.
Sebutan mutiara dari Indonesia timur pemimpin pasukan Timnas Garuda, patut disematkan kepada Boaz. INDOSPORT pun mencoba menelisik lebih dalam soal kiprah Boaz Solossa. Berikut ulasannya:
1. Darah Sepakbola Mengalir di Boaz
Boaz Solossa lahir di Sorong, Papua, pada tanggal 16 Maret 1986. Boaz merupakan anak bungsu dari lima bersaudara.
Darah sepakbola sudah mengalir di dalam dirinya sejak kecil. Maklum, dua saudara kandung Boaz, yakni Nehemia dan Ortizan Solossa merupakan pesepakbola profesional ketika dirinya masih belia.
Boaz membina ilmu sepakbola dari beberapa klub lokal, mulai dari PS Putra Yohan dan Perseru Serui. Karier profesionalnya sebagai pesepakbola lahir ketika membela Tim Sepakbola Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua pada tahun 2002. Saat itu, usianya menginjak 15 tahun.
Kapten Persipura Jayapura, Boaz Solossa.
Boaz bermain gemilang bersama Tim PON Papua pada tahun 2004 di Palembang. Ia membawa Papua meraih medali emas bersama Surabaya. Papua dan Surabaya yang merupakan finalis menjadi juara bersama usai tempat diselenggarakannya pertandingan (Stadion Patrajaya) tidak memiliki lampu penerangan.
Bakat Boaz tercium oleh pelatih Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2004, Peter White. Pelatih asal Inggris ini pun membawa Boaz ke Skuat Garuda Piala AFF 2004 di Vietnam, walaupun umurnya baru menginjak 17 tahun.
2. Kiprah Boaz di Piala AFF 2004 dan Liga Indonesia 2005
Keputusan Peter White membawa Boaz Solossa ke Piala AFF 2004 tidak salah. Bochi menjelma sebagai sosok striker haus gol Timnas Garuda. Bersama Elie Aiboy dan Ilham Jayakesuma, Boaz sangat menakutkan di depan gawang.
Ia sukses membukukan 4 gol dari 8 laga bersama Timnas. Sayang, Boaz gagal membawa Indonesia menjadi juara Piala AFF 2004, usai menyerah dari Singapura dengan agregat 2-5 di laga final.
Kapten Timnas Indonesia saat ini, Boaz Solossa.
Meski begitu, Piala AFF 2004 menjadi jalan manis karier Boaz di Timnas Garuda. Ia kemudian selalu masuk kategori pemain langganan masuk Timnas.
Tak hanya itu, ia mulai menorehkan kisah manis dengan klub yang profesional yang dibelanya pertama kali, Persipura Jayapura pada tahun 2005. Boaz menorehkan sejarah manis dengan membawa Persipura menjadi juara Liga Indonesia di tahun yang sama, usai mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 3-2.
3. Kontroversi dan Kisah Jatuh-Bangun Boaz
Meski memiliki keahlian yang luar biasa dalam mengolah si kulit bundar, Boaz juga mempunyai sifat agak buruk ketika itu. Ia dikenal sebagai pemain bertempramen tinggi.
Ia pernah dijatuhi hukuman skorsing selama satu tahun tidak boleh bermain sepakbola di ajang nasional maupun internasional oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), karena terbukti menendang wasit dalam pertandingan Piala Indonesia antara Persipura melawan Persebaya pada tanggal 12 September 2005.
Boaz juga pernah berulah dengan menolak panggilan PSSI untuk membela Timnas U-23. Hal itu membuat Boaz dilarang tampil membela Timnas di pentas resmi PSSI. Akan tetapi, hukuman itu tidak dijatuhkan setelah Boaz bersedia kembali tampil saat Timnas U-23 menghadapi Lebanon.
Namun, Boaz selalu belajar dari kesalahan yang dilakukannya. Ia kembali menjadi andalan Timnas untuk persiapan Piala Asia 2007.
Sayang, ia gagal tampil membela pasukan yang diasuh Ivan Kolev tersebut. Boaz menderita cedera patah kaki kanan usai Timnas melakoni laga uji coba kontra Hongkong dengan skor berkesudahan 3-0 untuk Indonesia.
Boaz mampu melewati cobaan tersebut dengan penuh senyum dan harapan. Ia akhirnya sembuh dari cedera patah kaki kanan yang hampir membuat kariernya berakhir.
Ia kembali menjadi tulang punggung Timnas di lini depan. Bahkan, Boaz digadang-gadang sebagai kapten masa depan Timnas Garuda.
4. Sukses di Persipura, Belajar dari Kedisiplinan Riedl, hingga Menjadi Dewasa
Sembuh dari cedera membuat kehebatan Boaz menjadi-jadi. Ia sukses membawa Persipura Jayapura menjadi juara Indonesia Super League (ISL) 2008/09, 2010/11, dan 2013.
Uniknya, gelar juara Persipura selalu dikawinkan Boaz dengan penghargaan top skor. Ia merebut gelar top skor ISL pada musim 2008/09 (28 gol), 2010/11 (22 gol), dan 2013 (25 gol).
Kehebatan Boaz membuat Alfred Riedl kala itu mengajaknya untuk bergabung dengan Timnas proyeksi Piala AFF 2010. Sayang, Boaz gagal bergabung usai Riedl mencoretnya karena melakukan tindakan indisipliner. Kala itu Boaz tidak meminta izin untuk pulang sejenak ke Papua.
Dua tahun berselang, Boaz tidak masuk Skuat Garuda Piala AFF 2012. Sebab, Boaz bermain bersama Persipura di ISL. Sedangkan, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sedang mengalami konflik dualisme, di mana kompetisi yang diakui adalah Liga Primer Indonesia (LPI). Alhasil, pemain yang bermain di ISL seperti Boaz, tidak boleh bermain membela Timnas.
Kapten Timnas Indonesia sata ini, Boaz Solossa.
Boaz kembali belajar dengan kesalahannya semasa Timnas dilatih Riedl. Ia terlihat lebih berkesatria. Alhasil, Riedl kembali memanggilnya untuk memperkuat Timnas di Piala AFF 2014.
Sayang, ia gagal membawa Indonesia lolos dari babak penyisihan Grup A. Ia juga tampil kurang impresif selama Indonesia bermain di turnamen sepakbola paling bergengsi daratan Asia Tenggara itu berlangsung.
Namun, Boaz mampu bangkit dan selalu menjadi andalan Timnas dalam beberapa laga uji coba serta ajang kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 dan lain-lain. Ia bahkan ditunjuk sebagai kapten Timnas pada tahun 2015.
Penunjukan Boaz sebagai kapten sempat memunculkan kontorversi. Banyak pecinta sepakbola Indonesia yang menilai sikap Boaz yang terlalu diam tidak cocok memimpin pasukan Timnas Garuda.
Perlahan tapi pasti, Boaz menunjukkan kedewasaannya. Ia menjadi sosok pemimpin yang mengayomi para pemain senior dan junior Skuat Garuda. Contohnya bisa dilihat dalam persiapan dan laga Timnas di Piala AFF 2016.
5. Boaz Solossa, Mutiara dari Timur Indonesia Pemimpin Pasukan Garuda
Boaz telah menunjukkan sikap kedewasaannya saat memimpin Skuat Garuda asuhan Alfred Riedl di Piala AFF 2016. Ia menjawab segala kritikan soal para pencinta sepakbola Indonesia yang menyebut Boaz kurang cocok sebagai kapten Timnas dengan sifat pendiamnya.
Ia terlihat dalam beberapa kesempatan melalui akun-akun media sosial para pemain Timnas, membaur bersama juniornya. Boaz selalu menjadi penghubung komunikasi dan panutan para pemain junior.
"Boaz akan menjadi kapten Timnas Indonesia. Dia punya jiwa kepemimpinan dan pengalaman. Tentu, kualitasnya juga kami pertimbangkan dalam menunjuk Boaz sebagai kapten,” kata asisten pelatih Timnas, Wolfgang Pikal kepada INDOSPORT.
"Saya banyak belajar dari Bochi (Boaz), misalnya mengenai posisi bermain, karena kita pakai dua penyerang. Jadi otomatis harus ada pengertian mengenai kerjasama. Siapa yang maju di depan, terus bagaimana agar bisa tetap support, dan teman-teman di sini banyak membantu saya," ujar penyerang debutan Timnas, Lerby Eliandry kepada INDOSPORT.
Boaz Solossa saat memimpin rekan-rekannya di Timnas Indonesia Piala AFF 2016.
Boaz pun membuktikan loyalitas dan kepemimpinannya di Timnas. Ia berhasil membawa Timnas melaju ke babak semifinal Piala AFF 2016.
Boaz membawa Timnas menempati posisi runner up Grup A di bawah Thailand, dengan raihan 4 poin dari 3 laga. Ia telah menciptakan 2 gol dari 3 laga, saat Timnas kalah 2-4 dari Thailand dan imbang 2-2 kontra Filipina.
“Selama pelatih memercayai saya, saya sanggup untuk dipercaya sebagai kapten tim. Sebuah kebanggaan bisa menjadi kapten Timnas,” kata Boaz.
Kini, Boaz akan memimpin pasukan Timnas Garuda untuk menghadapi Vietnam di semifinal Piala AFF 2016 dengan menggunakan sistem kandang-tandang, 3 dan 7 Desember 2016.
Semangat terus 'Kakak Boaz', Kau adalah sosok mutiara dari Indonesia timur pemimpin pasukan garuda. Semangat!!!