Uncle Choo, Pembesut Asing Perdana Indonesia Setelah Merdeka
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) akhirnya resmi mengumumkan Luis Milla sebagai pembesut anyar Skuat Garuda. Mantan pelatih Timnas U-21 Spanyol ini terpilih usai menyingkirkan kandidat lain seperti Luis Fernandez yang pernah menukangi Paris Saint-Germain (PSG).
Milla akhirnya melengkapi jajaran koleksi pelatih asing yang pernah membesut Indonesia. Pelatih berusia 50 tahun, ini menjadi pelatih asing ke-22 yang pernah membesut Timnas Indonesia.
Namun, adalah Choo Seng Quee yang mengawali kiprah pelatih asing yang menjadi pembesut Indonesia. Pelatih asal Singapura ini melatih Indonesia pada era tahun 1950-an.
Masuk pada tahun 1951, pria yang akrab disapa dengan panggilan Uncle Choo ini melatih Indonesia selama tiga tahun. Uncle Choo dikenal sebagai pribadi yang disiplin dan mengandalkan kekuatan fisik dalam skema permainan yang diusungnya.
Bagaimana kiprah Uncle Choo dalam persepakbolaan nasional? Berikut ulasan dari INDOSPORT;
1. Mimpi Tinggi Setelah Merdeka
Sejarah panjang sepakbola Indonesia telah dimulai sejak masa revolusi kemerdekaan. Bahkan Indonesia sempat memiliki dua organisasi induk sepakbola.
Pemerintah kolonial Belanda membentuk Nederlansche Indische Voetbal Bond (NIVB) pada tahun 1927. Belakangan kemudian menjelma menjadi Nederlansche Indische Voetbal Union (NIVU), dua tahun kemudian.
Kaum pribumi sendiri akhirnya mencoba membuat induk olahraga sendiri karena diskriminasi yang kerap diterima sejumlah klub pribumi. Ahasil, terbentuklah Persatoean Sepakraga Seloroeh Indonesia (PSSI) pada tahun 1930 di Yogyakarta, yang menjadi cikal bakal Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia kelak.
Indonesia sendiri sempat mendapat kesempatan untuk ikut dalam Piala Dunia 1938. Sayangnya, saat itu Indonesia diwakili NIVU yang membawa nama Hindia-Belanda dalam keikutsertaannya.
Lepas dari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945, sepakbola Indonesia cukup mengalami stagnasi. Bagaimana tidak, semua mata dan konsentrasi tertuju pada pembangunan bangsa usai merdeka kala itu.
Lima tahun usai mengecap kemerdekaan, barulah insan sepakbola nasional membenahi organisasinya. Pada Kongres Pertama di Solo, akhirnya nama organisasi pun resmi diubah menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
Agenda pertamanya adalah ikut serta dalam Asian Games 1951. Sadar untuk segera membangun skuat, PSSI pun menunjuk Choo Seng Quee sebagai pelatih Timnas Indonesia. Misi pertamanya jelas, pria asal Singapura ini diminta membentuk skuat yang mampu tampil kompetitif di kancah internasional.
2. Uncle Choo dan Skuat Pertama Indonesia Setelah Merdeka
April 1957 adalah momentum di mana Indonesia diundang untuk bisa tampil dalam ajang Asian Games di New Delhi, India. Indonesia pun meminta kesediaan Choo Seng Quee sebagai pelatih Skuat Garuda.
Kondisi persepakbolaan nasional yang tengah dalam kondisi mati suri selama masa revolusi membuat Indonesia kesulitan untuk mendapatkan sumber daya. Indonesia pun meminta kesediaan pelatih asing asal Singapura tersebut untuk menjadi pembesut anyar Skuat Garuda.
Uncle Choo, sapaan akrabnya memang tengah menjadi salah satu sorotan bagi publik sepakbola Asia Tenggara saat itu. Mantan pemain Timnas Singapura ini cukup memiliki kredibilitas yang disegani.
Kesediaan Uncle Choo kala itu tidak lepas dari kerja sama antara PSSI dengan Singapore Chinese Football Association (SAFA). Saat diminta untuk meminjamkan Uncle Choo, SAFA pun rela melepas pelatihnya tersebut.
Dalam tempo sebulan, Uncle Choo langsung memanggil sejumlah pemain untuk diseleksi. Hasilnya, pelatih yang lahir pada tahun 1914 ini pun berhasil mengumpulkan bakat untuk Timnas Indonesia semisal Aang Witarsa dan Ramlan.
3. Disiplin Ketat Macam Tentara
Uncle Choo dikenal sebagai juru taktik yang memiliki karakter cukup keras. Disiplin dan kekuatan fisik menjadi filosofinya.
Uncle Choo berprinsip bahwa setiap pertandingan harus dipersiapkan dengan pengorbanan. Tanpa hal tersebut, Uncle Choo menyatakan tidak mungkin kemenangan akan bisa diraih.
Imbasnya, latihan keras menjadi ciri kuat dari pola kepelatihannya. Tidak jarang, para pemain mengeluh soal kondisi latihan yang dipimpin langsung oleh Uncle Choo tersebut.
Padahal kerasnya pola latihan Uncle Choo bukan tanpa alasan. Saat itu, Indonesia memiliki sumber daya terbatas soal pemain yang mengerti soal pola bermain.
Namun, penerapan sistem latihan yang ketat, keras dan disiplin membawa pengaruh besar akan perkembangan sepakbola Timnas Indonesia. Disiplin dan ketatnya latihan yang diterapkan Choo, sering mendapatkan cibiran dari pemain-pemain saat itu.
Sejumlah pemain top saat itu seperti Aang Witarsa, Pasqua, Sian Long, Chris Ong, Sugiono, dan Sunar sempat enggan bergabung dengan Timnas Indonesia. Mereka tidak tahan dengan gemblengan fisik yang diterapkan Uncle Choo.
4. Pencetak Taring Pertama Macan Asia
Salah satu strategi yang diperkenalkan oleh Uncle Choo saat itu adalah model WM. Formasi ini pertama kali dipopulerkan melalui sepakbola di Inggris.
Meskipun tidak pernah mengecap sepakbola langsung di Inggris, namun Singapura sebagai salah satu negara koloninya memiliki kultur Inggris yang cukup kental. Melalui Uncle Choo, formasi yang dikenal membentuk huruf W dan M ini pun mulai dikenal.
Formasi ini memiliki kerangka dasar 2-3-5. Dengan formasi yang pertama kali dipopulerkan oleh pelatih Arsenal, Herbert Chapman inilah Uncle Choo memulai petualangannya bersama Timnas Indonesia.
Formasi ini membutuhkan kekuatan fisik dan kecepatan para pemain. Pasalnya, pola ini akan membuat cepatnya transisi antara bertahan dan menyerang, serta sebaliknya.
Namun percobaan pertam Uncle Choo gagal saat melawan India yang mengalahkan Indonesia 3-0 di babak pertama Asian Games 1951. Meskipun harus gugur di babak pertama pada ajang internasional pertamanya di Asian Games 1951, Uncle Choo tidak menyerah.
Namun, berkat kerja keras dan kedisplinan latihan ala Uncle Choo, Timnas Indonesia berhasil mencetak 46 gol dan hanya kebobolan 9 gol dalam 9 pertandingan uji coba tahun 1953. Hasil yang cukup signifikan selama dua tahun membesut Timnas Indonesia.
Selain itu, dari 9 pertandingan itu, timnas hanya menelan satu kali kekalahan oleh Korea Selatan dengan skor 3-1 dan meraih 8 kali kemenangan. Sebuah hasil yang membuat Indonesia dari keterpurukan usai dilanda perang menuju babak baru dalam ambisi besar menjadi Macan Asia.
Sayang Uncle Choo yang dikenal sebagai sosok yang nasionalis tidak ingin berlama-lama melatih negara orang. Pada tahun 1953 pula Uncle Choo akhirnya memilih pulang ke Singapura untuk membesarkan sepakbola di negerinya.
Namun, Uncle Choo akan dikenang sebagai salah satu penegak pondasi awal sepakbola Indonesia usai merdeka. Meskipun belum memberikan prestasi, namun nama-nama seperti Aang Witarsa, Ramlan, dan Sunar akan menjadi kerangka utama masa depan sepakbola Indonesia.