x

Pengaturan Skor di Tahun 1996, Bisa Menghantui Piala AFF 2016?

Rabu, 7 Desember 2016 15:11 WIB
Editor: Yohanes Ishak

Pada Piala AFF tahun 2016 ini, terdapat dua tim yang mampu melangkah mulus ke babak semifinal, mereka adalah Tim Nasional (Timnas) Thailand dan Timnas Vietnam.

Keempatnya berhasil melaju berkat penampilan yang konsisten di babak Grup dengan menyapu bersih seluruh pertandingan dengan kemenangan.

 

Atas kinerja yang memuaskan itulah yang membawa mereka meraih tiket semifinal, sementara dua Timnas finalis lainnya, yaitu Indonesia dan Myanmar harus berusaha keras demi lolos dari Grup dengan menempati posisi runner up.

Kini, babak semifinal leg yang pertama telah dilewati dengan menghasilkan Indonesia yang berhasil melibas Vietnam dengan skor tipis 2-1 dan Thailand yang berhasil mencukur Myanmar dengan skor 2-0.

 

Sejak Piala AFF 2016 digelar dari tanggal 19 November hingga memasuki leg kedua yang akan digelar malam nanti, Rabu (07/12/16), belum ada pemberitaan mengenai kasus pengaturan skor di kompetisi khusus Asia Tenggara ini.

Pengaturan skor di Piala AFF sendiri memang pernah terjadi 20 tahun yang lalu atau tepatnya di tahun 1996 silam. Seperti apakah kisahnya dan benarkah kasus ini akan menghantui keempat tim finalis tersebut?

Berikut ini INDOSPORT akan memaparkannya:


1. Apa Itu Pengaturan Skor dalam Sepakbola?

Piala AFF 2016

Bagi pencinta sepakbola sejati atau minimal mengetahui sebagian tentang aturan-aturan dan sanksi dalam sepakbola, mungkin sudah mengetahui apa itu pengaturan skor dalam sepakbola.

Namun tidak ada salahnya jika kita membahas lagi, terutama untuk memberikan informasi tambahan bagi mereka yang masih awam terhadap dunia persepakbolaan dunia.

Pengaturan skor adalah sebuah bentuk kerja sama yang tak resmi yang diperlakukan dalam dunia olahraga terorganisir. Beberapa orang yang bisa terlibat di dalamnya adalah tim ofisial, tim, pemain, penjudi, atau bisa juga wasit.

Biasanya kerja sama dilakukan menggunakan uang yang dibayarkan kepada pihak yang nantinya dalam pertandingan akan dirugikan.

Misalnya, dalam satu pertandingan tim A melawan tim B. Lalu tim B akan memberikan uang suap dengan jumlah yang tidak sedikit kepada seluruh atau satu pemain tim A agar membiarkan tim B menang dengan skor yang telah direncanakan.

Hal ini juga berlaku kepada wasit yang menjadi pengadil lapangan, sosok inilah yang dinilai paling berperan besar untuk dapat membantu terjadinya pengaturan skor.

Berdasarkan sumber dari WDA, sejarah pengaturan skor ini diawali sejak abad ke-19, namun olahraga pertama bukanlah sepakbola, melainkan tinju.

Hal tersebut dikarenakan olahraga tinju hanya melibatkan antar individu, sehingga lebih mudah untuk melakukan pengaturan tersebut.

Barulah seiring dengan berjalannya waktu, pengaturan skor mulai bertambah luas ke cabang olahraga lain, seperti bisbol, kriket, basket, tenis, Formula 1, hingga sepakbola.

Pengaturan skor dalam sepakbola sendiri kini seakan sudah mulai terbiasa terdengar, karena banyaknya pihak yang tidak bertanggung jawab lebih mengutamakan uang ketimbang prestasi.

Tak hanya di benua Eropa dan Amerika, di Afrika dan Asia sendiri, termasuk negara Indonesia pun pernah terlibat dalam kasus pengaturan skor.

Mantan presiden UEFA yang juga legenda Timnas Prancis dan Juventus, Michel Platini pun pernah mengatakan jika pengaturan skor masih terus terjadi, maka dunia sepakbola sudah mati.


2. Pengaturan Skor Piala AFF 1996

Singapura vs Filipina

Setelah mengetahui seluk-beluk dari pengertian pengaturan skor, kini kita lanjut dengan mengingat kembali kasus pengaturan skor yang terjadi di tahun 1996 silam.

Kasus ini tentu amatlah disayangkan, karena di tahun tersebut merupakan tahun pertama ajang kompetisi sepakbola dua tahunan di Asia Tenggara itu dimulai (dulu masih menggunakan nama Piala Tiger).

Sejatinya, dua pertandingan pertama di fase grup masih tidak ada masalah. Sampai akhirnya, memasuki pertandingan ketiga di Grup yang mempertemukan Singapura melawan Filipina.

Kabarnya, terdapat dua pemain Singapura dan satu pemain Malaysia yang namanya dirahasiakan telah membujuk salah satu pemain bertahan dari Filipina, Judy Saluria agar membiarkan gawang Filipina dibobol tujuh kali oleh Singapura.

Tujuannya adalah agar memudahkan Singapura dapat melaju ke babak semifinal, beruntung aksi ketiga orang tersebut ketahuan oleh pihak keamanan, sehingga pengaturan skor itu gagal terjadi, meski akhirnya Singapura mampu mencetak tiga gol tanpa balas ke gawang Filipina dan mereka tetap tidak lolos ke babak semifinal.

Atas kasus ini, setiap penyelenggaraan Piala AFF bukan tidak mungkin pengaturan skor masih dapat menghantui para pesertanya yang ikut terlibat.


3. Pihak Piala AFF Jamin Tidak Akan Ada Pengaturan Skor Lagi

Letjen Dato Sri Azzuddin Ahmad

Seiring berjalannya waktu, dengan berkembangnya sejumlah teknologi di dunia, maka dapat dipastikan jika pengaturan skor tidak akan terjadi lagi di Piala AFF, termasuk di tahun ini.

Berbagai cara mulai dilakukan oleh pihak penyelenggara Piala AFF demi menciptakan kompetisi yang sehat dan bersih dari kasus tersebut.

Salah satunya yang paling dekat adalah di Piala AFF 2014 lalu, di mana Sekjen Piala AFF, Letjen Dato Sri Azzuddin Ahmad atau biasa lebih dikenal dengan sebutan Azzuddin Ahmad telah memastikan jika pihaknya telah bekerja sama dengan pihak Sportradar.

“Piala AFF adalah kompetisi yang mulai menarik perhatian fans sejak tahun 1996, pastinya kami tidak menutup mata akan bahayanya pengaturan skor atau usaha manipulasi lainnya. Bersama dengan sistem pengawasan terbaik, kami akan selalu mengantisipasi, agar para fans bisa menonton dengan tenang,” jelas Azzuddin Ahmad dikutip dari ABS-CBN.

Hal senada juga diucapkan langsung oleh pihak Sportradar yang memastikan jika para pemain dan fans ingin agar kompetisi Piala AFF selalu menarik perhatian, sehingga mereka pun ingin menciptakan pertandingan berjalan dengan baik.

“AFF telah memperlihatkan komitmen yang kuat untuk menjaga nama baik mereka dan kami akan bekerja keras untuk membantu setiap pertandingan mereka dengan perangkat kami dari adanya tanda bahaya termasuk sikap yang mencurigakan,” jelas Oscar Brodkin selaku Manajer Senior Sportradar Asia.

“Pastinya, para pemain dan fans ingin Piala AFF menjadi kompetisi yang luar biasa, maka kami akan berusaha sebaik mungkin agar semuanya berjalan dengan adil,” tambahnya.

Artinya, dengan adanya sistem tersebut maka Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Myanmar tidak lagi perlu takut adanya pengaturan skor di babak semifinal pada leg kedua ini.

Karena jika salah satu di antara mereka ada yang terlibat atau bahkan mendapat bujukan untuk disuap, maka pihak Piala AFF bisa melakukan wewenangnya untuk memberikan sanksi kepada pihak yang tidak bertanggung jawab.

IndonesiaMalaysiaVietnamThailandSingapuraMyanmarFilipinaTimnas IndonesiaFlashbackDatuk Seri Azzuddin Ahmad

Berita Terkini