x

Andi Widya Syadzwina, Kartini yang Payungi PSM Makassar

Selasa, 18 April 2017 19:13 WIB
Kontributor: Basri | Editor: Gerry Anugrah Putra
Media Officer PSM Makassar, Andi Widya Syadzwina.

PSM Makassar punya bidadari di lapangan hijau. Dia adalah Andi Widya Syadzwina. Wanita berparas cantik ini lahir di Sidrap, Sulawesi Selatan, 8 Mei 1981. Wanita cantik yang akrab disapa Wina ini adalah seorang Media Officer (MO) atau Hubungan Masyarakat (Humas) klub PSM Makassar.

Widya resmi menjabat pada Senin, 16 Januari 2017 lalu menggantikan Ramli Manong yang digeser ke Sekertaris Tim. Menariknya, Wina menjabat posisi tersebut bukan pertama kalinya lantaran pada musim 2011 hingga 2014, posisi sama pernah ia geluti bersama tim berjuluk Juku Eja. 

Kompetisi musim ini dipastikan akan bergulir 15 April mendatang. Dalam catatan INDOSPORT, hanya klub PSM Makassar yang menggunakan jasa seorang wanita pada jabatan media officer dari 18 klub peserta. 

Menyambut Hari Kartini, 21 April 2017 mendatang, INDOSPORT lalu mengulas seperti apa makna sosok Kartini serta bentuk kecintaannya dalam dunia sepakbola.  


1. Perjuangan Kartini jadi Simbol Kebangkitan Wanita

Media Officer PSM Makassar, Andi Widya Syadzwina, menilai perjuangan Kartini jadi inspirasi dirinya.

Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi di Indonesia. Wina menilai wanita kelahiran Jepara, 21 April 1879 tersebut memberi inspirasi bagi kaum perempuan di Negeri ini, terkhusus bagi dirinya. 

Peran perempuan dikatakan tidak bisa lagi disepelekan soal kreativitasnya dalam memajukan bangsa. Baginya, bukan hanya laki- laki yang harus berjuang tapi sudah saatnya perempuan ikut terlibat,” kata Wina.  

“Sosok Kartini memberi inspirasi bagi kaum wanita yang ada di Indonesia untuk bisa lebih menghasilkan karya. Wanita juga sangat kreatif dalam bertindak demi memperjuangkan bangsa,” jelas Wina. 

Peringatan Hari Kartini setiap 21 April mendatang dinilai Andi Widya Syadzwina menjadi momentum merefleksikan, meneladani, kemudian melanjutkan perjuangan Kartini untuk membangkitkan derajat kaum wanita Indonesia.

Wina berharap melalui momen ini, wanita sadar akan haknya dalam meraih masa depannya sesuai dengan apa yang diimpikan. Sementara kaum laki- laki dikatakan sudah saatnya sadar memberi kesempatan pada wanita untuk berjuang dalam meraih cita-cita yang diimpikan sejak kecil.  

“Kartini bagi saya sebuah simbol dimana wanita bisa diberi kesempatan dalam masa depannya sesuai dengan apa yang mereka inginkan atau impikan. Tentunya, Wanita juga harus memperjuangkan hidupnya dan memperjuangkan cita-citanya,” ceritanya.

Andi Widya Syadzwina kini menjadi wanita langkah dalam kancah sepakbola tanah air saat ini. Pasalnya, hanya dirinya yang hanya perempuan sendiri menjabat media officer klub dalam 18 klub peserta kompetIsi Gojek Traveloka Liga 1. 

Bahkan wanita berumur 36 tahun ini menantang para wanita lain di Negeri ini ikut bertindak dalam dunia olahraga khususnya dalam sepakbola. Saat ini, para wanita dinilai tidak lagi harus beriorentasi soal pekerjaan tentang perbankan, serta jabatan lain yang hanya menunjukkan penampilan rapi dengan pakaian jas dan berdasi. 

“Saya pribadi ingin mengajak para wanita mulai terjun secara aktif mempraktikkan bahwa wanita juga bisa menggeluti bidang olahraga sepakbola,” jelasnya.

Dalam dunia olahraga sepakbola dinilai tidak hanya bicara soal  bermain di dalam lapangan. Tapi peran wanita dibalik pemain di lapangan dianggap perlu seperti terlibat dalam manajemen seperti yang digelutinya menjadi media officer


2. Sepakbola adalah Soal Hobi dan Passion

Andi Widya Syadzwina sudah menetapkan sepakbola sebagai hobinya.

Bagi Andi Widya Syadzwina, bekerja dalam dunia sepakbola tidak mendapat kendala berarti. Ia bahkan mengaku senang dengan jabatannya saat ini sebagai media officer klub atau humas yang banyak menghabiskan kesehariannya bersama para jurnalis dan dunia media sosial. 

Kolaborasi antara kecintaanya dalam dunia sepakbola dan dasarnya sebagai alumnus Magister Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran dinilai sangat membantu. Hal inilah yang membuatnya tidak mendapat kendala serius dalam menjalankan perannya di klub kebanggan masyarakta Kota Makassar itu.  

“Sebagai wanita yang ikut berperan andil dalam dunia olahraga, khususnya dalam sepakbola, saya sangat senang. Senang karena sepakbola dan media officer adalah salah satu passion dan hobi saya,” lanjutnya.

Posisinya terasa lengkap lantaran memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang fasih, membuatnya tidak ada kesulitan saat berkomunikasi dengan pelatih PSM asal Belanda, Robert Rene Alberts serta para pemain asing tim Juku Eja. 
 
Wina bahkan mengaku terjun langsung membantu dalam menuntaskan kebutuhan tim. Seperti ikut membantu marketing, membantu  promosi dan membangun relasi dengan banyak orang baik dalam keseharian maupun di sosial media klub.  


3. Menjadi Pelayan Jurnalis Olahraga di Indonesia

Andi Widya Syadzwina selalu merekam wawancara dengan Robert Rene Alberts, untuk kebutuhan jurnalis membuat berita.

PSM Makassar merupakan klub sepakbola tertua tanah air, tentunya siapapun yang ada dalam jajaran tim selalu mendapatkan tantangan tersendiri. Khususnya sosok media officer yang selalu menjadi buruan para awak jurnalis untuk menanyakan soal perkembangan tim. 

Untuk itu, komunikasi dalam kesehariannya bukan hanya dihabiskan bersama para jurnalis di Kota Makassar. Namun berbagai pewarta, baik media cetak dan online kerap kali menghubunginya. 

“Makassar ini kota besar dan gerbang Indonesia Timur sehingga sangat banyak pewartanya, tapi sebagai media officer, saya tidak hanya memberikan informasi pada teman-teman jurnalis yang ada di Makassar tetapi juga yang ada diseluruh Indonesia yang selalu berkomunikasi dengan saya”. Lanjutnya. 

Dalam kesehariannya, saat mendampingi pelatih kepala PSM, Robert Rene Allberts wawancara dengan para jurnalis, Wina juga turut serta merekam percakapan sang meneer. Hal itu dilakukan sebagai bahan untuk sampaikan pada jurnalis kadang menghubunginya melalui saluran telepon. 

Untuk itu, dalam momentum Hari Kartini tahun ini, dirinya berharap para jurnalis dapat meningkatkan sinergi serta saling menghargai satu sama lain. 


4. Jajaki Olahraga Sepakbola sejak Kecil

Andi Widya Syadzwina cinta sepakbola sejak kecil.

Dunia olahraga ternyata bukan hal yang baru bagi Andi Widya Syadzwina. Sejak kecil dirinya sudah dikenalkan dengan segala hal berbau olahraga oleh orang tuanya. Saat ayahnya beranjak dari rumah untuk berolahraga ringan, dirinya selalu diajak untuk sekedar joging.

Begitu pula saat ayahnya menonton sepakbola di lapangan maupun stadion, Wina kerap ikut menonton bersama sang ayah. Bahkan ketika menonton sepak bola melalui siaran televisi, seringkali ia bersama-sama menyaksikan aksi pesepak bola di depan layar. 

“Hobi dan passion saya sudah tumbuh sejak kecil, karena selalu mengikuti ayah saya yang hobi olahraga. Saya dan ayah hobi sekali nonton sepakbola, dari situ saya mulai senang dengan sepakbola,” ceritanya.

Kepribadiannya yang jarang bermain bersama teman wanita sejak kecil juga membuatnya berbeda dari pada wanita pada umumnya. Bukan hobi masak-masak dan main boneka, tapi Wina memilih sepakbola.

“Iya, memang sejak kecil jarang bergaul dengan teman perempuan, biasa sama laki- laki terus kalau ikut ayah ya nonton bola,” tuturnya.


5. Cinta Sepakbola Dituangkan dalam Buku

Kecintaan dengan PSM dan sepakbola membuat Andi Widya Syadzwina berkarya lewat buku.

Momentum jelang Hari Kartini bagi Andi Widya Syadzwina ini turut menemukan sisi lain soal kecintaanya dalam sepakbola. Jika RA Kartini dikenal dengan kumpulan-kumpulan suratnya pada sahabatnya, maka Wina pun juga punya keahlian yang sama.

Mirip seperti Kartini, Widya ternyata tidak hanya mahir dalam penulisan press release yang ia tulis untuk dibagikan ke jurnalis, tapi bakatnya dalam literasi dan pengetahuannya dalam sepakbola membuahkan karya. 
 
Buku biografi ‘Petar Segrt: Tumbuh di Daerah Konflik hingga Kecintaannya pada PSM Makassar’ terbitan Fandom.id tahun 2015 lalu menjadi jejak besarnya dalam literasi sepakbola Indonesia. 

“Buku itu saya sangat banggakan karena untuk menulis bukan hanya dibutuhkan kemampuan menulis tetapi ada strategi khusus sehingga bagaimana sebuah karya itu menarik untuk pembaca. Alhamdulillah semenjak saat itu respons dari masyarakat cukup bagus," jelasnya.


6. Cita-cita Psikolog Terkubur Demi Kecintaannya kepada Sepakbola

Impian sejak kecik Andi Widya Syadzwina menjadi Psikolog tak kesampaian.

Akhirnya Andi Widya Syadzwina mulai mengungkap fakta paling menarik impian masa depannya. Namun bukan soal kariernya bersama PSM Makassar, namun soal  cita-citanya semenjak kecil. 

Meski mencintai sepakbola semenjak kecil namun cita-cita sebenarnya untuk masa depannya dikatakan adalah menjadi seorang Psikolog. Psikolog adalah seorang ahli dalam bidang Psikologi, bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah.

Namun seperti dalam pribahasa ‘nasi sudah menjadi bubur’, sesuatu hal yang sudah terlanjur terjadi dan tidak dapat diubah lagi. Tapi baginya hal tersebut tidak menjadikannya putus asa, lantaran dalam pekerjaannya saat ini sebagai media officer, ilmu-ilmu tersebut turut diterapkan. 

“Cita-cita saya sebenarnya ingin menjadi psikolog tetapi mungkin jalan hidupnya berbeda tetapi dengan menjadi humas atau media officer itu sama halnya kita juga harus memahami psikologi orang-orang terkait kita atau para relasi,” tandasnya.

PSM MakassarHari KartiniLiga IndonesiaAndi Widya Syadzwina

Berita Terkini