x

3 Duet Bek Tangguh Kepunyaan Timnas Indonesia Sebelum Hansamu-Manahati

Senin, 5 Desember 2016 10:30 WIB
Editor: Joko Sedayu

Duet bek Timnas Indonesia, Hansamu Yama Pranata dan Manahati Lestusen, menjadi salah satu fakp tor penting penentu kemenanan Timnas pada pertandingan semalam. Duet bek 'darurat' tersebut berhasil membuat para striker Vietnam yang dikenal garang di kotak penalti menjadi mati kutu.

Sebelumnya, Indonesia harus kehilangan duet bek andalannya selama babak penyisihan yang berlangsung di Filipina. Pada tiga pertandingan penyisihan, pelatih Timnas, Alfred Riedl selalu mengandalkan Rudolof Yanto Basna yang berpasangan dengan Fachrudin Aryanto untuk membentengi lini pertahanan Skuat Garuda.

Basna dan Fachrudin harus absen pada babak semifinal akibat menerima hukuman akumulasi kartu yang mereka dapatkan ketika Timnas memenangi laga hidup mati kontra Singapura. Absennya kedua pemain tersebut memaksa Riedl untuk memutar otak guna mencari pengganti yang pas untuk menemani Benny Wahyudi dan Abduh Lestaluhu di sektor pertahanan Timnas.

Pilihan pelatih asal Austria tersebut akhirnya jatuh kepada Hansamu Yama dan Manahati Lestusen, dan meninggalkan Gunawan Dwi Cahyo sebagai satu-satunya bek tengah murni yang tersisa di bangku cadangan.
 


Hansamu Yama (#23) dan Manahati (#25) menjadi tumpuan Timnas Indonesia di jantung pertahanan.

Keputusan Riedl tersebut bukan tanpa sebab. Hansamu merupakan jebolan Timnas U-19 di era kepelatihan Indra Sjafri, yang berhasil merengkuh gelar juara bersama Indonesia untuk yang pertama kali dalam rentang 22 tahun terakhir.

Sedangkan Manahati, merupakan eks Skuat Timnas U-23 pada gelaran SEA Games tahun lalu. Manahati juga pernah didapuk sebagai kapten tim Garuda Muda ketika melakoni laga penyisihan Kualifikasi Piala Asia U-23 tahun 2013 oleh pelatih Timnas U-23 saat itu, Aji Santoso.

Kedua bek tersebut dikenal tangguh ketika menghadapi duel satu lawan satu. Hansamu dikenal sebagai bek yang tangguh berduel di udara. Sedangkan Manahati, dikenal sebagai pemain yang bertipikal keras dan tanpa pandang bulu menghadang pemain lawan. Duet bek tersebut memang cocok untuk dipasang di jantung pertahanan Timnas. Dengan kelebihan masing-masing, mereka bisa menutup kelemahan yang dimiliki pada diri kedua bek muda tersebut.

Terbukti, ketangguhan duet bek anak muda itu sukses membuat Le Cong Vinh dan kawan-kawan tak berdaya membobol gawang Timnas yang dijaga Kurnia Meiga melalui skema open play. Mereka hanya bisa menembus gawang Skuat Garuda lewat tendangan penalti kontroversial yang diberikan oleh wasit asal Australia, Jarred Gillett.

Indonesia memang terkenal menghasilkan para duet bek yang berkualitas di setiap masanya. Pada 1991 lalu ketika meraih emas SEA Games di Manila, Filipina, Timnas mempunyai duet Robby Darwis dan Sudirman yang sukses membantu Timnas mempecundangi Thailand di babak final.

Untuk mengapresiasi duet bek Hansamu Yama dan Manahati Lestusen yang tampil sepenuh hati pada laga melawan Vietnam, INDOSPORT coba merangkum tiga duet bek Timnas yang jaya pada masanya untuk para pembaca setia. Berikut ulasannya:

Penulis: Muhammad Adiyaksa


1. Duet Robby Darwis dan Sudirman

Robby Darwis

Robby Darwis adalah salah satu bek Timnas Indonesia saat meraih medali emas SEA Games 1987 dan 1991. Bersama Sudirman, Robby bahu-membahu membawa Timnas Indonesia merebut medali emas SEA Games 1991 di Manila, Filipina.

Robby, yang kala itu membela Persib, bersama Sudirman yang berbaju Arseto Solo menjadi pilihan utama lini pertahanan oleh pelatih Timnas saat itu, Anatoli Polosin. Pelatih asal Rusia tersebut menerapkan latihan metode ekstrem untuk membuat para pemain Timnas mampu berlari sejauh 4 km dalam waktu 15 menit.

Di SEA Games 1991 lampau, Indonesia tergabung di Grup B bersama tuan rumah Filipina, juara bertahan Malaysia, dan Vietnam. Pada babak penyisihan grup, Timnas sukses mencetak lima gol dan cuma kebobolan sebiji gol akibat permainan lugas nan apik dari duet Robby dan Sudirman.

Di babak semifinal, Skuat Garuda sukses memulangkan Singapura melalui adu penalti dengan skor 4-2. Lagi-lagi perpaduan dari duet bek tua-muda tersebut membuat para pemain Singapura frustrasi membobol gawang Timnas yang dijaga oleh Eddy Harto.

Ujian terberat duet Robby-Sudirman datang saat Indonesia menapaki babak final dan akan berhadapan dengan Thailand. Duet bek Persib-Arseto itu mampu menjaga gawang Indonesia dari kebobolan sepanjang 120 menit waktu normal ditambah babak tambahan.

Datang sebagai tim yang tak diunggulkan, Skuat Garuda mampu menaklukkan Negeri Gajah Putih melalui adu penalti dengan skor 4-3.

Pada pertandingan yang digelar di Rizal Memorial Stadium, Manila, yang juga dikenal sebagai kandang Timnas Indonesia selama menjalani babak penyisihan Piala AFF 2016 di Filipina, terdapat kejadian menegangkan yang menghiasi babak adu penalti.

Sampai dengan penendang kelima, kedua tim sama-sama menghasilkan tiga gol. Namun, insting tajam dari rekan duet Robby, Sudirman, dengan langkah mantap mengarahkan bola dengan keras ke arah tengah kiper Thailand yang terperangah tertipu bola. Gol tersebut memastikan Indonesia merebut medali emas cabang sepakbola SEA Games 1991 di Manila, Filipina.

Kemenangan Timnas tersebut menjadikan mereka disambut bak pahlawan di Tanah Air. Seluruh skuat Timnas, termasuk duet bek tangguh Robby dan Sudirman mendapat kucuran bonus Rp5 juta dan gaji bulanan seumur hidup sebesar Rp100 ribu per bulan.

Indonesia tidak akan pernah melupakan kenangan manis di Manila pada 1991 lalu. Berkat penampilan apik dari Robby Darwis dan gol kemenangan Sudirman, Skuat Garuda berhasil membawa pulang gelar juara terakhir Timnas yang kini belum mampu dihadirkan kembali oleh generasi penerus mereka hingga sekarang.


2. Sugiantoro dan Firmansyah

Bejo Sugiantoro

Timnas Indonesia kembali memiliki duet bek tangguh ketika mengikuti Piala AFF (dulunya bernama Piala Tiger) 2002 yang digelar di Indonesia dan Singapura. Sebagai tuan rumah, Skuat Garuda mematok target juara dengan mendatangkan langsung pelatih asal Bulgaria, Ivan Kolev.

Indonesia tergabung di Grup A bersama Vietnam, Myanmar, Kamboja, dan Filipina. Dari keempat musuh-musuhnya, Vietnam menjadi lawan terberat Skuat Garuda.

Ivan Koleh memilih "Bejo" Sugiantoro dan Firmansyah untuk menemani posisi Nur'Alim di jantung pertahanan Timnas. Pada zamannya, formasi tiga bek menjadi andalan Kolev sepanjang gelaran turnamen.

Dari lima laga Timnas, Bambang Pamungkas dan kawan-kawan hanya kebobolan lima gol, paling sedikit dari kontestan Grup A lainnya dari lima pertandingan yang mereka lakoni di babak penyisihan grup. Skuat Garuda juga menjadi pengumpul gol terbanyak di babak penyisihan dengan total 19 gol, sama dengan yang dicetak Vietnam.

Dua dari 19 gol yang dicetak Timnas merupakan buah hasil dari Bejo, yang sukses menempatkan namanya dua kali di papan skor ketika Indonesia dengan gagahnya membantai Filipina dengan skor sangat telak, 13-1.

Duet Bejo dan Firmansyah, yang pada waktu itu masih berusia masing-masing 25 dan 22 tahun, dijuluki sebagai bek muda masa depan Indonesia sama seperti yang dialami oleh duet Hansamu Yama dan Manahati Lestusen saat ini.

Di umur yang masih terhitung muda, Bejo dan Firmansyah sukses membawa Skuat Garuda menembus babak final sebelum dikalahkan oleh Thailand melalu adu penalti. Mereka berhasil membuat para pemain kunci Thailand seperti Kiatisuk Senamuang dan Therdsak Chaiman menelan pil pahit gagal menembus gawang Skuat Garuda yang dijaga oleh Hendro Kartiko.

Penampilan tokcer dari Bejo dan Firmansyah selama babak penyisihan hingga babak final harus tercoreng dengan gagalnya mereka berdua mengeksekusi penalti. Kedua pemain tersebut ditunjuk oleh Ivan Kolev sebagai penendang penalti Timnas Indonesia di babak adu penalti.

Sebagai penendang kedua, Bejo maju sebagai algojo. Dengan ancang-ancang yang kurang jauh, tendangan keras Bejo meluncur deras ke tengah gawang lawan dan membentur mistar gawang Negeri Gajah Putih.

Setelah Bejo yang gagal mengkeksekusi penalti, giliran Firmansyah yang bernasib sama dengan bek Persebaya tersebut. Tendangan pemain yang pada saat itu membela Persikota melenceng jauh dari gawang lawan.

Indonesia akhirnya kalah adu penalti dengan skor 2-4 dari Thailand dan mengubur impian merebut trofi Piala AFF untuk pertama kalinya yang diselenggarakan rumah sendiri.


3. Duet Maman Abdurrahman dan Hamka Hamzah

Maman Abdurrahman

Gelaran Piala AFF 2010 menjadi ajang tersukses bagi duet bek Maman Abdurrahman dan Hamka Hamzah di Timnas Indonesia. Mereka berdua tampil tangguh sepanjang gelaran turnamen walau harus kembali menerima kenyataan gagal tampil sebagai juara.

Indonesia kembali ditunjuk sebagai tuan rumah pagelaran Piala AFF yang ke-8 pada tahun 2010. Bersama Vietnam, Indonesia menjadi penyelenggara pada turnamen yang dijuarai oleh Malaysia tersebut.

Indonesia tergabung di Grup A bersama musuh bebuyutan beserta juara bertahan, Thailand. Laos dan Malaysia melengkapi empat tim Grup A yang kesemua pertandingannya digelar di Jakarta.

Indonesia tampil trengginas di dua pertandingan awal dengan menghajar Malaysia dan Laos masing-masing dengan skor 5-1 dan 6-1. Di pertandingan terakhir babak penyisihan, Skuat Garuda berhasil membalas dendam kesumat terhadap musuh bebuyutannya tersebut dengan mengirim tim Negeri Gajah Putih pulang kampung dengan skor 2-1.

Dengan kemenangan itu, Indonesia sukses menjadi pemimpin klasemen Grup A dan sang juara bertahan harus tersingkir lebih cepat di babak penyisihan. Skuat Garuda juga tampil sangat produktif dengan mencetak 13 gol dan hanya kebobolan dua gol. Kunci pertahanan Timnas pada laga penyisihan grup terletak pada duo bek lini tengah, yakni Maman Abdurrahman dan Hamka Hamzah.

Bersama Zulkifli Syukur dan Muhammad Nasuha, Maman serta Hamkah menjadi tembok tangguh di depan kiper Markus Haris Maulana atau biasa dikenal dengan nama Markus Horison. Postur tinggi besar Hamka dan kecerdikan Maman dalam membaca permainan membuat Skuat Garuda hanya kebobolan dua gol sampai dengan babak semifinal.

Di babak final, duet Maman dan Hamka tampil gugup menghadapi Malaysia di kandangnya sendiri. Mereka harus merelakan gawang Markus kebobolan tiga gol tanpa mencetak sebiji gol pun ke gawang lawan. Hasil itu membuat penampilan duet tersebut tercoreng dan pada akhirnya perjuangan Timnas lagi-lagi terhenti di babak final.

Namun, berkat penampilan apik selama gelaran Piala AFF 2010, duet Maman dan Hamka tetap akan diingat sebagai salah satu duet bek tangguh milik Indonesia.

IndonesiaHamka HamzahPiala AFF 2016Robby DarwisHansamu Yama PranataManahati LestusenMaman AbdurrahmanTimnas IndonesiaPiala AFFLiga IndonesiaSudirmanSugiantoroFirmansyah

Berita Terkini