x

Kentalnya Pertautan Kedai Kopi dan Suporter Sepakbola

Senin, 17 Juli 2017 11:39 WIB
Editor: Galih Prasetyo
Para suporter yang tengah menyaksikkan pertandingan di kedai kopi di Mesir.

Dari sejumlah literasi yang ada, kopi disebut berasal dari dataran tinggi di Ethopia. Ia lalu menyebar ke seluruh dunia, dan salah satu negara yang menjadi jalur penyebaran kopi ialah Mesir dan Yaman. Menariknya di awal kemunculannya, kopi justru salah satu minuman yang mendapat larangan dari sejumlah tokoh pemuka agama Islam di dataran Arab. 

Artikel ini tidak sedang membahas soal sejarah kopi atau jenis kopi terbaik. Di sini penulis coba suguhkan aroma kopi yang begitu lekat dan kental bagi sejumlah suporter sepakbola, utama mereka yang tinggal di Mesir. 

Meski di awal kemunculannya, kopi jadi larangan, kekinian kopi di Mesir menjadi salah satu minuman wajib yang ditenggak oleh warganya, utamanya mereka yang tergila-gila dengan sepakbola. 

Baca Juga: 

Arkeolog Mesir Sebut Messi seperti Orang Bodoh

Messi Dikabarkan Ingin Bermain di Liga Primer Mesir?

Mengintip 'Rokok, Kopi, Ojek' dalam Sepakbola Indonesia

Mengintip Timnas di Titik Nol Indonesia: Minum Kopi Aceh Sambil Curi Taktik Boaz Solossa dkk

Bagi suporter sepakbola di Mesir menikmati pertandingan sepakbola tidak hanya datang langsung ke stadion, mereka juga punya alternatif tersendiri untuk bisa menyaksikkan pertandingan dengan cita rasa yang berbeda. 

Sejak perhelatan Piala Afrika 2006, 2008, serta 2010, sepakbola di Mesir begitu bergeliat, pasalnya di ketiga tahun penyelenggaraan perhelatan itu Mesir mampu meraih gelar juara. Gelar juara Piala Afrika jadi penyejuk di tengah panasnya perpolitikan dan kenegaraan Mesir. 

Salah satu pendukung (Ultras) duduk di atas tunggul pohon.

Kondisi perpolitikan Mesir yang sempat jadi pusat perhatian dunia pasca revolusi Mesir 2011 lalu memang membuat sejumlah orang Mesir begitu terancam keselamatannya. Maka tidak mengherankan jika kemudian banyak pemberitaan soal insiden berdarah yang terjadi di sejumlah tempat umum, tak terkecuali di saat mereka sedang asyik menonton sepakbola di stadion. 

Tak habis akal, para suporter di Mesir punya cara menikmati pertandingan sepakbola meski dari layar kaca yakni menontonnya bersama-sama di kedai-kedai kopi yang banyak tersebar di sejumlah wilayah Mesir. Sajian kopi Arabica atau Robusta ditemani shisha atau rokok diiringi teriakkan para suporter sepakbola jadi pemandangan di sejumlah kedai kopi di Mesir. 

Para suporter yang tengah menyaksikkan pertandingan di kedai kopi di Mesir.

"Saya tak bisa menikmati pertandingan sepakbola tanpa menontonnya di kedai kopi bersama kawan-kawan," kata Sherief Sobhy seorang suporter di Mesir yang berprofesi sebagai pengacara seperti dikutip dari dailynewsegypt.com (17/07/17).

Pengalaman sama juga diutarakan oleh Ahmed El-Shazly, ia mengaku bahwa menonton sepakbola di kedai kopi biasa dijalankannya dengan istri dan anaknya yang perempuan. Padahal kata Ahmed, ia dan sang istri memiliki perbedaan dalam urusan klub sepakbola favorit. 

"Saya penggemar Barcelona sedangkan istri saya Real Madrid. Jika salah satunya kalah, maka kami akan saling lempar godaan, namun semua itu hilang saat kami menenggak kopi," kata Ahmed.  

Bagi Sohby, Ahmed, dan suporter Mesir lainnya menonton sepakbola di kedai kopi mereka merasakan semangat berbeda saat bersorak bersama kala menyaksikkan pertandingan sepakbola. Apalagi saat para suporter Mesir bersama menyaksikkan penampilan Timnas bersama. 

Para suporter yang tengah menyaksikkan pertandingan di kedai kopi di Mesir.

Yang tak kalah menjadikan pertautan kopi dan suporter sepakbola menjadi lebih manis bak kita saat menyeruput kopi ialah semaraknya kedai kopi dan suporter sepakbola datangkan nilai perekonomian tersendiri. Laporan dari dailynewsegypt.com, menyebut laba dari sejumlah kedai kopi berlipat ganda dengan semakin maraknya budaya menonton pertandingan di kedai kopi. 

Mahmoud El-Masry, salah satu pemilik kedai kopi di Mesir mengakui budaya menonton sepakbola di kedai kopi memang datangkan laba baginya. Ia menyebut satu cangkir kopi terbaik di kedainya dijual dengan harga 565 pound Mesir (EGP)-sekedar informasi, 1 EGP jika dikonservasikan ke rupiah ialah Rp 748-

"Sedangkan biaya sewa kedai saya di sini untuk tiga bulan ialah 1400 EGP dan rata-rata saat menonton sepakbola mereka bisa menghabiskan 2000 EGP untuk kopi, sisha, dan cemilannya. Jadi saya cukup mendapat untung dengan banyaknya suporter menonton sepakbola di kedai kopi," kata El-Masry. 

El-Masry akan semakin mendapat laba banyak saat pertandingan besar berlangsung di Mesir seperti laga yang dilakoni Al-Ahly melawan Zamalek, serta sejumlah laga-laga Liga Champions Eropa, dan tentu saja saat Timnas Mesir bertanding. 

"Orang sangat suka menonton klub Eropa dan Timnas tentunya," kata salah satu pekerja di kedai kopi El-Masry. 

Musim depan sepertinya kedai-kedai kopi di Mesir akan kedatangan banyak suporter apalagi di tiap pekan, pasalnya jelang bergulirnya Liga Primer Inggris musim 2017/18, putra asli Mesir, Mohamed Salah kembali merumput di Liga Primer Inggris dengan membela Liverpool, publik Mesir tentu akan memadati tiap jengkal sudut kedai kopi. 

Mohamed Salah melakukan selebrasi.
Mohamed SalahMesirLiga InggrisHari Kopi Internasional

Berita Terkini