x

5 Fitnah tentang Manchester City yang Terbantahkan

Selasa, 2 Mei 2017 22:01 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
Manchester City.

Manchester City menjadi salah satu tim paling dibenci (terutama oleh suporter Manchester United) setelah orang kaya dari Timur Tengah membelinya tahun 2008 silam. Sebelumnya, bisa dikatakan The Citizens, begitu julukannya, selalu berada di bawah bayang-bayang Setan Merah.

Setelah di-takeover, apa lagi pasca mendapatkan gelar juara Liga Inggris, mitos-mitos populer langsung bermunculan untuk mengucilkan fans Manchester City. Padahal, faktanya City memiliki banyak suporter loyal (bukan glory hunter), bahkan Kota Manchester didominasi oleh suporter Manchester Biru.

Semenjak 'kemunculannya', City kerap kali dikritik karena dianggap merusak harga pasaran. Sejumlah pemain dibeli dengan harga mahal sehingga saat masanya sudah habis, sulit bagi tim lain untuk membelinya, kalau pun meminjam, persentase pembayaran gaji juga tidak murah.

Kali ini INDOSPORT mencoba merangkum lima mitos atau fitnah tentang Manchester City yang diyakini kebenarannya, padahal tidak (mesti) demikian.


1. Sheikh Mansour akan Tinggalkan Manchester City dalam Kebangkrutan, dalam Waktu Cepat

Sheikh Mansour.

Mitos ini seketika membuat pendukung Manchester City merinding ketakutan karena tak ingin tim kesayangannya mendadak bangkrut seperti yang dialami oleh AC Parma. Tapi ketakutan tersebut sebetulnya terlalu berlebihan.

Sebab, sejak tahun 2013, City berhasil mengatasi defisit keuangan dengan mendapatkan pemasukan yang jauh lebih banyak. Jadi ancaman kebangkrutan sebenarnya hanya dilihat dari banyaknya pengeluaran tanpa melihat adanya pemasukan.

Setidaknya, dari rilis resmi klub, City mengklaim hanya ada empat klub sepakbola di dunia ini yang mampu mendapatkan pemasukan lebih besar, yakni Real Madrid, Barcelona, Manchester United dan Bayern Munchen. Pendapatan yang diraih di antaranya di peroleh dari merchandise, penjualan di hari pertandingan, hak siar, sponsor, penjualan pemain, dan lain-lain.


2. Manchester City tak Miliki Suporter kecuali Glory Hunter

Fans Manchester City rayakan gol dari yaya Toure.

Istilah glory hunter merujuk pada individu 'penikmat sepakbola' yang mendukung sebuah tim hanya karena prestasinya yang mentereng. Ada pula istilah lain yang kurang lebih memiliki makna sama, yakni suporter karbitan.

Apa pun itu, istilah-istilah di atas langsung melekat ketika 'tiba-tiba' bermunculan banyak sorang-orang di seluruh dunia yang mengenakan kostum Manchester City. Mereka kemudian disebut sebagai glory hunter, alias bukan loyalis City asli.

Manchester City juga memiliki suporter, bahkan loyal, yang sudah mendukung selama bertahun-tahun. Memang tidak dapat dipungkiri kesuksesan City sedikit banyak menambah jumlah pengikut di dunia, tapi mayoritas fan base, setidaknya 98 persen dari mereka sudah menjadi saksi sebelum era Sheikh Mansour.

Ambil contoh ketika Manuel Pellegrini, tahun 2014 silam, di depan 47.075 suporternya di Etihad Stadium berhasil merengkuh gelar Liga Inggris kala menjamu Queens Park Rangers di laga pamungkas. Jumlah tersebut hanya lebih banyak 241 orang saja dibandingkan 10 tahun sebelumnya, atau lebih tepatnya musim 2003/04, di mana City berjuang menghindari degradasi di pertandingan terakhir dan ditonton 46.834 penonton.

Jauh sebelumnya, tepatnya pada musim 1998/99, berlaga di League One, kasta ke-3 Liga Inggris, rata-rata penonton yang hadir di City of Manchester Stadium (sebelum menjadi Etihad Stadium) adalah 32.547, sebuah rekor di League One yang hingga kini belum tergantikan.

Fakta tersebut tentu membantah mitos mengenai kecenderungan suporter glory hunter yang mendukung Manchester City.


3. Dijuluki 'Emptihad Stadium' karena Stadion Seakan 'Empty' (Kosong)

Kekosongan Etihad Stadium saat Manchester City menghadapi Fulham.

Tidak dapat dipungkiri jika Etihad Stadium terlihat sepi peminat ketika Manchester City melakoni kompetisi cup (Piala FA atau Piala Liga). Tapi kalau urusan Liga Primer Inggris, jangan ragukan kesetiaan suporter The Citizens.

Dari tahun 2010 silam, hanya di 11 pertandingan liga saja Etihad Stadium gagal dipenuhi oleh penonton. Catatan ini menjadi yang terbaik dibandingkan tim lain di Inggris.


4. City Tidak Punya Sejarah

Skuat Manchester City pamerkan sejumlah piala yang mereka dapat.

Penikmat sepakbola di Inggris seakan dibuat lupa bahwa perjalanan si kulit bundar di Negeri Ratu Elizabeth dimulai jauh sebelum 'era modern', atau kelahiran Liga Primer Inggris tahun 1992 silam. Ini seakan-akan menjadi senjata bagi fans Manchester United untuk mengatakan "Liverpool tak pernah juara Liga Primer Inggris".

Faktanya, 4 tahun sebelum Manchester United meraih gelar perdananya, Manchester City sudah lebih dulu memenangi Piala FA, tepatnya tahun 1904 silam. Itu adalah 26 tahun sebelum Arsenal, dan 51 tahun jauh sebelum Chelsea dapatkan trofi.

Tidak hanya itu saja, 11 tahun sebelum Indonesia merdeka, atau tepatnya tahun 1934, Manchester City pernah memecahkan rekor penonton terbanyak. Saat itu, 84 ribu penonton hadir ke Maine Road kala berhadapan dengan Stoke City.


5. Karier Pemain Asli Inggris Akan Tamat Ketika Pindah ke Manchester City

Pemain-pemain Manchester City menyambut gol Michael Johnson.

Fitnah yang satu ini bisa dianggap sebagai yang paling kejam. Pasalnya, inidikatornya hanya didasarkan pada sejumlah pemain saja. Di antaranya adalah Michael Johnson, Jack Rodwell atau Shaun Wright-Phillips.

Padahal, sejak tahun 2009 silam, tercatat ada 9 pemain City yang dipanggil masuk ke skuat Tim Nasional Inggris. Raheem Sterling, Joe Hart, Joleon Lescott, Gareth Barry, Adam Johnson, dan Micah Richards adalah beberapa di antaranya.

Saat ini, ada nama John Stones yang masa depannya di Timnas The Three Lions sangat cerah. Jadi, mitos bahwa karier internasional pemain Inggris akan rusak sebenarnya tidak begitu tepat.

Manchester CityLiga Inggris

Berita Terkini