x

5 Pelatih yang Jadi Penghianat Mantan Klubnya

Jumat, 29 September 2017 15:44 WIB
Penulis: Nindhitya Nurmalitasari | Editor: Galih Prasetyo
Kiri-kanan: Jorge Jesus png, Giovanni Trapattoni, dan Harry Redknapp.

Dalam dunia sepakbola, kita mengenal dua jenis pelatih. Jenis pertama adalah mereka yang setia di satu klub sepanjang karier kepelatihannya di satu negara. Contohnya seperti pelatih legendaris Sir Alex Ferguson yang tak pernah melatih klub Inggris lain selain Manchester United sejak 1986 hingga memutuskan pensiun beberapa musim lalu. 

Baca Juga

Sementara itu, jenis pelatih kedua adalah mereka yang doyan gonta-ganti klub sepanjang karier pelatihnya. Fenomena pergantian atau perpindahan pelatih dari satu klub ke klub yang lain seperti ini sebenarnya adalah sebuah hal yang lumrah. 

Akan tetapi perpindahan mereka juga kadang diwarnai kontroversi, terlebih bila sang pelatih memutuskan pindah ke klub rival mantan timnya. Berikut ini deretan pelatih yang dicap sebagai pengkhianat oleh mantan klubnya karena memutiskan berpindah ke klub rival:


1. Leonardo (AC Milan-Inter Milan)

Leonardo mantang pelatih AC Milan dan Inter Milan.

Leonardo merupakan salah satu pelatih yang berpindah ke rival mantan klubnya. Semasa masih aktif sebagai pemain, ia menghabiskan 5 tahun masa baktinya di AC Milan sebelum memutuskan gantung sepatu pada tahun 2003. 

Tujuh tahun setelah pensiun, ia pun diangkat sebagai manajer baru Rossoneri. Pada setengah musim pertamanya bersama Milan, Leonardo dinilai lumayan berhasil meningkatkan performa skuatnya dengan mengandalkan peran Ronaldinho, Andrea Pirlo, dan Clarence Seedorf pada formasi 4-2-1-3 kesukaannya.

Sayangnya, perjalanan pelatih asal Brasil ini kemudian tidak berjalan lancar. Hubungannya dengan Presiden Silvio Berlusconi pun retak sehingga ia memutuskan keluar dari kursi kepelatihan Milan pada pertengahan tahun 2010.

Seakan ingin membalas dendam, tak sampai setahun kemudian ia mengumumkan kesepakatan baru dengan Inter Milan yang mengangkatnya sebagai pelatih utama klub. Hal ini pun membuat kesal mantan penggemar di Milan.

Akan tetapi kariernya di klub rival pun tak berjalan dengan mulus. Pelatih kelahiran 5 September 1969 ini harus hengkang lebih awal setelah mengomandoi Nerazzurri di 32 laga saja. Ia bahkan sempat dipermalukan saat Inter dikalahkan Milan 3 gol tanpa balas di pertandingan Serie A 2 April 2011 silam.

Pasca hengkang dari Inter, Leonardo sempat menjadi Direktur Olahraga di Paris Saint-Germain sebelum kembali melatih salah satu klub asal Turki, Antalyaspor.


2. Alex McLeish (Birmingham City-Aston Villa)

Alex McLeish (Birmingham City-Aston Villa).

Alex McLeish sempat mengawali masa-masa indah Birmingham City. Pada musim 2009/10 ia bahkan membuat timnya tak terkalahkan di 13 laga secara beruntun dan membawa timnya finis di posisi ke-9 klasemen. Ini sekaligus menjadi pencapaian tertinggi klubnya Liga Primer. 

Sayangnya, kejayaan pelatih asal Skotlandia itu tak bertahan lama. Pasalnya, Birmingham harus terdegradasi dari Liga Primer Inggris ke liga kasta kedua di musim selanjutnya. Hal ini pun membuatnya memutuskan hengkang, meski klubnya sendiri masih ingin mempertahankan posisinya sebagai pelatih.

Kekecewaan para suporter Birmingham pun semakin menjadi-jadi pasca McLeish justru memutuskan menerima pinangan klub rival sekotanya, Aston Villa, hanya selang lima hari setelah putus kontrak dari Birmingham.

Penolakan terhadap McLeish juga datang dari fans Aston Villa yang memprotes penunjukan sang pelatih baru. Terbukti, nasibnya bersama Villa pun tak cukup mujur. Ia terdepak setelah satu musim membesut klub barunya.


3. Jorge Jesus (Benfica-Sporting CP)

Jorge Jesus.

Jorge Jesus dicap sebagai pengkhianat setelah memutuskan pindah dari Benfica ke Sporting CP pada tahun 2015 silam. Keduanya adalah klub Portugal yang diketahui memiliki rivalitas.

Jesus sebenarnya cukup menjadi aktor kunci keberhasilan Benfica pada medio 2009 hingga pertengahan 2015. Ia sempat membawa Si Elang, julukan Benfica, meraih berbagai trofi domestik, termasuk gelar juara Liga Primer Portugal secara beruntun di musim 2013/14 dan 2014/15, serta Liga Europa musim 2013/14.

Namun, pelatih 63 tahun ini kemudian menjelma menjadi salah satu orang yang masuk daftar hitam para anggota klub dan suporter Benfica setelah memutuskan meninggalkan klubnya ke Sporting CP. Terlebih lagi kepindahannya ini disinyalir lantaran faktor uang.

Malang bagi Jesus, dirinya tak mampu mengulangi prestasinya bersama Benfica di klub barunya. Sampai saat ini, iabaru mampu mempersembahkan satu trofi bagi Sportinguistas.


4. Harry Redknapp (Portsmouth-Southampton)

Harry Redknapp.

Harry Redknapp sempat menjadi sosok yang disayang sekaligus dibenci oleh fans dua klub yang sempat dibesutnya, Portsmouth dan Southampton. 

Mantan pelatih Tottenham Hotspur ini sempat memanajeri Portsmouth pada tahun 2002 silam. Kariernya pun cukup mentereng setelah berhasil mempersembahkan gelar juara Divisi Pertama Liga Inggris sekaligus membawa Pompey promosi ke Liga Primer.

Namun, perjalanannya di Portsmouth sempat terhenti setelah hubungannya dengan pemilik klub Milan Mandaric mulai memburuk. Beberapa minggu setelah hengkang, ia pun menandatangani kontrak baru dengan saingan berat mantan klubnya, Southampton.

Ia pun menjadi sasaran kemarahan fans setia Pompey. Mereka mengekspresikan hal ini dengan memakai kaus yang menyebut Redknapp sebagai 'sampah'.

Setelah gagal mewujudkan harapan Soton untuk promosi ke Liga Primer, pelatih asli Inggris ini justru berbalik arah dan kembali ke Portsmouth pada tahun 2005 lalu. Tak hanya itu, ia juga berhasil memenangkan Piala FA bagi mantan klubnya ini sebelum pindah ke Spurs tahun 2012 lalu.


5. Giovanni Trapattoni (AC Milan-Juventus)

Giovanni Trapattoni.

Giovanni Trapattoni merupakan salah satu pelatih legendaris Italia. Dirinya sempat membesut beberapa klub besar seperti AC Milan, Juventus, Inter Milan,  Cagliari Calcio, dan juga Fiorentina. Pria yang kini berusia 78 tahun ini pun sempat dipercaya melatih Timnas Italia pada tahun 2000 sampai 2004.

Namun, dalam perjalanan kariernya, Trapattoni juga sempat menjadi buah bibir lantaran dianggap mengkhianati AC Milan. Hal ini karena ia memilih pindah ke Juventus setelah menangani Rossoneri selama satu musim saja.

Berbeda dengan masa kepelatihannya di Milan yang cuma seumur jagung, pria berkewarganegaraan justru mampu bertahan lama di kandang Juventus. Selama satu dekade mengarmadai Si Nyonya Tua, Trapattoni berhasil memberikan kesuksesan besar 6 gelar juara Serie A.

Tak cukup sampai di situ saja, rasa sakit hati fans Milan semakin menjadi-jadi setelah mantan pelatih Bayern Munchen era 1996-1998 ini menjalin kontrak dengan Inter Milan. Ia bahkan bertahan selama 5 tahun bersama klub sekota AC Milan tersebut sebelum kembali lagi ke pelukan Juventus.

Harry RedknappJorge JesusGiovanni TrapattoniLeonardoBola Internasional

Berita Terkini