x

Deretan Marquee Player 'Gagal' Liga 1

Jumat, 2 Juni 2017 19:20 WIB
Penulis: Muhammad Adiyaksa | Editor: Gerry Anugrah Putra
Jose Manuel Barbosa, Tijani Belaid dan Juan Pablo Pino

Kompetisi Gojek Traveloka Liga 1 belum berjalan setengah musim. Namun, sudah ada beberapa tim telah mengeluhkan kurangnya pasokan kontribusi dari legiun asing impor, terutama marquee player.

Kebijakan terkait marquee player atau pemain bintang 'khusus' digadang-gadang bakal meningkatkan berlangsungnya kompetisi. Tidak lupa, berpengaruh juga terhadap kualitas para kontestan. 

Namun apa daya, beberapa tim tidak terlalu merasakan dampak positif kehadiran marquee player. Persib Bandung yang pertama kali memperkenalkan marquee player, Michael Essien juga terkadang mengeluhkan permainan eks bintang Chelsea dan Real Madrid tersebut.

Definisi marquee player yang sejak awal diperkenalkan PSSI ialah minimal sang pemain tersebut pernah bermain dalam tiga edisi Piala Dunia terakhir (2006, 2010, dan 2014) atau turut mencicipi delapan kompetisi kasta teratas Eropa (Inggris, Italia, Spanyol, Jerman, Belanda, Prancis, Turki, dan Portugal) dalam kurun waktu delapan tahun terakhir (2009-2017).

Banyak klub yang mengakali regulasi empat pemain asing untuk merekrut marque player 'bodong'. Setidaknya, sang pemain btersebut memenuhi klasifikasi yang diatur oleh PSSI.

Dampaknya, beberapa klub asal-asalan merekrut marquee player. Terpenting, pemain tersebut dapat disemati sebagai marquee player dan klub bisa menggunakan empat pemain asing sekaligus. 

Tiga tim Liga 1, Persipura Jayapura, Perseru Serui, dan Persegres Gresik United memutuskan untuk tidak latah dalam mengontrak marquee player. Apalagi, dengan gaji yang sudah pasti di atas rata-rata, kualitas marquee player masih bisa disamakan dengan pemain asing biasa.

Beberapa pelatih sudah banyak yang mengeluh soal kualitas marquee player yang dimiliki timnya. Mulai dari lamanya waktu beradaptasi, hingga merusak permainan tim di atas lapangan.

INDOSPORT mencoba merangkum tiga marquee player yang telah dicap gagal. Berikut sajiannya kepada pembaca setia:


1. Juan Pablo Pino (Arema FC)

Juan Pablo Pino saat melawan Persela.

Kedatangan Juan Pablo Pino ke Arema FC disambut meriah publik sepakbola Malang. Pasalnya, riwayat karier pesepakbola berusia 30 tahun tersebut sangat menjanjikan.

Pino datang ke Kota Apel dengan pengalaman segudang bermain di kompetisi Eropa. Dirinya pernah membela sedikitnya tiga klub elite di benua biru, AS Monaco (Prancis), Galatasaray (Turki) dan Olympiakos (Yunani).

Playmaker asal Kolombia tersebut sedikit telat mencatatkan laga debut untuk Singo Edan. Ia baru tampil pada pertandingan kedua kontra Bhayangkara FC. Ketika itu, pelatih Aji Santoso memuji kualitas Pino berkaca dari kontribusinya melihat penampilan Singo Edan di atas lapangan.

"Anda semua melihat bagaimana Pino bermain sepakbola dengan gaya khasnya. Meski singkat, tapi dia sudah berperan cukup besar untuk kemenangan tim," papar Aji ketika itu.

"Tapi saya yakin itu belum seberapa. Jika kondisinya memang fit betul, saya percaya perannya semakin besar dalam tim ini," ungkap Aji.

Memasuki pekan keempat, tanda-tanda perekrutan tidak beres Pino mulai nampak. Aji mengeluhkan kondisi fisik marquee player-nya tersebut yang tak kunjung optimal. Hal tersebut disimpulkan oleh Aji setelah Pino tidak tampil maksimal kala diturunkannya menghadapi Barito Putera pada pekan keempat.

"Saya sudah tanya ke Pino sebelum pertandingan, dia sanggup bermain selama 45 menit. Bahwasanya memang kondisinya dirasa belum fit betul," ujar Aji.

Bau-bau ketidakcocokan kualitas Pino dengan skuat Arema mulai merebak ketika bersua Mitra Kukar, pekan lalu. Namanya tidak dicantumkan Aji masuk ke dalam skuat. Apalagi saat itu, Singo Edan tengah krisis kepercayaan diri setelah gagal mngukir kemenangan dalam tiga laga terakhir.

"Pino memang tidak saya masukkan ke dalam line-up. Biar dia introspeksi diri dulu. Saya hanya ingin pemain yang mau berjibaku untuk membantu Arema bangkit dari episode negatif ini," tutur Aji.

Nama Pino kembali tidak ditemukan pada lawatan Singo Edan ke Bekasi untuk meladeni tuan rumah Persija Jakarta, Jumat, (02/06/17). Aji bahkan memastikan tidak akan lagi menggunakan tenaga Pino sampai sang pemain instrospeksi diri.

"Saya pastikan tidak memasukkan Pino ke dalam daftar 20 pemain saat menghadapi Persija. Dia tetap bergabung di Jakarta, setelah mengurus VISA-nya di Singapura. Intinya selama tidak ada kemauan bekerja keras untuk tim, dia tidak akan pernah memakai baju Arema lagi," tegas Aji.

Statistik yang diukir Pino musim ini juga tidak mengesankan. Pada lima laga yang ia lakoni, mantan pemain SC Bastia tersebut tak kunjung mencetak gol maupun assist.

Bukan penyuplai bola yang ideal untuk Cristian Gonzales?


2. Jose Manuel Barbosa Alves (Persela Lamongan)

Jose Manuel Barbosa Alvez alias Coelho (tengah), dalam acara peluncuran tim Persela beberapa waktu yang lalu

Tak ada yang menyangka Persela Lamongan berhasil merekrut marquee player. Adalah Jose Manuel Barbosa Alves atau akrab yang disapa Coelho yang menjadi kejutan Laskar Joko Tingkir untuk mengarungi ketatnya kompetisi di musim ini. 

"Saya antusias bermain di Indonesia, dan tahu Persela Lamongan dari teman-teman Brasil," tutur Coelho pada saat perkenalan skuat Persela, April 2017 lalu.

Debut Coelho bersama Persela tidak berjalan mulus. Laskar Joko Tingkir harus mengakui keunggulan tuan rumah PSM Makassar dengan skor 3-1 pada pekan perdana Gojek Traveloka Liga 1.

Coelho disebut tampil kurang sesuai dengan harapan pada pertandingan tersebut. Namun, pelatih Herry Kiswanto alias Herkis masih membelanya dengan dalih adaptasi.

“Memang dia baru gabung di tim sekitar empat hari terakhir, ketenangan mengolah bola itu yang saya perlukan sehingga bisa dimainkan. Secara teknis sebenarnya dia sudah menyatu, ada beberapa peluang diciptakan, sekarang saya berusaha menaikkan kondisi fisiknya,” ujar Herkis beberapa waktu yang lalu.

Seiring berjalannya waktu, Coelho kerap menjadi penghuni bangku cadangan Persela. Meski pada faktanya, ia selalu memulai pertandingan di babak kedua.

"Saya memang pantau terus permainan dia sejak datang. Harapan kita, dia datang dapat sebagai pembeda di tim," ucap Herkis.

"Namun saya lihat masih kurang kontribusinya untuk tim. Dia masih kurang greget sampai saat ini," tambahnya.

Puncak keraguan Herkis terhadap kualitas Coelho terjadi ketika timnya dikalahkan PS TNI dengan skor 2-3 pada pekan ketujuh. Coelho yang lagi-lagi masuk di paruh kedua gagal memberikan kontribusi yang positif terhadap tim.

"Tentu menjadi eveluasi, nanti saya berdiskusi dengan manajemen. Saya maunya marquee player bisa memberikan manfaat lebih dan pembeda bagi pemain lain di Persela," jelas Herkis.

INDOSPORT berkesempatan menemui Coelho pasca pertandingan kontra PS TNI. Pemain berusia 27 tahun tersebut mengakui permainannya belum konsisten, namun berharap lebih sering diberikan menit bermain.

"Saya berusaha meningkatkan permainan. Pelatih yang memutuskan saya bermain atau tidak, saya menerima keputusan itu. Saya akan bekerja keras untuk bermain dengan menit lebih banyak pada pertandingan berikutnya," cerita Coelho kepada INDOSPORT.

"Saya sangat senang di sini. Saya pikir suporter sangat luar biasa. Suporter sangat dekat dengan saya. Saya ingin bertahan lama di Persela. Tapi saya ingin menjadi pemain penting untuk tim, tidak untuk bermain selama 20 menit per pertandingannya," tandasnya.

Sayangnya, Coelho bukan pilihan utama Herkis di lini tengah Persela. Arsitek asal Aceh tersebut lebih mempercayai gelandang gaek, Eka Ramdani untuk menggalang lini kedua bersama pemain asal Jepang, Kosuke Yamazaki Uchida.

Coelho tampil pada keseluruhan partai Persela di Liga 1 musim Ini. Torehannya tidak terlalu oke untuk ukuran marquee player, hanya satu assist dan nihil gol.

Bukan sosok yang tepat sebagai pengganti Gustavo Lopes di Persela?


3. Tijani Belaid (Sriwijaya FC)

Presiden Klub Sriwijaya FC, Dodi Reza bersama Tijani Belaid.

Sriwijaya FC sempat membuat geger pecinta sepakbola nasional ketika berniat mendatangkan marquee player sekaliber jebolan Liga Italia. Banyak yang menduga-duga ketika itu pemain bintang yang akan direkrut Laskar Wong Kito merupakan eks pemain ngetop.

Namun, ekspetasi yang berlebihan terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Karena yang datang hanyalah seorang Tijani Belaid. Bahkan untuk ukuran seorang pecinta Lega Calcio pun masih asing dengan nama tersebut.

Belaid merupakan jebolan klub yang pernah meraih treble winner, Inter Milan. Dirinya juga pernah membela PSV Eindhoven dan Hull City.

Belaid sempat mendapat pujian dari pelatih Oswaldo Lessa soal awal-awal penampilannya berseragam Sriwijaya FC. Meski terkesan sebagai pemain yang malas, Lessa tetap membela Belaid.

"Tapi itu wajar karena dia baru bergabung. Dia juga baru tiba, jadi fisik belum prima," ujar Lessa beberapa waktu yang lalu.

Bau naga soal kurang puasnya Lessa terhadap permainan Belaid mulai terbaca pelan-pelan. Menjamu Madura United pada pekan kedelapan, Lessa menganggap Belaid masih ‘malas’ beradu fisik dengan lawan.

“Dia punya kualitas, teknis bagus, tapi masih belum cukup, karena dia juga harus melakukan pressing juga pada lawan. Pressing perlu dilakukan pada lawan juga, tapi dia baru bergabung. Ya, bisa kita maklumi, dia baru di Indonesia,” tutur Lessa ketika itu.

Belaid juga kerap kesulitan menembus starting eleven Laskar Wong Kito. Beberapa kali dirinya kalah bersaing dengan pemain muda sekaliber Maldini Pali maupun penyerang senior Muhammad Nur Iskandar.

Hingga memasuki pekan ke-9, Bilaid hanya membukukan lima penampilan. Dirinya menorehkan dua assist namun nihil dalam hal mengukir gol.

Statistik tersebut telah cukup menjadi bahan untuk mengevaluasi Belaid ketika putaran pertama berakhir. Bukan tak mungkin pesepakbola asal Tunisia tersebut ditendang oleh manajemen dari Bumi Sriwijaya.

Persela LamonganSriwijaya FCLiga IndonesiaArema FCLiga 1Juan Pablo Pino PuelloTijani Belaid

Berita Terkini