x

Desain Baru dan Perjalanan Juventus Sejak Terakhir Berganti Logo

Minggu, 22 Januari 2017 12:19 WIB
Editor: Rizky Pratama Putra

Juventus baru saja mengenalkan logo baru mereka untuk digunakan pada musim depan. Logo ini akan menggantikan desain lama yang bertahan sejak tahun 2005.

Logo bari Si Nyonya Tua dianggap mencerminkan gaya dan masa depan Juventus. Namun demikian, logo baru ini mendapat sejumlah komentar karena bentuknya yang dianggap terlalu simpel.

Sebagai salah satu klub yang memiliki sejarah panjang dalam sepakbola internasional, tentu saja Juventus tak ingin sembarangan dalam mengubah identitasnya. Hal inilah yang mengingatkan kembali periodisasi Juventus sebelum berganti wajah.

Sejak terakhir kali mengganti logonya, Juventus telah melewati sejumlah evolusi. Si Nyonya Tua sempat tersandung dan terjerembab dalam lubang Calciopoli.

Namun hal ini tak membuat Juventus larut dalam keterpurukan. Kurang dari satu dekade, Juventus sukses kembali pada fitrahnya sebagai salah satu klub yang disegani di Italia.

Bagaimana perjalanan Juventus sejak terakhir kali berganti logo? Berikut hasil ulasan dari INDOSPORT;


1. Kerikil Calciopoli

Luciano Moggi dilarang beraktifitas dalam sepakbola usai dituduh terlibat dalam skandal Calciopoli bersama Juventus.

Alvaro Recoba membuka kembali tabir gelap sepakbola Italia saat berkomentar soal Calciopoli. Eks penyerang Inter Milan ini menanggapi terkait tuduhan seputar keterlibatan Juventus dalam skandal Calciopoli.

Recoba mengatakan bahwa hingga hari ini dirinya tidak yakin bahwa Juventus dibantu oleh wasit untuk memenangi gelar juara saat itu. Pasalnya, pada periode 2004-2006, Juventus memiliki skuat paling mengkilap di antara klub Serie A Italia lain.

"Ketika itu (tahun 2006) banyak yang mengatakan bahwa mereka (Juventus) menang dengan bantuan wasit. Sesungguhnya mereka bisa memenangkannya (Serie A Italia) tanpa bantuan siapa pun," ungkap Recoba

Alvaro Recoba sempat menyangkal keterlibatan Juventus dalam skandal Calciopoli.

Skandal Calciopoli menjadi salah satu hari buruk dalam sepakbola Italia. Skandal ini membuka tabir bahwa sejumlah pertandingan di Serie A Italia terindikasi melibatkan pengaturan skor dan mafia wasit.

Juventus menjadi klub yang dituduh sebagai biang keladi dari skandal ini. Buntutnya, Juventus dihukum untuk turun kasta ke Serie B Italia di musim 2006/07.

Bukan hanya itu, gelar juara Juventus juga dicabut akibat tuduhan ini. Petinggi Juventus, Luciano Moggi juga dihukum tidak boleh lagi terlibat dalam sepakbola seumur hidup.


2. Debut di Kasta Kedua

Calciopoli membawa angin buruk bagi Juventus usai mendominasi Serie A Italia sejak tahun 2004. Usai Italia merebut Piala Dunia 2006, Juventus yang menjadi juara justru harus turun kasta ke Serie B Italia karena dihukum karena dituduh terlibat dalam Calciopoli.

Juventus dianggap bersalah karena terlibat dalam sejumlah kasus pengaturan skor di Serie A Italia. Kejadian ini menjadi aib besar bagi persepakbolaan Italia.

Alessandro Del Piero dan David Trezeguet menjadi dua nama bintang yang bertahan di Juventus meski sempat terdegradasi ke Serie B di musim 2006/07.

Terdegradasinya Juventus ke kasta kedua juga menjadi catatan tersendiri dalam sejarah internal klub. Pasalnya, Juventus belum pernah sekalipun terdegradasi sejak pertama kali ikut serta di Serie A Italia.

Namun, bukan Juventus namanya jika mudah menyerah begitu saja. Berbekal sejumlah bintang yang memilih loyal, Juventus segera bangkit dan kembali ke jajaran elit Serie A Italia semusim kemudian.

Gianluigi Buffon, Mauro Camonaresi, Pavel Nedved, David Trezeguet, dan Alessandro Del Piero memilih untuk tetap bersam Juventus di Serie B Italia. Padahal sejumlah pemain lain seperti Zlatan Ibrahimovic, Gianluca Zambrotta, Lilian Thuram, Paolo Cannavaro, dan Emerson lebih memilih hengkang.


3. Stadion Baru dan Asa Kembali ke Puncak Tertinggi

Para pendukung Juventus setia mengiringi tim idolanya meski dalam masa sulit.

Hanya semusim di Serie B, Juventus pun berhasil kembali menjejak Serie A Italia musim berikutnya. Namun, Juventus harus kembali beradaptasi dan tidak langsung bisa bersaing di jajaran atas Serie A Italia.

Sejumlah kendala mulai menerpa Juventus yang memulai petualangan barunya di pentas sepakbola Italia. Juventus tengah dalam proyek pembangunan Juventus Stadium saat kembali ke Serie A Italia.

Alhasil, SI Nyonya Tua harus berhemat secara keuangan karena dana difokuskan untuk membangun markas baru mereka. Kerangka tim yang rapuh pun membuat Juventus kelimpungan karena tak memiliki skuat yang bisa dibilang mengkilap.

Stadion Delle Alpi menjadi markas Juventus sebelum disulap menjadi Juventus Stadium pada tahun 2006.

Juventus Stadium sendiri merupakan proyek besar Juventus yang dimulai pada tahun 2003 ketika membela Stadion Delle Alpi milik Pemerintah Kota Torino. Lalu pada tahun 2006, Juventus menggagas untuk merombak habis stadion tersebut agar lebih modern.

Uniknya, Juventus justru menurunkan jumlah kursi yang terdapat pada stadion baru mereka kelak. Juventus Stadium bakal disulap hanya berkapasitas 41 ribu kursi dari 67 ribu kursi sebelumnya.

Hal ini merupakan fakta menarik, karena sebagian besar klub yang merombak stadion justru karena ingin memperbanyak kapasitas. Tapi hal ini kemudian dijawab Juventus dengan apik, tidak ada satu pun kursi kosong saat Juventus Stadium mulai digunakan pada tahun 2011.

Usai merampungkan proyek stadion baru, Juventus mendapat kenaikan pendapatan secara signifikan setiap tahunnya.

Investasi ini dianggap berhasil secara finansial. Juventus yang memiliki stadion sendiri tak harus mengeluarkan biaya untuk menyewa stadion lain.

Selain itu, stadion tersebut memberikan pemasukan sebesar 32 juta Euro setiap musimnya dari pendapatan tiket saja. Hal ini membuat Juventus pun membidik asa bangkit untuk menjadi klub juara di tempat mereka berada semestinya.

Serie A ItaliaJuventusGianluigi BuffonAlessandro Del PieroDavid TrezeguetLuciano MoggiLiga Italia

Berita Terkini