x

Timnas Indonesia: Jalan Rusak Menuju Emas SEA Games

Selasa, 25 Juli 2017 16:30 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning

Timnas sepakbola Indonesia di SEA Games 2017 Kuala Lumpur menargetkan emas, sebuah target berat namun wajib mengingat gengsi dan harga diri bangsa dipertaruhkan di ajang dua tahunan ini. Berat karena jurang besar yang menganga telah menanti di jalan, pertaruhan harga diri karena cabang olahraga si kulit bundar sudah lama tak sumbangkan emas.

Pada tanggal 8 Juli 2017 kemarin, hasil undian menempatkan Merah Putih bersama dengan Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, dan Timor Leste. Manajer Timnas U-22, Endri Erawan, mengakui peluang untuk sekadar lolos semifinal saja sulit, namun tetap optimistis bisa melaju lebih jauh sesuai target, yakni emas.

Baca juga:

"Grup B lebih banyak pesertanya dibandingkan dengan Grup A. Persaingan untuk lolos ke semifinal lebih berat dengan jumlah pertandingan yang lebih banyak," jelas Endri dalam rilis yang diterima wartawan.  

"Tapi, kami Insya Allah siap menghadapi SEA Games. Siapa pun saingannya, yang penting adalah persiapan timnas kita sendiri," tambahnya lagi.

Harapan dan doa mengiringi, persiapan matang sudah dilakoni, tembok besar siap menghakimi, dan tetap saja, selalu ada jalan rusak mengganggu perjalanan Timnas Indonesia menuju emas SEA Games. Jalan rusak apa saja yang dilalui oleh Timnas Indonesia di SEA Games 2017 Kuala Lumpur, Malaysia?


1. Kegagalan di Kualifikasi Piala AFC U-23 2018

Timnas Indonesia U-22 gagal lolos ke Piala AFC di China tahun depan.

Rakyat Indonesia pecinta sepakbola nasional dibuat seakan menaiki roller coaster kala menemani Evan Dimas cs berlaga di Kualifikasi Piala AFC U-23 2018 di Thailand. Ujung-ujungnya, Garuda Muda tetap gagal jua.

Harapan menyaksikan Merah Putih berlaga di Piala Asia U-23 sempat membumbung tinggi usai Mongolia dibabat habis 7-0 di laga kedua pasca kekalahan memalukan 0-3 atas Malaysia di pertandingan perdana.

Namun harapan tinggal harapan. Kepastian itu didapat usai Skuat Garuda Muda bermain imbang tanpa gol kontra tuan rumah Thailand U-22 di National Stadium, Minggu (23/07/17) malam WIB.

Hasil itu membuat Timnas U-22 menduduki posisi ketiga klasemen akhir Grup H kualifikasi Piala AFC U-23, dengan raihan empat poin dari tiga laga. Dengan begitu, skuat asuhan Luis Milla juga tidak bisa berharap menjadi enam runner up terbaik yang lolos.

Menanggapi kegagalan ini, PSSI langsung mengambil langkah cepat dengan melakukan evaluasi. Timnas U-22 pun dibubarkan untuk sementara waktu hingga ada panggilan lagi.

"Evaluasi akan dilakukan bersama dengan Direktur Teknik (PSSI) kemudian," ujar Fanny Irawan, Deputi Sekjen PSSI, Senin (24/07/17).

"Sepulang dari Thailand, tim nanti dibubarkan dulu. Nanti ada rilis resmi untuk panggilan berikutnya," lanjutnya.

Kegagalan ini cukup menyesakkan. Sebab, bisa jadi penampilan di ajang ini adalah tolak ukur seberapa siap anak-anak harapan bangsa untuk berlaga di SEA Games 2017.

Masih ada waktu bagi Luis Milla dan staf pelatih untuk melakukan perombakan tim dari sisi teknis dan non-teknis. Mulai tanggal 1 Agustus nanti, seluruh pemain terpilih akan kembali jalani training centre.

"Iya Timnas pulang hari ini, sampai di Indonesia sekitar pukul 17:40 WIB," ujar Media Officer Timnas Indonesia, Bandung Saputra kepada INDOSPORT.

"Nanti training centre mulai tanggal 1 Agustus dan kemungkinan sampai berangkat ke SEA Games. Untuk tempat latihannya belum tahu, masih tunggu meeting dengan PSSI," sambungnya.


2. Neraka di Grup B

SEA Games 2017.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, Indonesia masuk Grup B dengan Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, dan Timor Leste. Tanpa mengesampingkan kans Kamboja dan Timor Leste, tiga tim lain merupakan lawan terberat Timnas Indonesia.

Thailand misalnya, kembali siap menjadi batu sandungan Indonesia di laga nanti. Status favorit juara yang melekat pada Negeri Gajah Putih semakin mempersempit peluang Indonesia bulan Agustus mendatang.

Undian grup babak penyisihan cabang olahraga sepakbola SEA Games 2017.

Jalan rusak lainnya adalah Vietnam. Meski dalam beberapa pertemuan terakhir Indonesia masih lebih baik, tak ada jaminan Garuda Asia bisa melewati hadangan mereka dengan mudah.

Pun dengan Filipina yang belakangan mulai bisa bersaing dengan raksasa Asia Tenggara. Filipina yang sekarang bukan Filipina yang dulu, yang menjadi lumbung gol bagi lawan-lawannya.

Lima laga, jika dibandingkan dengan grup A (hanya empat laga tiap tim peserta) mungkin bagi sebagian orang adalah keuntungan karena kans untuk lolos lebih besar. Tapi melihat hampir meratanya tiap lawan, agaknya Luis Milla wajib meramu taktik yang sempurna untuk melenggang mulus ke babak berikutnya.


3. 'Pemaksaan' Regulasi U-23 Belum Terlihat Hasilnya

Gelandang sayap Timnas Indonesia, Saddil Ramdani (kiri) berusaha melewati pemain Puerto Rico.

PSSI sebagai lembaga tertinggi sepakbola Indonesia sebenarnya sudah melakukan banyak hal untuk membangkitkan sepakbola nasional. Mulai dari mendatangkan mantan pembesut Spanyol U-21, sampai dengan regulasi U-23 yang ditetapkan di awal kompetisi.

Regulasi ini memang sempat menuai kecaman karena terkesan memaksakan, di mana tiap klub wajib memainkan tiga pemain U-23 minimal selama 45 menit tiap laga. Pasca Lebaran, regulasi 'kocak' ini pun ditarik dengan alasan sudah tidak ada lagi proses seleksi Timnas.

Memang, program ini bertujuan baik, yakni memudahkan Luis Milla untuk memantau langsung perkembangan pemain-pemain terpilih. Pasalnya, tidak mesti pemain Timnas U-22 mendapatkan tempat reguler di klubnya masing-masing.

Apapun itu, hasilnya belum terlihat di arena kompetitif. Timnas U-22 seakan tak padu dan kesulitan bekerja sama, beda ketika melawan Puerto Rico dan Kamboja, itu pun karena ada 'bantuan' lima pemain senior.

Persoalan utamanya adalah, pemain-pemain muda Indonesia ini bisa jadi dimainkan di kompetisi Liga 1 bukan karena kualitas, melainkan karena regulasi U-23. Bermain di bawah arahan Luis Milla, banyak dari pemain Timnas U-22 yang gagap taktik sehingga gagal di Kualifikasi Piala AFC U-23.

Lagi, PSSI, melalui Fanny Riawan selaku Deputi Sekjen PSSI berkilah bahwa target utama bukanlah lolos ke Piala AFC. Ujung-ujungnya, kembali mengklaim jika emas SEA Games adalah yang terpenting, jadi gagal di Kualifikasi Piala AFC U-23 bukan segalanya.

"Sebenarnya target utama kita di tahun ini adalah medali emas SEA Games 2017. Kualifikasi [Piala Asia U23] itu sebenarnya bonus. Namun, kami juga berharap Indonesia bisa lolos karena standarnya adalah kita ingin berprestasi seperti di Islamic Solidarity Games terakhir di mana kita dapat medali perak," ujar Fanny Riawan dilansir dari bola.com.

Jangan-jangan kalau gagal lagi di SEA Games 2017 mucul alasan, "Sebenarnya target kita adalah Piala Dunia".

SEA GamesTimnas U-22Timnas IndonesiaSEA Games 2017Liga Indonesia

Berita Terkini