x

Merekam Tapak Jejak Islah The Jakmania dan Bobotoh

Rabu, 2 Agustus 2017 13:16 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung

Dunia sepakbola Tanah Air saat ini tengah berduka. Bagaimana tidak, salah satu suporter setia Persib Bandung, Bobotoh bernama Ricko Andrean baru saja menghembuskan napas terakhinya pada Kamis (27/07/17) lalu.

Nyawa pemuda yang masih berusia 22 tahun itu pada akhirnya tidak bisa selamat setelah menderita luka cukup serius pada bagian kepala, akibat aksi pengeroyokan yang dialaminya.

Ironisnya, oknum yang melakukan pemukulan terhadap Ricko tidak lain adalah sesama Bobotoh yang berada di Stadion Gelora Bandung Lautan Api untuk menyaksikan laga antara Persib menjamu Persija Jakarta dalam lanjutan Gojek Traveloka Liga 1 pekan ke-16 pada Sabtu (22/07/17).

Ricko Andrean, Bobotoh yang meninggal dunia di laga Persib vs Persija.
Baca Juga

Saat itu Ricko menjadi korban setelah berusaha menolong salah seorang anggota Jakmania yang nekat datang ke stadion. Karena berusaha melindungi, oknum-oknum Bobotoh tidak bertanggung jawab itu menduga Ricko sebagai anggota Jakmania juga, sehingga tanpa pikir panjang mereka dengan keji menghajar tubuh dan wajah Ricko.

Kematian Ricko tersebut pun seolah menambah deretan buruk hubungan antara pendukung Persija dan Persib. Keduanya memang dikenal memiliki hubungan yang sangat buruk ibarat air dan minyak.

Sebenarnya, kedua kelompok tersebut sudah beberapa kali mencoba untuk mencari jalan perdamaian. Mereka bahkan sempat melakukan ikrar untuk menghentikan kekerasan satu sama lain.

Berikut INDOSPORT coba sajikan kembali sejumlah usaha islah antara pendukung Persija dengan pendukung Persib yang pernah terjadi dalam kurun beberapa tahun terakhir.

Dalam hal ini INDOSPORT bukan ingin mencoba mengungkit luka lama antara kedua belah pihak. Melainkan mencoba menyajikan kembali kejadian sehingga nantinya bisa menjadi pembelajaran sehingga tidak terjadi lagi di masa mendatang.


1. Islah 11 April 2014 di Bogor

Perjanjian damai yang pernah dilakukan pendukung Persija dan Persib pada April 2014.

Ada satu pemandangan unik di pelataran Gedung Divia Cita di Mapolres Bogor, Jalan Tegar Beriman, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jumat (11/04/14) siang. Sekolomp orang berbaju bernuansa biru dan kelompok lain yang berbaju oranye nampak berkumpul bersama.

Rupanya saat itu akan berlangsung acara deklarasi damai antara Jakmania dan Viking yang disaksikan langsung oleh Wakapolda Jabar saat itu Brigjen Pol Rycko Amelza Dahniel dan Wakapolda Metro Jaya saat itu Brigjen Pol Sujarno.

Pihak Jakmania yang saat itu diwakili Ketua Umumnya, Larico Rangamone dan Pihak Viking yang diwakili Ketua Umumnya, Heru Joko sepakat untuk mengakhri perselisihan yang sudah lama terjadi antara kedua kubu suporter tersebut.

Terdapat enam butir dalam deklarasi damai yang sama-sama disepakati keduanya. Secara garis besar kedua pihak sepakat untuk saling menghormati sesama suporter dan siap menerima hukuman apabila terjadi pelanggaran.

Seluruh pihak pun menyambut deklarasi damai yang terjadi antara kedua kelompok suporter tersebut. Sayangnya, kedamaian antara keduanya tidak berlangsung lama.

Belum sepekan dari deklarasi damai tersebut, tepatnya pada Rabu (16/04/14), sebanyak 10 bus yang mengankut Jakmania ke Jepara mendapat intimidasi dari oknum-oknum yang diduga anggota Viking. Mereka melempar batu ke arah bus.

"Kami menyesalkan peristiwa ini. Di tengah perjanjian damai masih ada intimidasi di lapangan," ujar Ketua Umum Jakmania saat itu, Larico Ranggamone seperti dikutip dari Tribun News (16/04/17).

Tidak ingin kalah, Jakmania pun melakukan gerakan menolak penyelenggaraan babak empat besar Indonesia Super League (ISL) 2014 di Jakarta. Hal tersebut lantaran salah satu tim yang bertanding adalah Persib. 


2. Islah Sebelum Final Piala Presiden 2015

Logo Piala Presiden.

Sebuah masalah muncul dalam penyelenggaraan final Piala Presiden 2015 antara Persib Bandung melawan Sriwijaya FC, yang dijadwalkan berlangsung pada Minggu (18/10/17). Pasalnya, lokasi pertandingan adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta.

Hal tersebut pun menimbulkan polemik lantaran ada SUGBK merupakan markas dari Persija Jakarta. Tidak ingin, 'kampungnya' dijadikan lokasi final oleh Persib yang merupakan musuh bebuyutannya, Jakmania pun beramai-ramai menyerukan larangan Persib bertanding di GBK.

Berbagai upaya pun dilakukan pihak kepolisian agar tidak terjadi kericuhan di partai final Piala Presiden 2015. Salah satunya dengan cara mengumpulkan kelompok pendukung Persija dengan kelompok pendukung Persib.

Hal tersebut pun terjadi pada Jumat (16/10/17), dua hari sebelum babak final dimulai. Bertempat di Mapolres Bekasi Kabupaten sekitar 60 suporter Persija dan Persib berkumpul untuk berikrar menjaga ketertiban sebelum dan sesudah laga Piala Presiden 2015.

"Kita meminta kedua suporter dapat menjaga kondusif Kab. Bekasi menghindari bentrok, berdamai tidak saat ini saja, tetapi berdamai kedepan untuk selamanya" ujar Kombes Pol Awal Chairuddin seperti dikutip dari Urban Cikarang.

Namun, kenyataan di lapangan berbanding terbalik. Ratusan pendukung Persija beratribut berwarna oranye membentangkan sejumlah spanduk yang berisikan penolakan mereka terhadap Persib untuk tidak bermain di GBK.

Tak hanya itu, di media sosial juga terpampang sejumlah tulisan-tulisan bernada kebencian dan himbauan untuk melakukan tindakan kekerasan. Dari pihak pendukung Persib sendiri juga melanggar perjanjian damai karena terlihat melempar flare ke arah polisi yang bertugas.


3. Islah 3 Agustus 2017

Kemenpora, PSSI, perwakilan suporter di rapat persiapan islah antarsuporter.

Kematian Ricko Andrean, seorang Bobotoh yang menjadi korban pemukulan oknum Bobotoh lainnya karena melindungi seorang Jakmania, mulai memunculkan kesadaran berbagai pihak untuk menghentikan permusuhan antara kedua suporter, yang memang dikenal memiliki hubungan buruk tersebut.

Ketua Umum Jakmania saat ini, Tauhid Indrasjarief ini pun dengan terbuka menyatakan keinginannya untuk mendamaikan suporter Persija dengan suporter Persib. Ia menilai rivalitas keduanya saat ini sudah tidak sehat.

"Yang kita bicarakan bukan cuma soal damai, tapi menghentikan pencegahan perkelahian dengan senjata tajam, korban luka. Menurut saya, ini rivalitas tidak asik, bukan sepakbola,” ujar Bung Ferry kepada wartawan beberapa waktu yang lalu.

Hal tersebut pun seolah membalas pernyataan Ketua Umum Bobotoh Maung Bandung Bersatu (Bomber) Asep Abdul, yang juga mengaku lelah dengan konflik antara sesama pendukung klub sepakbola Indonesia.

"Biar semua mengikuti langkah kebaikan bersama. Saya sebagai ketua punya tanggung jawab moril. Kita sebarkan virus damai akhiri konflik. Kita semua lelah dengan keadaan, saatnya sejuk dan kibarkan perdamaian," jelas Abdul.

Tidak ingin hanya menjadi wacana, kedua pihak pun sepakat untuk melakukan pertemuan damai antar suporter yang juga disaksikan oleh pihak PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga pada Kamis (03/08/17) besok.

Berbeda dari edisi-edisi sebelumnya, perjanjian damai kali ini tidak hanya melibatkan kelompok pendukung Persija dan Persib saja, tapi juga klub-klub lainnya.

"Kami menyambut baik ada jumpa suporter indonesia dari Kemenpora. Suporter bagian penting dari dunia sepakbola Indonesia yang kini sedang tumbuh, suporter harus dirangkul oleh PSSI selaku stake holder dan dari pertemuan ini nanti akan ditindak lanjuti," ujar Sekjen PSSI, Ratu Tisha.

Semoga saja islah antar suporter yang terjadi pad 3 Agustus 2017 mendatang menjadi awal baru bagi dunia sepakbola Tanah Air. Dan semoga saja ke depannya suporter Indonesia lebih dikenal dunia dengan kreatifitasnya dan bukan karena kericuhan lagi.

Persib BandungPersija JakartaVikingThe JakmaniaBobotohLiga IndonesiaLiga 1

Berita Terkini