x

Stefano Lilipaly: Korbankan Eropa Demi Timnas Indonesia

Rabu, 30 November 2016 17:38 WIB
Editor: Dery Adhitya Putra

Sempat diragukan mampu lolos ke fase knock out Piala AFF 2016, Tim Nasional Indonesia perlahan-lahan mengusir rasa pesimistis yang ada dalam benak pada pecinta sepakbola nasional lewat setiap penampilan mereka.

Wajar jika banyak yang tidak berharap banyak kepada Timnas Indonesia. Tergabung dalam grup neraka bersama juara bertahan, Thailand, serta Filipina dan Singapura, tiga tim yang memiliki rekor bagus kala menghadapi Skuat Garuda, ditambah cederanya salah satu pemain andalan, Irfan Bachdim, jelang dimulainya turnamen, rasanya wajar apabila banyak yang pesimistis dengan penampilan anak-anak asuh Alfred Rield.

Namun Boaz Solossa dkk hanya butuh satu laga untuk membangkitkan harapan para pecinta sepakbola Indonesia. Meski kalah di laga pembuka, namun aksi para penggawa Timnas saat berhasil menyamakan kedudukan setelah tertinggal dua gol terlebih dahulu dari Thailand berhasil menumbuhkan rasa optimistis di diri para suporter.
 


Laga lawan Thailand bangkitkan optimisme para pendukung Timnas Indonesia

Grafik penampilan Tim Nasional Indonesia terus meningkat. Usai kalah dari Teerasil Dangda Cs di laga pembuka, mereka sukses meraih poin pertama dalam turnamen setelah bermain imbang dengan skor 2-2 pada laga melawan tuan rumah, Filipina, 22 November lalu.

Pada laga ketiga, Andik Vermansah Cs akhirnya mewujudkan keinginan jutaan pendukung Timnas yang ingin melihat tim mereka meraih kemenangan dan memastikan satu tiket ke babak semifinal. Sempat tertinggal lebih dulu oleh Singapura, Andik sukses menyalakan api semangat di dalam diri rekan-rekannya saat mencetak gol penyeimbang lewat tendangan first time.

Hasil imbang tidak lah cukup, karena anak-anak asuh Alfred Riedl butuh kemenangan untuk membawa Indonesia lolos dari fase grup. Menit demi menit terus berlalu dan berulang kali usaha Skuat Garuda untuk unggul berhasil dimentahkan oleh para pemain Singapura.
 


Sempat diragukan, Timnas Indonesia berhasil meraih tiket ke babak semifinal

Siapa sangka bahwa seorang pemain keturunan Belanda, negara yang pernah menduduki Tanah Air selama lebih dari 300 tahun, tampil sebagai pahlawan saat pertandingan tinggal menyisakan lima menit di waktu normal. Menyambut umpan dilang yang dilepaskan Boaz, Stefano Lilipaly melepaskan tembakan keras untuk menaklukkan Hassan Sunny.

Skor 2-1 untuk keunggulan Indonesia tidak berubah hingga wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya laga, dan nama Lilipaly dielu-elukan sebagai pahlawan. Gol dari pemain berusia 26 tahun itu sukses mereservasi satu tempat di babak semifinal, setelah di laga lainnya Filipina berhasil ditundukkan oleh Thailand.

Sebenarnya siapakah Stefano Lilipaly dan bagaimana sepak terjangnya sampai bisa menjadi salah satu penggawa Tim Nasional Indonesia? Berikut ringkasan perjalanan karier pemain berjuluk Iniesta Indonesia tersebut yang disiapkan oleh INDOSPORT untuk para pembaca:


1. Awali Karier di Klub Amatir

Stefano Lilipaly sempat bermain untuk klub amatir Belanda sebelum bergabung dengan FC Utrecht.

Stefano Lililpaly lahir di sebuah kota yang terletak di bagian timur Belanda, Arnhem. Buah hati dari pasangan Ron Lilipaly dan Adriana tersebut mulai menyeriusi sepakbola saat bergabung dengan klub amatir asal Amsterdam, Rooms Katholieke Sport Vereniging Door Combinatie Groot (RKSV DCG) saat berusia tujuh tahun.

Tiga tahun mempelajari berbagai hal mengenai sepakbola di klub yang pernah menjadi juara turnamen antar klub amatir Belanda pada 1968 tersebut, keseriusan Lilipaly untuk mengejar mimpinya sebagai pesepakbola profesional membawanya pindah ke akademi sepakbola klub asal Belanda Utara, AZ Alkmaar.

Entah apa yang terjadi, tapi Lilipaly mengaku tidak menyukai AZ Alkmaar. Hal tersebut membuatnya pindah ke kota terbesar keempat di Belanda untuk bergabung dengan akademi sepakbola FC Utrech.

Keputusan pemain yang mengaku gemar mendengarkan musik dengan genre R&B tersebut tepat. Bersama klub yang belum pernah merasakan terdegradasi dari Eredivisie tersebut, kemampuan Lilipaly perlahan mekar. Penampilan gemilangnya bersama tim muda Utrecht membuat Lilipaly mendapat kesempatan untuk membela Tim Nasional Belanda, mulai dari U-15 sampai U-18.


2. Karier Profesional dan Naturalisasi

Stefano Lilipaly (kanan) berduel dengan Brandon Baker dalam laga antara Telstar dan NAC Breda (14/10/16).

Aksi gemilang Stefano Lilipaly bersama tim muda FC Utrecht membuat pelatih tim utama kala itu, Erwin Koeman, memutuskan untuk memberikannya kesempatan untuk melakukan debut bersama tim utama pada 6 Agustus 2011.

VVV Venlo merupakan lawan Utrecht pada laga debut pemain yang memilih The Godfather, Blow, dan City of God sebagai film favoritnya tersebut. Meski gagal mencetak gol dan hanya bermain selama kurang lebih 13 menit, Lilipaly mengaku puas dengan penampilannya di laga tersebut.

"Saya merasa puas dengan penampilan pertama saya bersama tim utama Utrecht. Sayang sekali gol saya tidak diakui," ucap Lilipaly saat diwawancara oleh Radio Nederland dikutip dari Wikipedia.

Dua bulan setelah debutnya bersama Utrecht, Lilipaly resmi menjadi warga negara Indonesia. Darah keturunan Indonesia yang diwariskan oleh ayahnya, Ron Lilipaly, membuat dirinya bisa memilih antara Indonesia dan Belanda.
 

Mendapat darah Indonesia dari ayahnya, Lilipaly memutuskan untuk membela Tim Garuda

Lilipaly sebenarnya sempat mendapat penggilan untuk membela Tim Nasional Indonesia pada laga Kualifikasi Piala Asia melawan Arab Saudi pada Maret 2013, namun karena ada masalah dengan administrasi, anak kedua dari empat bersaudara itu harus menunda debutnya.

Lilipaly akhirnya mengenakan kostum Tim Nasional Indonesia lima bulan kemudian, saat Indonesia menang 2-0 atas Filipina dalam laga persahabatan yang berlangsung di Stadion Manahan, Solo, pada bulan Agustus tiga tahun lalu.

Kembali ke klub, minimnya kesempatan bermain yang didapatnya bersama Utrecht, membuat Lilipaly memutuskan untuk mengadu nasib di klub Divisi Dua Liga Belanda, Almere City. Selama dua musim bersama tim yang baru dibentuk pada 2001 tersebut, pesepakbola yang menjadikan Andres Iniesta dan Zinedine Zidane sebagai pemain favoritnya itu tampil sebanyak 40 kali dan mencetak empat gol.
 


Karier Lilipaly di Persija Jakarta berakhir dengan singkat akibat konflik sepakbola nasional

Dari Almere City, Lilipaly melanjutkan karier sepakbola profesionalnya ke Jepang. Tidak sampai setahun di Negeri Sakura, pemain yang akrab disapa Fano tersebut melanjutkan kariernya di Indonesia bersama Persija Jakarta.

Sayang konflik yang melanda sepakbola nasional kala itu membuat kompetisi profesional terhenti. Tidak ingin kemampuanya berkarat akibat tidak bermain dalam waktu lama, Lilipaly kembali ke Belanda untuk bergabung dengan klub Divisi Satu Liga Belanda, SC Telstar.

Bersama klub yang musim lalu finish di posisi 12 klasemen akhir Eerste Divisie, atau Divisi Satu Liga Belanda tersebut, Lilipaly sudah tampil sebanyak 46 kali dan sukses menyumbangkan 11 gol serta delapan assist.


3. Sambung Nafas Garuda di Filipina

Stefano Lilipaly dan Andik Vermansah

Meski menjalani debut pada 2013, Stefano Lilipaly baru kembali mengenakan kostum Tim Nasional Indonesia pada awal November lalu. My Dinh National Stadium yang terletak di Hanoi, Vietnam, menjadi saksi kali kedua pesepakbola blasteran Indonesia-Belanda tersebut membela Skuad Garuda.

Tampil penuh selama 90 menit, Lilipaly gagal membawa Timnas Indonesia meraih hasil positif, setelah menutup laga persahabatan melawan Vietnam tersebut dengan skor 3-2 untuk kemenangan tuan rumah.

Laga selanjutnya Lilipaly bersama Timnas adalah pertandingan melawan Thailand yang menjadi partai pembuka Piala AFF 2016. Diduetkan dengan Bayu Pradana, pemain berusia 26 tahun tersebut gagal menghadirkan kreatifitas dan kalah duel hingga tim asuhan Kiatisuk Senamuang bisa menguasai lapangan tengah. Meski sempat menyamakan kedudukan setelah tertinggal dua gol, Indonesia harus mengakui kehebatan sang juara bertahan dan mengakhiri laga dengan kekalahan 4-2.
 

Indonesia harus mengakui keunggulan Thailand saat takluk dengan skor 4-2

Di laga selanjutnya melawan Filipina, Lilipaly masih dipasang sebagai gelandang, cuma kali ini Evan Dimas yang ditunjuk sebagai rekannya di lini tengah. Penampilannya membaik, bahkan menyumbangkan satu assist untuk Fachruddin Aryanto yang mencetak gol pertama Timnas Indonesia di laga tersebut, meski masih tidak mampu membawa Skuat Garuda meraih kemenangan.

Di pertandingan terakhir Grup A, laga hidup-mati untuk Tim Merah Putih, posisi Lilipaly digeser sedikit ke depan. Bermain di belakang Boaz Solossa yang berperan sebagai penyerang tunggal, Lilipaly memiliki tugas berat. Sebagai gelandang serang, dirinya harus bisa mengalirkan bola dari tengah ke depan, dan apabila ada peluang, dirinya juga punya tugas memanfaatkan kesempatan untuk menusuk ke depan dan mencetak gol.
 


Kemenangan atas Singapura membawa Indonesia lolos ke babak semifinal Piala AFF 2016

Jika pada laga sebelumnya hanya memberikan assist, pada pertandingan melawan Singapura Lilipaly sukses mencetak gol yang membawa Skuat Garuda mengepakkan sayap dan terbang ke babak semifinal, sekaligus mengakhiri perjalanan Singapura di Piala AFF 2016.

Melihat grafik penampilan Lilipaly yang terus meningkat, hampir pasti Alfred Riedl akan kembali mengandalkan dirinya pada laga leg pertama menghadapi Vietnam 3 Desember mendatang. Semoga saja jebolan akademi sepakbola FC Utrecht tersebut bisa kembali menampilkan permainan terbaiknya untuk membalasa kekalahan 3-2 yang dialami Timnas Indonesia dalam laga uji coba 8 November lalu.

Maju terus Lilipaly. Bawa Sang Garuda terbang tinggi untuk wujudkan mimpi kami, para pendukung setia Tim Nasional Indonesia, yang sudah terlalu lama merindukan kehadiran sebuah trofi.

BelandaPiala AFF 2016Timnas SeniorAZ AlkmaarStefano LilipalyTimnas IndonesiaConsadole SapporoLiga IndonesiaFC UtrechtSC Telstar

Berita Terkini