x

Selama Ini Anda Salah! Ini 7 Mitos dalam Sepakbola yang Masih Dipercaya Benar

Rabu, 11 Januari 2017 18:37 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning

Pengertian mitos menurut beberapa sumber memiliki persamaan arti yaitu sebuah cerita atau dongeng berlatar masa lampau. Orang pertama yang memperkenalkan istilah mitos adalah Plato, seorang filsuf dan matematikawan Yunani.

Istilah mitos berasal dari bahasa Yunani, mythos, dan bahasa Belanda, mite, yang berarti cerita atau perkataan. Penutur mitos terlebih dahulu telah mendengar cerita tersebut dari generasi sebelumnya, biasanya terdapat penokohan para dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat, alam semesta, adat istiadat, dan dongeng masa lampau lainnya.

Dalam dunia si kulit bundar, mitos memiliki tempatnya sendiri. Beberapa yang paling terkenal adalah mengenai hukum karma yang menimpa Benfica, klub asal Portugal.

Karma atau kutukan ini berawal dari Bela Guttman, pelatih yang berhasil mengantarkan meraih dua gelar juara Liga Champions. Pria asal Hungaria ini kemudian meninggalkan klub setelah manajemen menolak menaikkan gaji sebagai bentuk apresiasi atas kesuksesannya bersama Benfica.

Tanpa disangka, ketika pergi dari klub ia berkata, "Benfica tidak akan memenangkan gelar Eropa dalam waktu 100 tahun". Entah benar atau tidak, dalam rentang waktu 50 tahun terakhir, Benfica tak kunjung meraih satu pun gelar di Eropa.

Kisah di atas mungkin belum bisa dibuktikan kebenarannya karena Benfica masih berpeluang untuk meraih gelar juara Eropa. Namun 7 mitos yang dirangkum INDOSPORT ini akan membuat Anda terdiam karena ketidakbenaran yang selama ini dipercaya.


1. Sebelum Roman Abramovich datang, Chelsea adalah tim ecek-ecek

Roman Abramovich membeli Chelsea tahun 2003.

Bagi penyuka Liga Primer Inggris, mungkin banyak yang menganggap kalau Chelsea tertolong karena kucuran dana segar dari pebisnis asal Rusia, Roman Abramovich. Bahkan mereka menyebut jika sebelum Abramovich datang, The Blues hanyalah tim medioker yang hanya berkutat di lini tengah papan klasemen.

Namun anggapan tersebut ternyata keliru. Fakta memperlihatkan bahwa dalam 7 musim sebelum Chelsea dibeli oleh Abramovich, mereka selalu bertengger di posisi enam besar.


2. Timnas India batal ikut Piala Dunia 1950 karena dilarang nyeker

Sesi foto timnas India.

Tahun 1950 seharusnya menjadi sejarah tersendiri karena mereka sebenarnya lolos otomatis ke Piala Dunia, namun batal karena mitosnya mereka dilarang berkompetisi tanpa menggunakan alas kaki alias sepatu. Apa benar begitu?

Faktanya, benar bahwa pemain-pemain India kala itu terbiasa telanjang kaki alias nyeker saat bermain sepakbola, dan hal ini bukanlah hal yang aneh pada masa itu. Tapi mengenai keputusan Timnas India untuk mundur saat itu bukan karena hal tersebut.


Pemain Timnas India dahulu biasa bermain tanpa sepatu bola.

Ada banyak versi mengenai hal tersebut, salah satunya adalah karena masalah krisis ekonomi. Kemudian ada juga yang mengatakan jika pemain India enggan melakukan perjalanan jauh ke Brasil, tuan rumah Piala Dunia 1950.

Tapi sebenarnya, alasan Timnas India tidak ikut ambil bagian di Piala Dunia 1950 adalah karena mereka lebih memilih untuk bertanding di Olimpiade. Sailen Manna, mantan kapten timnas India, mengatakan bahwa Piala Dunia tidak sebesar atau semegah Olimpiade.

"Kami tidak pernah diberitahu bahwa Piala Dunia adalah turnamen penting. Bagi kami saat itu, Olimpiade adalah segalanya. Tidak ada turnamen yang lebih besar," kata Manna.


3. Manchester City merusak sepakbola lewat kekuatan uangnya

Sheikh Mansour, orang tajir yang kuasasi Manchester City.

Sama seperti Chelsea, kehadiran investor asing yang memiliki kekayaan luar biasa banyak menjadikan Manchester City sebagai 'kekuatan' baru. Era Paul Dickov berganti menjadi Edin Dzeko, berganti lagi menjadi Sergio Aguero, hingga akhirnya menjadi salah satu klub sepakbola paling ditakuti di Inggris dan Eropa.

Banyak anggapan yang mengatakan jika Manchester Biru berperan besar dalam merusak sepakbola lewat kekuatan keuangannya. Padahal jika lebih teliti, bukan City yang kerap jor-joran dalam membeli pemain.


Tim Eropa jor-joran dalam membeli pemain.

Klub yang bermarkas di Etihad Stadium itu masih kalah dengan tiga tim lain dalam hal pembelian termahal sepanjang sejarah. City baru dua kali melakukan pembelian paling mahal, jauh dibanding Real Madrid, Barcelona, dan Paris Saint-Germain.


4. Ryan Giggs tolak bermain bagi Timnas Inggris karena takut kalah bersaing

Jacqui Oatley di atas panggung dengan Ryan Giggs (07/08/16)

Legenda Manchester United dan Tim Nasional Wales, Ryan Giggs, adalah sosok integral bagi kedua kesebelasan tersebut. Di Old Trafford, Giggsy, begitu ia biasa dipanggil, merupakan winger terbaik di eranya, bahkan di sejarah persepakbolaan Liga Primer Inggris.

Meski demikian, banyak yang menyayangkan keputusan Giggs yang lebih memilih Wales ketimbang Inggris, padahal ia sempat membela Timnas junior. Kemudian muncul mitos yang mengatakan bahwa ia hanya mengincar caps yang lebih banyak bersama Wales.


Giggs dan Bale membela Wales.

Benarkah demikian?

Mitos ini ditepis langsung oleh pemain yang lekat dengan nomor punggung 11 tersebut. Fakta pertama adalah dia bukan warga negara Inggris karena dia lahir di Wales dan orang tuanya pun murni berdarah Inggris.

Yang kedua, Giggs sendiri yang menepis klaim tersebut, karena dia mengaku selama ini opsi memilih The Three Lions tak pernah terbuka untuknya.

"Ketika itu ada banyak kebingungan tentang situasi yang saya alami karena saya pernah bermain untuk Timnas Inggris Junior," ujar Giggs. 

"Kemudian, karena Inggris punya masalah di gelandang kiri, orang mengatakan 'Anda seharusnya memilih Inggris'. Tapi, selama ini saya tak pernah bisa memilih Inggris," jelas pemain kelahiran 29 November 1973. 


5. 'Sherlock Holmes' adalah kiper pertama Portsmouth

Museum Sherlock Holmes

Bagi penikmat setia Sherlock Holmes pasti mengetahui Sir Conan Arthur Doyle. Dia adalah pengarang cerita fiksi terkenal berkebangsaan Inggris, dan salah satu karangannya yang paling terkenal adalah serial petualangan Sherlock Holmes, seorang detektif fiksi yang eksentrik.

Pada tahun 1886, ia menciptakan tokoh Sherlock Holmes yang diilhami dari Dr. Joseph Bell, salah satu dosennya. Cerita pertama yang berjudul A Study in Scarlet (bahasa Indonesia: Penelusuran Benang Merah) ini diterima publik dengan baik. Akan tetapi, ketenaran tokoh itu baru dimulai pada tahun 1891 ketika ia menulis serial petualangan Sherlock Holmes bersama sahabat setianya, Dr. Watson, dalam bentuk kompilasi cerita pendek.

Menariknya, sudah sejak lama berkembang mitos yang mengatakan bahwa penulis terkenal itu adalah kiper pertama Portsmouth. Tapi ternyata tidak demikian.

Memang benar bahwa Conan Doyle adalah pria yang menyukai olahraga dan sepakbola. Tentang 'profesinya' sebagai penjaga gawang pun benar adanya, namun dia hanya bermain di level amatir bagi Portsmouth, dan tidak ada hubungan antara dia dengan Portsmouth modern yang dibentuk tahun 1888.


6. Denis Law, King of Old Trafford yang membuat Manchester United Tedegradasi

Denis Law adalah legenda kota Manchester.

Bagi fans Manchester United, Denis Law dianggap sebagai rajanya Old Trafford. Bagaimana tidak, 237 kali menggetarkan jala gawang lawan dalam 404 pertandingan saat masih membela panji United.

Tapi apa yang terjadi tahun 1974 mungkin tidak akan pernah bisa dilupakan suporter Setan Merah. Bermain bagi sang rival, Manchester City, Law menyontek bola menggunakan tumitnya ke celah kedua kaki penjaga gawang Setan Merah saat itu, Alex Stepney, setelah menerima umpan mendatar Francis Lee.

Bukannya bahagia setelah mencetak gol, Law justru merasa sedih. Bahkan, ia menganggap bahwa momen itu merupakan memori paling menyedihkan sepanjang kariernya.

Mengapa demikian? Sebab, mitosnya, golnya ke gawang klub yang membesarkan namanya itu membuat The Red Devils harus terdegradasi ke kasta di bawahnya. Tapi apakah benar karena semata-mata gol Denis Law?

Saat itu, United membutuhkan keajaiban agar lolos dari jurang degradasi. Namun banyak yang tidak mengetahui bahwa nasib tim yang pada saat itu diasuh oleh Tommy Docherty sebenarnya ditentukan oleh Birmingham City.

Di saat yang bersamaan, Birmingham membutuhkan kemenangan agar bisa bertahan di kasta teratas liga Inggris, dan sebaliknya, andai Birmingham kalah, United masih memiliki peluang untuk lolos. Namun, Birmingham berhasil meraih kemenangan, sehingga sebenarnya bukan gol Law yang mengirimkan duka pada Si Setan merah, sehingga bisa disimpulkan bahwa Law tidak membuat bekas timnya terdegradasi.

"Saya merasa depresi dan itu bukan seperti diri saya. Setelah 19 tahun selalu mencoba untuk menciptakan gol, saya menciptakan satu gol yang saya harapkan tidak masuk. Saya tidak ingin ini terjadi," ujar Law kepada Daily Mail.


7. Tekel horor Roy Keane terhadap Alf-Inge Haaland

Si Bengal Roy Keane

Semasa aktif sebagai pesepakbola, Roy Keane dikenal sebagai pemain yang tanpa kompromi, berani berduel, dan tak segan beradu fisik dengan pemain lawan.

Salah satu insiden yang akan selalu diingat oleh orang-orang adalah tekel horornya yang, mitosnya, langsung mengakhiri karir Alf-Inge-Haaland. Padahal ternyata tidak demikian.

Tekel tersebut memang langsung diganjar kartu merah oleh wasit, tapi Haaland tak lantas digantikan oleh pemain lain, apalagi sampai pensiun. Haaland malah bermain sampai akhir pertandingan, lalu bermain selama 45 menit bagi Tim Nasional Norwegia beberapa hari setelahnya.

Dia akhirnya benar-benar pensiun tahun 2003 silam karena masalah cedera akut yang dideritanya, yaitu cedera lutut kiri, bukan lutut kanan yang dihantam Roy Keane.

Manchester UnitedInggrisChelseaManchester CityPiala DuniaWalesRoy KeaneRyan GiggsIndiaRoman AbramovichPortsmouth

Berita Terkini