x

On This Day: Lahirnya Si Bogel Peneror Gawang Lawan

Minggu, 29 Januari 2017 17:00 WIB
Penulis: Rendy Gusti | Editor: Galih Prasetyo

Sebagai seorang pesepakbola andal, Romario memulai meniti karier sepakbolanya di sebuah klub kecil di Rio de Janeiro, Brasil, Olaria Atletico Clube (1979/80). Berselang satu tahun, ia bergabung dengan tim junior Vasco da Gama selama 4 tahun (1981-1985).

Mulai dari situlah namanya mulai dikenal oleh seluruh orang di penjuru dunia. Ketika membela Vasco da Gama, Romario memperlihatkan kemampuan mencetak gol yang mumpuni, yang membuat tim yang dibela menjuarai dua gelar liga dan mendapat panggilan dari Tim Nasional Brasil.

Bersama Timnas Brasil, namanya pun kian bersinar kala mengikuti Olimpiade di Korea Selatan pada tahun 1988 silam. Meskipun Brasil harus puas mendapatkan medali perak, namun Romario berhasil menjadi pencetak gol terbanyak dengan total 7 gol. Kala itu, Brasil kalah dari Uni Soviet dengan skor 1-2. Pada laga final di Stadion Olimpiade, Seoul, Romario mencetak gol di menit ke-30.


Romario menjadi salah satu tulang punggung Timnas Brasil.

Selain itu, dirinya pun menjadi pahlawan ketika Brasil menjadi kampiun Copa America di tahun 1989. Ketika Brasil dilatih oleh Sebastiao Lazaroni, Romario kembali mendapat panggilan ke dalam skuat Timnas. Dan pada saat itu pula ia berhasil membawa Brasil melangkah ke final dan mengalahkan Uruguay dengan satu-satunya gol yang ia ciptakan.

Tinta emas yang ia catatkan bersama Timnas Brasil semakin mengkilap setelah dirinya berhasil membawa Tim Samba menjuarai Piala Dunia di tahun 1994. Ia menjadi salah satu pencetak gol (55) dan pemilik caps (70) terbanyak di Brasil, di bawah Pele (77 gol dari 92 caps) dan Ronaldo Luis Nazario de Lima (62 gol dari 98 caps).

Tidak hanya di Timnas, Romario juga memiliki beragam prestasi bersama klub-klub yang dibelanya. Berikut INDOSPORT memberikan beberapa fakta menarik untuk mengingat kembali perjalanan karier sang pencetak gol ulung asal Brasil ini.


1. Tercatat Sebagai Pencetak 1.000 gol dalam sejarah sepakbola

Romario ketika berseragam Barcelona.

Romario tercatat telah tergabung dalam 11 klub sepakbola di berbagai belahan dunia. Mulai dari Vasco da Gama, PSV Eindhoven, Barcelona, Flamengo, Valencia, Fluminense, Al Sadd, Miami FC, Adelaide United, dan America FC. Dan pada masa-masa itulah ia menorehkan catatan gol yang luar biasa.

Tercatat, pada 20 Mei 2007 silam, Romario mencatatkan golnya yang ke-1.000 ketika membela Vasco da Gama. Kala itu, Romario yang sudah berusia 41 tahun, menjadi eksekutor penalti. Ia berhasil mengelabui kiper Sport Recife, Magrao ke arah yang salah dan mencatatkan namanya di papan skor.


Romario sempat membela Barcelona medio 1993-1995.

Sontak, lusinan orang, termasuk teman-teman, keluarga, dan para wartawan menginvasi lapangan untuk memberikan pelukan dan memberikan selamat kepada Romario. Legenda Brasil tersebut mengatakan bahwa 1.000 gol yang telah ia cetak tersebut dihitung sejak pertama kali ia mencetak gol di tim junior, laga persahabatan, dan juga laga testimoni.

"Saya mendedikasikan gol ini untuk keluarga dan anak saya. Saya sangat bahagia, ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa," ujarnya ketika mencetak gol ke-1.000 tersebut, seperti dilansir dari Abc.


Bersama Pele, Romario mencatatkan rekor 1.000 gol dalam kariernya.

Selain dirinya, rekan senegara Romario, Pele, juga pernah mencapai rekor 1.000 gol pada tahun 1969 ketika membela klub Vasco da Gama. Gol tersebut dicatatkan melalui skema yang sama, yaitu melalui tendangan penalti ketika melawan Santos.


2. Ciptakan Duet Mematikan Bersama Ronaldo Botak

Romario dan Ronaldo saat keduanya masih membela Timnas Brasil.

Kerja sama antara Ronaldo Luis Nazario de Lima dengan Romario di lini serang Brasil sempat menjadi duo yang mematikan. Kedua pemain tersebut dikenal dengan Ro-Ro Attack karena keganasannya di depan gawang lawan.

Satu titel juara pertama yang mereka dapatkan adalah dalam ajang Copa America 1997 di Bolivia. Kala itu, duo maut asal Brasil total mencetak 8 gol dalam kompetisi. Ronaldo mencatatkan 5 gol dan Romario mencetak 3 gol. Pada turnamen tersebut, Brasil berhasil meraih titel Copa America yang kelima setelah mengalahkan tuan rumah Bolivia dengan skor 3-1.


Bersama Ronaldo Botak, Romario ciptakan duet maut.

Selain itu, Pada Piala Konfederasi tahun 1997, duet maut tersebut kembali menjadi momok menakutkan pada setiap klub yang bertemu Brasil. Pada turnamen ini, Romario keluar sebagai top skor dengan 7 gol, dan Ronaldo dengan 4 gol.

Di Babak final melawan Australia, Ro-Ro Attack tampil trengginas dengan masing-masing mencetak hattrick. Ronaldo (15', 27', dan 59') dan Romario (38', 53', dan 75') berhasil mengantarkan Brasil menjadi kampiun Piala Konfederasi dan meraih titel pertama mereka di ajang tersebut.


3. Pindah Jalur Menjadi Seorang Politisi

Mantan pemain Timnas Brasil, Romario.

Pada tahun 2010, Romario memutuskan untuk gantung sepatu dan meninggalkan dunia sepakbola. Sebelumnya dirinya sudah pernah menyatakan pensiun di tahun 2008. Ketika itu dirinya masih aktif sebagai pesepakbola di Vasco da Gama yang merangkap sebagai pelatih interim.

"Secara resmi, saya mengumumkan bahwa saya tidak akan bermain sepakbola lagi. Saya berhenti, waktu saya sudah habis di sini," ujarnya kala itu.

Namun pada tahun 2009, ia kembali bermain sebagai pesepakbola di klub America atas permintaan sang Ayah. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk berhenti di tahun 2010 dan bergabung menjadi seorang politisi di Brasil. Ketika itu, ia menjadi salah satu pejabat tinggi negara di Brasil setelah mendapatkan voting yang cukup banyak. Ia mendapatkan total 146.859 suara, dan menempatkan dirinya sebagai peringkat 6 dengan perolehan suara terbanyak.


Legenda sepakbola Brasil, Romario (kiri) dan Ronaldo (kanan).

Salah satu agenda politik yang pernah ia jalankan adalah ketika berlangsungnya Piala Dunia 2014 di Brasil. Ketika itu, ia mengkritik bahwa salah satu event sepakbola terbesar di dunia tersebut tercoreng dengan banyaknya korupsi dan juga pencucian uang.

Selain itu, dirinya juga memiliki pendapat berbeda dengan mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter. Ia bersama beberapa orang lainnya menyatakan bahwa Piala Dunia 2018 di Rusia tersebut merupakan sesuatu yang dipaksakan. Tempat penyelenggaraan tersebut 'dicuri' dari Inggris dan dijual ke Rusia, dalam sebuah skandal FIFA yang terjadi di tahun 2011 silam.

BrasilPelePiala DuniaRonaldoRomarioPiala KonfederasiCopa AmericaBola InternasionalOn This Day

Berita Terkini